Bhutan 'Terjepit' Antara Dua Kekuatan Nuklir Dunia

Sektor pertahanan Bhutan sangat bergantung pada India. Di lain sisi, negara kecil di Himalaya itu tergiur mendekat ke China.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Agu 2017, 07:36 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2017, 07:36 WIB
Bhutan (Wikimedia Commons)
Bhutan (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Thimphu - Garnisun utama India di Bhutan hanya berjarak 13 mil dari perbatasan yang disengketakan dengan China. Di sana, terdapat akademi pelatihan, sebuah rumah sakit militer, lapangan golf -- semua itu dilihat sebagai upaya India untuk "membela" negara kecil di Himalaya.

Pada awal musim panas ini, China dilaporkan mulai memperluas jalan tidak beraspal di wilayah yang disengketakan dengan Bhutan. India meresponsnya dengan mengirim pasukan dan peralatan untuk memblokade proyek tersebut.

Negeri Hindustan menegaskan, pihaknya bertindak atas nama Bhutan.

Peristiwa tersebut telah memicu ketegangan yang berlangsung lebih dari 50 hari: tentara India berhadapan dengan pasukan China yang melakukan penggalian dalam beberapa ratus meter jauhnya.

Tensi tinggi antara New Delhi-Beijing terjadi pada saat bersamaan ketika Korea Utara-Amerika Serikat juga sedang memanas.

Sengketa perbatasan India dan China -- dua negara berpenduduk terpadat di dunia -- belakangan dikabarkan meningkat hingga memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik bersenjata. Kedua negara itu pernah terlibat perang pada tahun 1962.

Baik India maupun China sama-sama mengincar dominasi atas Bhutan, sebuah negara pegunungan yang berpenduduk sekitar 800.000 jiwa. Namun, sejak beberapa dekade, Bhutan memilih bersekutu dengan India.

Lebih dari setengah abad yang lalu, Bhutan mengawasi dengan hati-hati saat Komunis China mengambil alih kekuasaan dan akhirnya menduduki Tibet. Sementara, India menawarkan bantuan untuk membela diri dan Bhutan menerimanya melalui sebuah perjanjian pada tahun 1949.

Perjanjian tersebut membuat sektor pertahanan Bhutan bergantung pada India. Hingga hari ini, India melatih dan membayar gaji Tentara Kerajaan Bhutan, sementara korps tekniknya membangun dan memelihara jalan-jalan di Bhutan. Jumlah pasti tentara India di Bhutan tidak pasti, namun lazimnya terdapat 300 hingga 400 orang.

Belakangan, Bhutan dikabarkan "tercekik" dengan perlindungan yang diberikan India. Banyak yang berpendapat bahwa India telah menghalangi upaya Bhutan untuk membangun hubungan diplomatik dan memperluas hubungan perdagangan dengan Beijing.

"Bhutan berhak atas kedaulatannya; itulah inti persoalannya. Kami memiliki hak untuk hidup seperti yang kami inginkan dan menjalin hubungan luar negeri dengan pihak mana saja yang kami kehendaki," terang Wangcha Sangey, seorang mantan penerbit dan Kepala Kamar Dagang dan Industri yang vokal mengkritik campur tangan India atas Bhutan.

Pokok persoalannya dari sengketa wilayah tiga negara ini adalah tanah seluas 34 mil persegi yang diklaim oleh Bhutan dan China. India menuding China memperluas jalan demi meningkatkan kontrolnya atas daerah tersebut.

Mengapa wilayah itu penting bagi India? Karena itu merupakan koridor ke lembah India yang menghubungkan India tengah dengan negara-negara timur lautnya yang terkurung daratan.

India menyebut wilayah itu sebagai "Chicken Neck" atau "Leher Ayam". Sejak lama, New Delhi khawatir China dapat merebutnya melalui peperangan. Jika itu terjadi, maka India akan terbelah.

"Dalam kasus perang antara India dan China, kita akan menjadi daging dalam sandwich," kata Pema Gyamtsho, seorang pemimpin partai oposisi Bhutan seperti dikutip dari The New York Times pada Rabu (16/8/2017).

Ketika India memerintahkan pasukannya untuk melintasi perbatasan pada 16 Juni, itu dilakukan tanpa permintaan dari Bhutan. Sementara, Bhutan dianggap lebih senang berkelit jika ditanya seputar intervensi India. Di lain sisi, India juga menghindari isu serupa.

India Lebih Mengkhawatirkan?

Beberapa waktu lalu, China bersuara keras terhadap India. Liu Tang, Wakil Komandan Armada Laut China Selatan melalu Harian Tentara Pembebasan Rakyat mengatakan bahwa pengendalian diri mereka bukannya tanpa garis batas.

Dalam beberapa hari terakhir ini, India dikabarkan telah menyiagakan lebih banyak pasukan. Ini diduga mengindikasikan bahwa mereka juga tidak akan mundur.

Haa, sebuah desa kecil menjadi tempat di mana banyak pasukan India disiagakan. Sejauh ini, pasukan Bhutan tidak terlibat. Televisi dan media di negara itu mengikuti jejak pemerintah dengan tidak bicara apapun soal konflik.

Jalur pejalan kaki ke wilayah sengketa sendiri telah ditutup. Langkah itu menghentikan perdagangan informal dengan kota-kota di Tibet. Di Bhutan, sebuah negara di mana pendapatan ekonomi per kapita mencapai tingkat tertinggi, yakni US$ 2.751 pada tahun lalu, perdagangan telah menjadi mata pencaharian penting di sepanjang perbatasan.

Kebanyakan warga Bhutan dikabarkan lebih khawatir dengan tindakan India ketimbang China. Mereka melihat langkah India bertujuan untuk melemahkan perundingan perbatasan dengan China -- sementara mereka berharap hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Tiongkok.

Ada empat wilayah yang dipersengketakan Bhutan dan China. Dua di utara dan dua lainnya di barat. Pada tahun 1998, China mengusulkan agar Bhutan mengambil wilayah di utara sementara ditukar dengan satu wilayah di barat. Namun, hal ini belum mencapai kesepakatan akhir.

Tahun lalu, kedua pihak bertemu di Beijing. Pertemuan itu disebut-sebut hampir mendekati konsesus. Kendati demikian, hingga saat hasilnya belum kunjung pasti.

Bagi Bhutan, iming-iming hubungan yang lebih baik dengan China adalah uang melalui sektor perdagangan dan pariwisata -- salah satu industri terbesar di Bhutan.

Warga India tidak memerlukan visa untuk bepergian ke Bhutan, namun orang China harus membayar US$ 250 per hari untuk paket liburan. Dan untuk pertama kalinya tahun lalu, wisatawan asal China yang berkunjung ke Bhutan membludak.

Daya tarik warga China akan Bhutan ditengarai berkembang setelah salah satu bintang film Hong Kong, Tony Leung, menikahi aktris Carina Lau di Bhutan pada tahun 2008.

 

Saksikan video menarik berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya