Liputan6.com, Nabatieh - Israel mengatakan pada hari Selasa (11/3) bahwa mereka telah membunuh seorang militan senior Hizbullah yang bertanggung jawab atas drone atau pesawat nirawak dan rudal, bahkan saat mereka membebaskan tahanan Lebanon sebagai isyarat "itikad baik" kepada presiden baru negara tersebut.
Meskipun ada gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, Israel terus melakukan serangan udara di Lebanon, dengan alasan bahwa serangan itu diperlukan untuk mencegah kelompok militan yang didukung Iran itu mempersenjatai kembali atau membangun kembali kehadiran mereka di sepanjang perbatasan utaranya.
Advertisement
Baca Juga
"Awal hari ini (11 Maret), IAF (angkatan udara) melakukan serangan tepat berdasarkan intelijen di wilayah Nabatieh di Lebanon selatan, menewaskan Hassan Abbas Ezzedine, kepala pasukan udara Hizbullah di unit regional Bader," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP, Rabu (12/3/2025).
Advertisement
Dikatakan bahwa mereka melakukan serangan kedua pada hari Selasa (11/3) di wilayah Froun, yang menargetkan beberapa militan.
"Beberapa teroris diidentifikasi di sebuah lokasi yang digunakan oleh Hizbullah di wilayah Froun di Lebanon selatan," kata militer. "Sebuah pesawat IAF menyerang para tersangka."
Kantor Berita Nasional resmi Lebanon melaporkan bahwa dua orang tewas dalam serangan Israel.
"Serangan pesawat nirawak musuh Israel yang menargetkan sebuah mobil di jalan Deir El-Zahrani mengakibatkan satu orang tewas," kata kantor berita itu, mengutip kementerian kesehatan.
Kemudian dilaporkan bahwa orang kedua tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah kendaraan di wilayah Froun.
Meskipun gencatan senjata yang dicapai pada tanggal 27 November sebagian besar mengakhiri permusuhan selama lebih dari setahun — termasuk perang skala penuh selama dua bulan di mana pasukan darat Israel melintasi perbatasan — Israel terus melancarkan serangan berkala di wilayah Lebanon.
Israel awalnya diperkirakan bakal menarik diri dari Lebanon pada tanggal 18 Februari, setelah gagal memenuhi tenggat waktu bulan Januari, tetapi telah mempertahankan kehadirannya di lima lokasi strategis.
Gencatan senjata tersebut juga mengharuskan Hizbullah mundur ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer (20 mil) dari perbatasan, dan membongkar semua infrastruktur militer yang tersisa di Lebanon selatan.
Israel Bebaskan WN Lebanon yang Ditahan Selama Konflik dengan Hizbullah
Dalam perkembangan terpisah pada hari Selasa (11/3), Israel mengumumkan telah setuju untuk membebaskan lima warga negara Lebanon yang ditahan selama perang dengan Hizbullah.
"Dalam koordinasi dengan Amerika Serikat dan sebagai isyarat kepada presiden baru Lebanon, Israel telah setuju untuk membebaskan lima tahanan Lebanon," kata pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kantor Presiden Lebanon Joseph Aoun mengatakan empat tahanan telah dibebaskan pada hari Selasa (11/3) dan yang kelima akan menyusul pada hari Rabu (12/3).
Pembebasan mereka menyusul pertemuan sebelumnya pada hari Selasa (11/3) di kota perbatasan Lebanon Naqoura, yang dihadiri oleh perwakilan Israel, Lebanon dan mediator Prancis dan Amerika Serikat.
"Selama pertemuan tersebut, disepakati untuk membentuk tiga kelompok kerja bersama yang bertujuan untuk menstabilkan kawasan tersebut," kata pernyataan perdana menteri.
"Kelompok-kelompok ini akan fokus pada lima titik yang dikuasai Israel di Lebanon selatan, diskusi tentang Blue Line (Garis Biru) dan wilayah yang masih disengketakan, serta masalah tahanan Lebanon yang ditahan Israel."
Garis Biru adalah garis demarkasi yang dipatroli PBB yang telah berfungsi sebagai perbatasan de facto sejak tahun 2000.
Dalam wawancara dengan saluran berita Lebanon Al Jadeed, Wakil Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Morgan Ortagus menekankan upaya Washington untuk menyelesaikan masalah perbatasan.
"Kami ingin mendapatkan resolusi politik, akhirnya, untuk sengketa perbatasan," kata Ortagus.
"Jika menyangkut perjanjian perbatasan, perjanjian perbatasan darat, ada 13 poin -- saya pikir enam masih bermasalah," katanya.
Ortagus mengatakan Israel telah "menarik diri dari lebih dari 99 persen wilayah".
"Saya merasa cukup yakin bahwa... kita dapat memperoleh resolusi akhir pada lima poin dan akhirnya pada masalah yang tersisa terkait dengan Garis Biru".
Advertisement
