Liputan6.com, Jakarta - Kapanpun penerbangan dilakukan, tak peduli iklim maupun lokasi, udara di dalam pesawat terbang selalu dibuat dingin.
Ternyata ada suatu alasan amat penting sehingga suhu dalam kabin selama penerbangan selalu dibuat rendah.
Dikutip dari News.com.au pada Jumat (30/6/2017), sebuah penelitian bertajuk "Fainting Passengers: The Role of Cabin Environment" yang diterbitkan dalam jurnal American Society for Testing and Materials, disebutkan bahwa suhu lebih hangat dalam kabin dapat meningkatkan risiko pingsan bagi beberapa penumpang.
Advertisement
Baca Juga
Menurut penelitian itu, kemungkinan pingsan "lebih tinggi dalam sebuah pesawat terbang daripada di darat" yang disebabkan oleh "penurunan ventilasi paru", yaitu pengurangan aliran darah ke otak.
Hal demikian dapat menyebabkan lunglai, mengantuk, dan penimbunan gas dalam lambung.
Dalam lingkungan yang memang sudah berisiko tinggi, penelitian itu mengungkapkan bahwa "suhu tinggi dalam kabin dapat lebih jauh lagi memicu reaksi yang dimaksud."
Jadi, dalam suatu penerbangan berisi ratusan orang di dalamnya -- dengan definisi mereka masing-masing tentang panas berlebih -- para awak kabin menjaga suhu kabin tetap dingin demi berjaga-jaga.
Selain peningkatan risiko pingsan, menjaga suhu kabin tetap rendah juga untuk menghindari dehidrasi.
Udara dalam kabin pesawat pun sudah kering. Jadi, kalau suhunya lebih hangat, semakin bertambahlah dehidrasi yang dialami para penumpang sehingga mereka bisa mual dan pusing.
Jadi, ketika merasa kedinginan dalam penerbangan, ingatlah untuk menambah lapisan pelindung untuk tetap hangat. Lebih baik demikian daripada mual sepanjang perjalanan jauh.