Ilmuwan Ciptakan 'Kotak Ajaib' yang Ubah Udara Jadi Air

Para ilmuwan telah mengembangkan sebuah kotak yang dapat mengubah udara dengan tingkat kelembaban rendah menjadi air.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 15 Apr 2017, 08:24 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2017, 08:24 WIB
20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Orang yang tinggal di daerah gersang, yang dilanda kekeringan tidak lama lagi akan dapat memperoleh air langsung dari sumber yang ada di sekitar mereka.

Air itu bersumber dari udara, ujar para peneliti Amerika pada Kamis 13 April 2017.

Para ilmuwan telah mengembangkan sebuah kotak yang dapat mengubah udara dengan tingkat kelembaban rendah menjadi air, yang mampu memproduksi beberapa liter air setiap 12 jam, tulis mereka di jurnal Science.

"Kotak ini mengambil air dari udara dan kotak ini menangkapnya," ujar Evelyn Wang, seorang insinyur mesin di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dikutip dari VOA News, Sabtu (15/4/2017).

"Teknologi ini bisa jadi sangat bermanfaat untuk daerah-daerah terpencil di mana ada keterbatasan dalam infrastruktur," ujar Wang yang juga salah satu penulis makalah tersebut.

"Sistem itu yang saat ini masih dalam fase purwarupa atau prototipe, menggunakan bahan yang menyerupai tepung pasir untuk menangkap udara dalam pori-porinya yang kecil. Ketika dipanasi oleh sinar matahari atau sumber lain, molekul-molekut air dalam udara yang terperangkap dirilis dan dikondensasi –- pada intinya 'menarik' air dari udara," jelas para ilmuwan.

Sebuah uji coba baru-baru ini di atap MIT mengkonfirmasi sistem itu, yang mampu memproduksi sekitar segelas air setiap jamnya dalam tingkat kelembaban udara antara 20 hingga 30 persen.

Sejauh ini perusahaan-perusahaan seperti Water-Gen dan EcoloBlue sudah memproduksi unit atmosferik, yang dapat menghasilkan air yang memanen air dari udara.

Apa yang spesial dari purwarupa produk penghasil air ini?

"Unit ini dapat membudidayakan air dalam lingkungan dengan tingkat kelembaban rendah tanpa perlu energi. Tidak membutuhkan sistem yang rumit yang membutuhkan sejenis siklus pendinginan," tutur Wang.

Menurut para ilmuwan, sekitar sepertiga penduduk dunia tinggal di daerah-daerah dengan tingkat kelembaban udara yang relatif rendah. Wilayah yang dilanda kekeringan seringkali diterpa udara kering, namun Wang mengatakan produk baru ini tetap dapat membantu mereka untuk mendapatkan air.

"Sekarang kita dapat pergi ke daerah-daerah yang lumayan kering, kawasan-kawasan gersang. Kami dapat memasok mereka dengan alat ini, dan mereka dapat menggunakannya dengan mudah," beber para ilmuwan.

Teknologi ini membuka pintu untuk apa yang disebut oleh salah satu penyusun makalah, Omar Yaghi, sebagai "air yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi".

Yaghi, seorang profesor kimia di University of California, Berkeley, membayangkan masa depan di mana air di produksi tanpa tergantung jaringan pipa ke rumah-rumah pribadi. Kemungkinan juga ladang pertanian akan menggunakan alat itu.

"Aplikasi alat ini lebih luas dari sekedar air minum dan untuk tujuan rumah tangga, tidak tergantung jaringan pipa. Penemuan ini membuka penggunaan teknologi untuk mengairi kawasan pertanian yang luas," imbuh Yaghi.

Dalam beberapa tahun ke depan, Wang menambahkan, para pengembang berharap untuk menemukan cara mereproduksi alat ini dalam skala besar dan berangsur-angsur memproduksi sebuah produk resmi. Produk yang dihasilkan, menurut keyakinannya, akan cukup terjangkau dan mudah didapat.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya