China Perkuat Militer dekat Perbatasan Korut, Siaga Perang?

China dilaporkan tengah memperkuat kawasannya di wilayah utara, khususnya di area yang berbatasan dengan Korea Utara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 27 Jul 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2017, 12:00 WIB
20150903-Kemeriahan Parade Militer China Warnai Peringatan 70 Tahun Berakhirnya PD II
Ratusan tentara melakukan long march saat parade militer untuk memperingati 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II di Beijing, China, Kamis (3/9/2015). (REUTERS/Damir Sagolj)

Liputan6.com, Beijing - China dilaporkan tengah memperkuat kawasannya di wilayah utara, khususnya di area yang berbatasan dengan Korea Utara. Hal itu dilakukan di tengah ketegangan yang berkelanjutan antara Korut dan Amerika Serikat di kawasan Semenanjung Korea.

Perbatasan Korea Utara - China membentang sejauh 1.415 km, melintas di Provinsi Liaoning, sebuah wilayah yang terkenal dengan aktivitas industri dan pertambangan. Demikian seperti yang dilansir oleh CNN, Rabu (26/7/2017).

Menurut laporan yang dipublikasikan oleh militer China dan berbagai lembaga pemerintah, Beijing nampak tengah menguatkan kawasannya yang berbatasan dengan Korea Utara.

Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa, sepanjang bulan Juni lalu, angkatan bersenjata China, Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA), rutin melaksanakan berbagai latihan militer, baik infanteri, artileri, hingga aviasi di perbatasan.

Mereka pun bahkan dilaporkan membentuk brigade baru, yang dikhususkan untuk melakukan 'patroli, mengumpulkan intelijen, meninjau situasi, dan melakukan pemetaan di kawasan perbatasan di Rusia, Korea Utara, dan Mongolia'.

Kawasan itu, menurut laporan yang sama, juga mengalami peningkatan pemasangan instalasi pemantauan. Sejumlah CCTV, pesawat nirawak, dan mobil patroli beroperasi selama 24 jam penuh di kawasan perbatasan.

Pada Perang Korea 1950 dan Perang Dunia II, kawasan perbatasan itu memiliki nilai strategis militer. Namun kini bagi China, isu yang paling mengkhawatirkan terkait kawasan perbatasan itu adalah fenomena arus pengungsi dan pencari suaka yang berasal dari Korea Utara.

"Pergerakan massal warga sipil Korea Utara yang melintas ke China melalui perbatasan merupakan isu besar. Apalagi mengingat, tak jauh dari perbatasan terdapat kawasan pada penduduk yang menjadi kawasan ekonomi penting bagi Tiongkok," jelas analisis dari Jamestown Foundation, firma pengkaji isu politik internasional yang berbasis di Amerika Serikat.

Tak hanya itu, menurut Council on Foreign Relations, isu kemiskinan dan buruknya kesejahteraan ekonomi yang diderita oleh warga Korea Utara dapat menjadi faktor pendorong yang memicu eksodus massal penduduk Korut ke China. Beberapa tahun terakhir, warga sipil Korut dilaporkan pernah mengalami kelaparan masal dan ketidakmerataan distribusi pasokan makanan ke pelosok daerah.

"Jika perang pecah, pemerintah mungkin harus mempertimbangkan membuka kamp pengungsian di teritori yang berbatasan dengan Korut, untuk mengatasi pelonjakan pengungsi yang datang dari negara tetangga," jelas Mayor Jenderal (Purn) Wang Haiyun, pensiunan PLA, kepada media China, Global Times.

Sementara itu, menurut penjelasan Kementerian Luar Negeri China, aktivitas militer Tiongkok di perbatasan adalah hal lumrah yang sering dilakukan oleh PLA. Kemlu China juga mengklaim bahwa opsi militer bukanlah sebuah pilihan dalam daftar kebijakan luar negeri China guna menangani Korea Utara.

"Opsi militer bukan pilihan dalam menangani isu Semenanjung Korea. Sedangkan untuk aktivitas militer di sana, itu hanyalah bentuk kesiapan tempur dan operasi latihan pasukan perbatasan," jelas Juru Bicara Kemlu China, Lu Kang.

Saksikan juga video berikut ini

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya