Liputan6.com, London - Cita-cita Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk memenangkan suara mayoritas gagal total. Hasil menunjukkan, Partai Konservatif tidak mendapat suara mayoritas di parlemen.
Sampai saat ini, Partai Konservatif hanya mendapat 261 kursi. Sementara pesaing terberat mereka dari Partai Buruh berhasil merengkuh 233 kursi.
Untuk mendapat suara mayoritas, dibutuhkan sebanyak 326 kursi dari 650 yang diperebutkan. Kini, telah 558 kursi yang telah ditentukan pemenangnya.
Advertisement
Saat menyampaikan pidato mengenai pemilu, suara dari May terdengar lirih. Dia mengaku siap menerima hasil pemilu.
Baca Juga
"Bersamaan dengan pandangan kita ke depan, kita harus menunggu dan melihat bagaimana hasil final dari pemilu ini," sebut May, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (9/6/2017).
"Saya tahu negara kita perlu periode stabilitas. Dan, bagaimana Partai Konservatif memastikan kami dapat menepati tugas kami menciptakan stabilitas. Tapi sebagai satu negara kami harus terus maju," tambah dia.
May memastikan, meski tidak dapat suara mayoritas, janji yang disampaikan saat kampanye terutama soal Brexit pasti dipenuhi.
"Kami telah membentuk beberapa pertimbangan prioritas utama untuk masyarakat Inggris, seperti mencapai kesepakatan Brexit yang dapat dimengerti semua pihak serta menunjukkan cara bagaiamana kita menangani tantangan besar yang dihadapi negara kita dan melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan negara," sambung dia.
Ada beberapa hal buruk yang diprediksi terjadi jika Partai Konservatif tak dapat suara mayoritas. Salah satunya, perundingan Brexit diperkirakan akan berlangsung alot memakan waktu panjang melebih dari target.
Desakan Mundur
Hasil sementara pemilu yang begitu mengecewakan bagi May, jadi pukulan telak baginya. Sebab, suksesor David Cameron ini langsung mendapat desakan untuk mundur.
Salah satu sosok yang bersuara lantang meminta May mundur adalah pemimpin oposisi dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn.
"Ibu May harus bergerak dan membuat pemerintahan yang sesungguhnya, yang mewakili rakyat," sebut Corbyn dikutip dari Independent.
"PM menginginkan pemilu karena dia membutuhkan mandat, tapi yang ia dapat adalah hilangnya suara dan kursi dari konservatif, ia kehilangan dukungan dan kepercayaan, saya pikir ini sudah cukup bagi dia (untuk memerintah)," papar Corbyn.
Tidak cuma pihak lawan, usulan mundur datang dari internal partai. Pejabat dan mantan menteri Partai Konservatif, Anna Soubry punya pandangan serupa dengan Corbyn.
"Ia harus mempertimbangkan posisinya," ucap Soubry.
Berbeda dengan Corbyn, Soubry hanya mengatakan, komentar dia cuma sebatas saran bukan sebuah tuntutan. Urusan May mau atau tidak untuk mundur hanya bisa ditentukan yang bersangkutan.
"Itu urusan dia," kata dia.
Advertisement