Penjara Brasil Rusuh Lagi, 3 Napi Tewas dengan Kepala Terpenggal

Penjara rusuh akibat bentrokan geng di Kota Manaus, Brasil berulang. Kali ini empat orang tewas, dengan tiga di antaranya terpenggal.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 09 Jan 2017, 11:27 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2017, 11:27 WIB
Ilustrasi narapidana.
Ilustrasi narapidana.

Liputan6.com, Manaus - Rusuh di penjara Brasil, tepatnya di Kota Manaus, berulang. Kali ini bentrok antar geng itu mengakibatkan empat orang tewas.

Dilansir dari BBC, Senin (9/01/2017), tiga korban kerusuhan di penjara Vidal Pessoa di pusat Kota Brasil ditemukan dalam kondisi kepala terpenggal.

Penjara itu dibuka kembali untuk untuk menampung tahanan dari penjara di mana 56 orang tewas dalam kerusuhan pekan lalu.

"Kekerasan penjara di negara bagian Brasil kerap terjadi akibat persaingan antara geng atas perdagangan narkoba," kata para pejabat.

Insiden kerusuhan itu "menular" ke penjara negara tetangga, Roraima. Sebanyak 33 orang tewas dalam bentrok pada hari Jumat.

Perseteruan meningkat dalam enam bulan terakhir antar dua geng narkoba terbesar di Brasil gara-gara keduanya memutuskan untuk mengakhiri kongsi yang telah terjalin selama dua dekade. 

Geng terbesar dan paling kuat, First Capital Command (PCC) yang berbasis di Sao Paulo, pecah kongsi dengan Red Command yang bermarkas di Rio de Janeiro ketika PCC mengambil alih rute perdagangan narkoba di tenggara negara itu.

Anggota PCC menjadi sasaran rusuh pada Minggu lalu dalam aksi kekerasan pertama di penjara di pinggiran Manaus. Total jumlah korban tewas yang mencapai 56 orang membuat insiden kerusuhan penjara itu menjadi yang paling keras di Brasil selama beberapa dekade.

Lima hari kemudian, anggota PCC menewaskan 33 orang di sebuah penjara negara Roraima. Menurut rekaman ponsel yang beredar di media sosial, narapidana sengaja menghancurkan tubuh sebagai aksi balas dendam.

Sejak berpisah dari PCC, Red Command telah bersekutu dengan geng di daerah utara Brasil yang lebih kecil, yakni North Family.

Pemerintah sampai sekarang menggunakan kebijakan mentransfer pemimpin geng dan anggota ke penjara yang jauh dari wilayah operasi mereka.

Lembaga hak asasi manusia berpendapat bahwa tindakan itu memiliki pengaruh yang kecil, dan telah menyerukan program negara untuk mengurangi kepadatan dan kondisi yang mengerikan di penjara-penjara negara itu.

Atas permintaan beberapa negara di utara, pemerintah Brasil berjanji membuat program pembangunan penjara baru untuk mengatasi kepadatan tahanan dan menambah personel keamanan demi mengurangi aksi kekerasan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya