Liputan6.com, Marawi - Kelompok teror di Filipina Selatan, Maute, mengeksekusi enam orang sandera. Kelompok yang merepresentasikan ISIS di wilayah Asia Tenggara tersebut tak kalah kejam dengan organisasi induknya.
Eksekusi dilakukan karena enam sandera tersebut menolak ikut dalam pertempuran melawan militer Filipina.
Kematian enam orang sandera itu disampaikan Komandan Infanteri Pertama Militer Filipina, Letnan Kolonel Christopher Tampus. Mereka mendapat informasi tersebut dari tiga orang sandera kelompok Maute yang berhasil kabur.
Advertisement
"Itu adalah tindakan dari pria bersenjata di dalam kelompok tersebut. Mereka memaksa sandera untuk mengangkat senjata melawan militer (Filipina)," sebut Tampus, seperti dikutip dari Inquirer, Senin (10/7/2017).
"Kami berbicara kepada tiga orang sandera (yang berhasil kabur), itu yang mereka sampaikan kepada kami," sambung dia.
Baca Juga
Menurut informasi lanjutan dari tiga sandera itu, mereka berhasil kabur usai mematuhi perintah dari kelompok Maute untuk menembaki pasukan Filipina. Tindakan tersebut dilakukan pada saat tentara sedang berpatroli di Danau Lanao.
"Mereka dipaksa melakukan itu. Enam orang sandera lain dieksekusi di depan mereka, itu sebabnya mereka tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa mematuhi instruksi mereka," kata Tampus.
Selama bertempur dengan militer Filipina, kelompok Maute melakukan beberapa kekejaman terhadap warga sipil.
Selain menyuruh menembaki pasukan pemerintah dan angkat senjata ikut bertempur, para tahanan diinstruksikan menjarah rumah kosong. Sementara, beberapa sandera perempuan dijadikan budak seks.
Beberapa sandera yang berhasil kabur mengatakan, jasad penduduk sipil yang dibunuh kelompok Maute biasanya diletakkan begitu saja di jalanan Kota Marawi.
Simak juga video menarik berikut ini:
https://www.vidio.com/watch/783431-trump-travel-ban