Rekor, Stempel Kuno China Terjual Rp 295 Miliar

Stempel seukuran telapak tangan itu terbuat dari steatite merah dan putih, sejenis batuan mineral.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 15 Des 2016, 13:12 WIB
Diterbitkan 15 Des 2016, 13:12 WIB
Stempel yang dijual di Drouot. (Stephane Briolant Photographe)
Stempel yang dijual di Drouot. (Stephane Briolant Photographe)

Liputan6.com, Beijing - Sebuah stempel dari Abad ke-18 dari kekaisaran China dijual dengan harga menembus rekor yakni 21 juta euro atau Rp 295 juta (dengan kurs rupiah Rp 14.060). Harga itu lebih dari 20 kali lipat dari perkiraan.

"Penjualan terhadap kolektor China yang tak disebutkan namanya itu berlangsung di Paris, pada Rabu 14 Desember setelah 'perang' penawaran harga," kata rumah lelang Drouot seperti dikutip dari BBC, Kamis (15/12/2016).

Stempel kuno seukuran telapak tangan itu terbuat dari steatite merah dan putih, sejenis batuan mineral. Benda itu merupakan salah satu dari ratusan stempel yang dimiliki oleh Kaisar Qianlong, salah satu kaisar Tiongkok terlama.

Rekor sebelumnya atas penjualan stempel terjual pada 14 juta euro pada tahun 2011.

Pakar seni Asia, Alice Jossaume mengatakan, awalnya diperkirakan terjual antara 800.000 euro dan 1 juta euro atau sekitar Rp 11 juta hingga 14 juta (dengan kurs rupiah Rp 14.060).

"Stempel terbaru itu awalnya diakuisisi oleh seorang dokter angkatan laut
Prancis muda, yang mengunjungi China pada akhir Abad ke-19. Sejak saat itu benda tersebut disimpan keluarganya," jelas rumah lelang Drouot dalam bahasa Prancis.

Kaisar Qianlong, yang memerintah China selama Abad ke-18, adalah seorang seniman yang menggunakan segel untuk menandatangani karya-karyanya. Ia juga kerap membuat karya-karya seni rumit.

Stempel yang dijual pada Rabu kemarin itu memiliki fitur sembilan naga yang menandakan maskulinitas dan otoritas kekaisaran.

Rumah lelang Drouot mengatakan lebih dari 1.800 stempel Qianlong pernah dibuat, 700 di antaranya menghilang. Sementara 1.000 lainnya disimpan oleh China Palace Museum di Kota Terlarang Beijing.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya