Liputan6.com, Antartika - Peneliti di Antartika Barat meneliti formasi es langka yang disebut 'dragon-skin' atau 'kulit naga'. Menurut ilmuwan, fenomena tersebut terakhir kali terlihat pada 2007.
Fenomena yang disebut ilmuwan tidak pernah terlihat di Antartika sejak 2007 itu, terjadi akibat polynyas -- area perairan terbuka yang dikelilingi oleh es -- yang dalam kondisi angin kencang bisa bertindak seperti pabrik es dan menghasilkan es laut 10 kali lebih banyak dari biasa.
Baca Juga
"Es kulit naga sangat jarang, aneh, dan menjadi bukti kekacauan kelam di dunia cryospheric -- bagian permukaan planet di mana air berada dalam bentuk bekuan," ujar ahli oseanografi kutub dari Univesity of Tasmania, Guy Williams.
Advertisement
Dalam kasus es kulit naga, cryosphere dipengaruhi angin kencang yang dsebut angin katabalik dan meningkatkan produksi es dan mengangkat es permukaan setelah mengeras. Angin tersebut membekukan sumber air segar sebelum siklus dimulai kembali.
Williams merupakan bagian dari ekspedisi Polynyas & Ice Production in the Ross Sea (PIPERS) dengan menggunakan kapal AS Nathaniel B. Palmer. Peneliti tersebut mempelajari bagaimana angin katabatik mempengaruhi polynas dan es di lautan Antartika.
Kulit naga baru-baru ini terlihat pada pekan lalu saat kapal mendekati asal angin di Terra Nova Bay.
"Sangat menakjubkan untuk merasakan pengalaman interaksi samudra dan atmosfer kutub. Kita sangat kecil jika dibandingkan dengan kekuatan yang ada di sekitar kita...," ujar Williams.
Selain mempelajari formasi es, ekspedisi yang berlangsung hingga Juni 2017 itu akan memeriksa bagaimana garam di air laut tak diterima saat pembentukan es. Selain itu, para ilmuwan juga melihat bagaimana fenomena di Antartika tersebut mempengaruhi arus laut dan sirkulasi air.
"Kami akan menghabiskan dua minggu ke depan di perut naga yang bernapas es ini," tulis Williams.