Pentagon: China Akan Bangun Pangkalan Militer di Pakistan

Laporan tahunan Kementerian Pertahanan AS memprediksi China akan membangun pangkalan militer baru di Pakistan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 07 Jun 2017, 19:20 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2017, 19:20 WIB
Markas Departemen Pertahanan AS atau Pentagon
Markas Departemen Pertahanan AS atau Pentagon (Wikipedia)

Liputan6.com, Washington, DC - China dilaporkan akan memperluas kapabilitas militernya dengan membangun sebuah pangkalan baru di Pakistan. Pembangunan pangkalan militer baru tersebut ditujukan untuk mempertahankan kepentingan luar negeri China.

Kabar tersebut datang dari "Annual Report to Congress, Military and Security Developments Involving the People's Republic of China 2017", demikian seperti yang dikutip oleh The Guardian, Rabu (7/6/2017).

Laporan tahunan tersebut merupakan hasil kajian dan laporan Pentagon terhadap isu pertahanan dan keamanan Negeri Tirai Bambu yang akan diserahkan kepada Kongres.

Annual Report to Congress, Military and Security Developments Involving the People's Republic of China 2017 (Kementerian Pertahanan Amerika Serikat)

Menurut laporan itu, Negeri Tirai Bambu menghabiskan anggaran untuk militer sekitar US$ 180 miliar pada 2016, atau US$ 40 miliar lebih banyak ketimbang nilai anggaran resmi yang diisukan oleh Beijing. Pentagon percaya bahwa angka resmi tersebut tidak dapat dijadikan patokan akurat, mengingat transparansi penghitungan anggaran yang buruk dari Pemerintah China.

Selain membahas soal anggaran militer China, laporan tersebut juga memprediksi adanya kemungkinan pendirian pangkalan militer baru China di luar negeri, salah satunya seperti Pakistan.

"Besar kemungkinan bahwa China akan mendirikan pangkalan militer baru di sejumlah negara yang memiliki relasi kuat dan kepentingan yang sama dengannya, seperti Pakistan," tulis Laporan Tahunan Kemhan AS seperti yang dikutip oleh The Guardian, Rabu 7 Juni 2017.

"Inisiatif itu, beserta dengan kunjungan rutin kapal China ke pelabuhan negara lain, merefleksikan berkembangnya ketertarikan angkatan bersenjata China di luar negeri," tambah laporan tersebut.

Laporan tersebut juga menjelaskan rencana perluasan pengaruh militer China, khususnya angkatan lautnya, di perairan jauh, seperti Samudera Hindia, Laut Mediterania, dan Samudera Atlantik.

Rencana itu intens dilakukan sejak 2016. Pada tahun itu, People Liberation Army (PLA) atau angkatan bersenjata China tengah membangun pangkalan militer baru di Djibouti, Tanduk Afrika timur.

Prajurit AS di Camp Lemonnier, Djibouti (Wikimedia Commons)

Dijibouti juga menampung pangkalan militer AS sejak 2001 yang bernama Camp Lemonnier. Pangkalan tersebut merupakan basis Angkatan Laut Ekspedisioner dan Pusat Komando Gugus Tugas Tanduk Afrika, yang bertanggung jawab atas operasi militer di kawasan Teluk Persia dan Horn of Africa.

Menurut laporan Pentagon tersebut, China diprediksi kuat akan membangun pangkalan baru di Pakistan. Saat ini, China merupakan negara utama pemasok senjata kepada Islamabad.

"China ingin memiliki kapabilitas untuk menegasikan pengaruh AS di kawasan itu, demi menjadi militer terkuat di kawasan Asia Selatan," kata Sam Roggeveen, pakar politik militer China dari Lowy Institute for International Policy.

"Untuk sementara ini, ambisi China masih sebatas pada kawasan Asia. Tapi sudah tampak jelas bahwa mereka tertarik untuk meluaskan pengaruhnya secara global. Meski masih pada tahap awal, mereka tampak jelas memulai hal tersebut," tambah Lowy.

Beberapa waktu belakangan, Tiongkok perlahan-lahan mulai menegaskan kehadiran militernya di kancah global, khususnya pada sejumlah teritorial konflik seperti di Laut China Selatan. Angkatan Laut Negeri Tirai Bambu kerap membangun tensi tegang dengan kapal AS dan negara lain di kawasan Laut China Selatan.

Ekspansi militer di luar negeri China, juga terkait dengan inisiatif infrastruktur senilai US$ 90 miliar yang diperjuangkan oleh Presiden China Xi Jinping untuk menciptakan jalur perdagangan maritim yang dikenal dengan nama Jalur Sutra dan jalur perdagangan darat di Afghanistan dan Pakistan.

"Rencana China yang mulai melakukan ekspansi global, membuatnya memerlukan sejumah aset militer di negara lain yang efisien namun efektif. Kini tantangan terbesarnya adalah bagaimana menjalan komunikasi dengan negara yang menampung pangkalan militer China tersebut," jelas Zhu Feng, profesor hubungan dan keamanan internasional dari Nanjing University.

Laporan Pentagon menambahkan bahwa kini China telah memiliki angkatan laut terbesar di Asia Pasifik dengan memiliki lebih dari 300 kapal. Meski begitu, laporan tersebut menilai bahwa teknologi dan kekuatan alutsista kemaritiman China masih sedikit tertinggal dengan Jepang dan Amerika Serikat.

Sejumlah hanggar dan radar di pulau milik Tiongkok, Fiery Cross, Laut China Selatan (Asia Maritime Transparency Initiative)

Di sisi lain, Pentagon dalam laporannya tidak menyebut tentang isu reklamasi daratan di Laut China Selatan yang dilakukan oleh Tiongkok pada beberapa waktu lalu. Padahal, menurut The Guardian dan sejumlah media lain, Beijing dilaporkan membuat reklamasi pulau seluas 1.300 hektare di tujuh daratan karang di Laut China Selatan.

Tiga daratan reklamasi di Laut China Selatan itu diprediksi akan difungsikan sebagai lapangan udara yang mampu menampung tiga resimen jet tempur, 24 hanggar, barak, serta gedung administrasi dan komunikasi militer.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya