Liputan6.com, La Jolla - Sudah diketahui bahwa salah satu cara meningkatkan kebugaran dan daya tahan (endurance) adalah melalui olah raga. Hanya saja, masih banyak orang yang malas atau berhalangan melakukannya karena berbagai alasan.
Lalu, bagaimana kalau ada sebutir pil yang memiliki dampak sama seperti manfaat olah raga? Dengan pil itu, tidak ada alasan lagi untuk tidak mendapat manfaat kesehatan dari olah raga.
Dikutip dari New Atlas pada Kamis (11/5/2017), para peneliti di Salk Institute di Amerika Serikat mendapati bahwa jika mereka memberikan sejenis campuran kimia pada tikus-tikus percobaan, maka tikus-tikus mampu berlari 70 persen lebih lama.
Advertisement
Baca Juga
Jika penanganan serupa berhasil diterapkan pada manusia, hal itu dapat membuka jalan bagi pelatihan para atlet, kaum lanjut usia, pengidap obesitas, dan orang-orang lainnya yang terbatas mobilitasnya.
Para peneliti mengembangkan berdasarkan penelitian sebelumnya terkait lintasan genetik tertentu yang dipicu oleh kegiatan berlari.
Mereka mengidentifikasi campuran kimia yang mengaktifkan gen yang sama, yang meningkatkan resistensi terhadap penambahan beban dan tanggapan terhadap insulin seperti yang terjadi dalam diri para pelari jarak jauh.
Tim itu memberikan dosis tinggi zat tersebut kepada sekelompok tikus lembam (kurang gerak) sehingga tikus-tikus itu kemudian bisa berlari lebih lama daripada dalam percobaan sebelumnya.
Tikus-tikus mampu berlari 270 menit sebelum menjadi lelah, dibandingkan kemampuan lari 160 menit yang diraih oleh para tikus lembam lain yang tidak menerima zat itu.
Ronald Evans dari Salk Institute menjelaskan, "Seratus menit merupakan penambahan besar pada unjuk kerja tikus-tikus lembam yang sebelumnya tidak pernah berlatih."
"Perlu lebih banyak pelatihan yang tekun setiap hari untuk mendapatkan manfaat itu dan tikus-tikus itu meraihnya karena kami mengasupnya dengan obat yang memprogram ulang sifat-sifat metabolisme mereka."
Baru-baru ini ada penelitian lain yang melibatkan pil yang mampu memberikan manfaat-manfaat olah raga tanpa perlu latihan jasmani, yaitu dalam bentuk penambahan massa otot.
Tim dari Salk menelaah caranya hal itu terjadi guna memberikan tambahan daya tahan pada tikus yang diberi obat. Para peneliti mendapati bahwa gen yang mengatur pembakaran lemak meningkat, sedangkan gen yang membantu membakar karbohidrat menjadi energi malah dikurangi.
Menurut para peneliti, perintah kepada tubuh untuk membakar lemak sebagai sumber energi bagi otot adalah cara yang dipakai gen untuk mempertahankan kadar gula bagi otak.
"Penelitian ini menengarai bahwa pembakaran lemak bukanlah yang terutama menjadi pendorong daya tahan jika dibandingkan dengan mekanisme kompensasi untuk menghemat glukosa," kata Michael Downes, salah satu penulis senior penelitian itu.
Nantinya, salah satu penerapan pil pemberi sejumlah manfaat olah raga tanpa upaya fisik itu bisa diresepkan bagi orang pengidap obesitas atau diabetes tipe 2 agar membantu mereka membakar lemak.
Evans melanjutkan, "Misalnya seorang pengguna kursi roda, atau tentara yang cedera, atau sedang dirawat di rumah sakit guna menunggu pembedahan. Mereka tidak bebas bergerak."
"Kalau kita bisa menghadirkan molekul kecil yang memberikan manfaat kebugaran tanpa perlu latihan itu, maka kita bisa menolong banyak orang."
Penelitian ini sudah tertera dalam terbitan teranyar jurnal Cell Metabolism.