Satelit Google Earth Menguak Lokasi Uji Rudal Korut

Hasil penginderaan satelit Google Earth menguak lokasi tes rudal ICBM Korut teranyar yang dekat dengan kawasan China.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 02 Agu 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2017, 18:30 WIB
20170405-Korea Utara Tembakkan Rudal Tak Dikenal-AFP
Layar televisi menyiarkan berita terkait Korea Utara yang menembakkan rudal ke arah Laut Jepang, di stasiun kereta Seoul, Selasa (5/4). Tembakan dilancarkan jelang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. (JUNG Yeon-Je/AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Ketika Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) untuk kedua kali pada Jumat pekan lalu, hal itu membuat Amerika Serikat berkeringat dingin.

Pasalnya, rudal bernama sandi Hwasong-14 itu dikabarkan mampu mencapai Alaska, salah satu kawasan Negeri Paman Sam di Arktik.

Akan tetapi, ketika lokasi peluncuran rudal Hwasong-14 itu berhasil terkuak, mungkin giliran China yang harus merasa cemas. Sebab, ground zero tes misil itu hanya berjarak sekitar 50 kilometer dari perbatasan Tiongkok. Demikian seperti yang dilansir dari Quartz Media, Rabu (2/8/2017).

Menurut hasil penginderaan satelit Google Earth, lokasi tes rudal ICBM Korut kedua pada Jumat pekan lalu serupa dengan uji coba misil antarbenua yang sama yang dilaksanakan pada 3 Juli 2017. Ground zero itu bertempat di Kota Chonchon, Provinsi Chagang, 271 km dari utara Pyongyang.

Terungkapnya lokasi tes itu dianggap mampu membuat China tidak nyaman. Pasalnya, jarak dari Chagang ke wilayah perbatasan Tiongkok hanya sejauh kurang lebih 50 kilometer.

Dari perspektif Beijing, lokasi itu sangat dekat dengan wilayah kedaulatannya. Dan Pyongyang sendiri tampaknya tidak terlalu berkeberatan akan hal itu, meski sejatinya Negeri Tirai Bambu merupakan salah satu sekutu Korut.

"Kedekatan lokasi itu merupakan pesan Korut kepada China," jelas Kim Yong-hyun, profesor dari Dongguk University di Seoul, Korea Selatan.

Lokasi peluncuran rudal Korea Utara (KCNA/Google Earth/Twitter)

Pesan yang dimaksud oleh Kim Yong-hyun merujuk pada merenggangnya hubungan bilateral antara China-Korut. Kerenggangan itu dipicu oleh berbagai faktor yang terjadi belakangan ini, seperti blokade ekspor batu bara Pyongyang ke Beijing, hingga sejumlah tensi politik.

Akan tetapi, dekatnya lokasi tes rudal Korut dengan wilayah China juga mampu membuat AS khawatir.

"Karena lokasinya dekat dengan kawasan China, hal itu membuat AS harus mempertimbangkan berulang kali jika berencana untuk menyerang lokasi itu sebagai langkah pencegahan," kata Park Hwee-rhak, profesor dari Kookmin University di Seoul.

Lokasi peluncuran rudal Korea Utara (KCNA/Google Earth/Twitter)

Sementara bagi Korut, lokasi silo-silo rudal yang terbilang baru itu seakan menunjukkan bahwa mereka mampu menembakkan misilnya dari tempat-tempat yang tak biasa, jelas pakar non-proliferasi nuklir, Jeffrey Lewis, dari Middlebury Institute of International Studies yang berbasis di Monterey, California.

China Perkuat Perbatasan dengan Korut?

China dilaporkan tengah memperkuat kawasannya di wilayah utara, khususnya di area yang berbatasan dengan Korea Utara. Hal itu dilakukan di tengah ketegangan yang berkelanjutan antara Korut dan Amerika Serikat di kawasan Semenanjung Korea.

Perbatasan Korea Utara - China membentang sejauh 1.415 km, melintas di Provinsi Liaoning, sebuah wilayah yang terkenal dengan aktivitas industri dan pertambangan. Demikian seperti yang dilansir oleh CNN, Rabu 26 Juli 2017.

Menurut laporan yang dipublikasikan oleh militer China dan berbagai lembaga pemerintah, Beijing tampak tengah menguatkan kawasannya yang berbatasan dengan Korea Utara.

Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa sepanjang bulan Juni lalu, angkatan bersenjata China, Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA), rutin melaksanakan berbagai latihan militer, baik infanteri, artileri, hingga aviasi di perbatasan.

Mereka pun bahkan dilaporkan membentuk brigade baru, yang dikhususkan untuk melakukan "patroli, mengumpulkan intelijen, meninjau situasi, dan melakukan pemetaan di kawasan perbatasan di Rusia, Korea Utara, dan Mongolia".

Kawasan itu, menurut laporan yang sama, juga mengalami peningkatan pemasangan instalasi pemantauan. Sejumlah CCTV, pesawat nirawak, dan mobil patroli beroperasi selama 24 jam penuh di kawasan perbatasan.

Menurut penjelasan Kementerian Luar Negeri China, aktivitas militer Tiongkok di perbatasan adalah hal lumrah yang sering dilakukan oleh PLA. Kemlu China juga mengklaim bahwa opsi militer bukanlah sebuah pilihan dalam daftar kebijakan luar negeri China guna menangani Korea Utara.

"Opsi militer bukan pilihan dalam menangani isu Semenanjung Korea. Sedangkan untuk aktivitas militer di sana, itu hanyalah bentuk kesiapan tempur dan operasi latihan pasukan perbatasan," jelas Juru Bicara Kemlu China, Lu Kang.

Saksikan juga video berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya