Korut: Latihan Militer AS dan Korsel Dapat Memicu Perang Nuklir

Ketegangan di Semenanjung Korea belum sepenuhnya berakhir. Teranyar, Korut mengomentari dengan keras latihan militer AS-Korsel.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Agu 2017, 15:48 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2017, 15:48 WIB
Ilustrasi Korea Utara (AFP)
Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memperingatkan bahwa latihan militer bersama yang akan digelar Amerika Serikat dan Korea Selatan merupakan perilaku sembrono yang mendorong situasi ke dalam fase perang nuklir tak terkendali.

Pyongyang juga menyatakan, pihaknya dapat menjadikan AS sebagai target serangan kapan saja dan tidak satu pun dari Guam, Hawaii, atau bahkan daratan AS yang dapat menghindari serangan tanpa ampun.

"Tentara Rakyat Korea tetap bersiaga tinggi, siap untuk membendung musuh. Akan diambil langkah tegas meski upaya mencegah perang terlihat," demikian pernyataan Korut.

Seperti dikutip dari CNN pada Minggu (20/8/2017), pesan tersebut dimuat di Rodong Sinmun, surat kabar resmi pemerintah, satu hari sebelum AS memulai latihan militer dengan Korsel pada Senin waktu setempat. Latihan militer bersama itu dikenal dengan sebutan Ulchi Freedom Guardian.

Ketegangan Pyongyang-Washington meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini mau tidak mau memaksa China untuk turun tangan. Beijing mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri.

Pekan lalu, Korut mengatakan telah menyelesaikan sebuah rencana untuk menembakkan empat rudal ke wilayah Guam di AS. Media pemerintah Korut melaporkan bahwa pemimpin negara itu, Kim Jong-un, akan lebih dulu menilai langkah AS sebelum memerintahkan peluncuran. Namun, belakangan Korut mengumumkan bahwa rencana tersebut ditangguhkan.

Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford mengatakan, tidak ada yang istimewa dalam latihan militer bersama, meski dilangsungkan di tengah ketegangan dengan Korut. AS dan Korsel bersikeras menyebut latihan militer tersebut murni tindakan defensif.

Presiden Korsel Moon Jae-in pekan lalu berjanji kepada rakyatnya: "Tidak akan pernah ada lagi perang di Semenanjung Korea". Moon menegaskan pula bahwa negaranya dan AS memiliki kebijakan yang sejalan terkait Korut.

Moon juga memastikan bahwa Presiden AS Donald Trump akan mengonsultasikan keputusan militer apapun terkait Korut dengan Korsel.

Politisi liberal yang disumpah pada Mei lalu tersebut tidak memungkiri bahwa pengembangan senjata nuklir Korut "mendekati" garis merah, yakni "menyelesaikan pembuatan rudal antibenua dan mempersenjatainya dengan hulu ledak nuklir".

"Jika Korut memprovokasi lagi, maka mereka akan menghadapi sanksi yang jauh lebih keras dan pada akhirnya tidak akan mampu bertahan hingga akhir. Saya ingin memperingatkan Korut untuk tidak lagi melakukan pertaruhan yang berbahaya," terang Moon.

Sikap Moon yang menentang perang pun kembali ditegaskannya pada hari Selasa. Ia tekankan bahwa hanya Korsel yang dapat mengizinkan untuk memulai konflik bersenjata dengan Korut.

"Pemerintah, dengan meletakkan semua hal pada jalurnya, akan mencegah perang dengan segala cara," kata sang presiden.

 

Saksikan video menarik berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya