Jimmy Carter: Trump Bikin AS Lebih Oligarki Ketimbang Demokrasi

Sejumlah kritikan tajam dilontarkan mantan presiden AS, Jimmy Carter terhadap Donald Trump.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 13 Sep 2017, 15:03 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2017, 15:03 WIB
Trump Pimpin Upacara Peringatan Tragedi 11 September
Presiden AS Donald Trump didampingi Ibu Negara, Melania Trump bersiap memimpin upacara peringatan 16 tahun serangan 11 September ke gedung World Trade Center, di Gedung Putih, Senin (11/9). Serangan itu menewaskan sekitar 3.000 orang. (AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, Atlanta - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Jimmy Carter, melemparkan kritik tajam kepada Presiden AS Donald Trump. Kritikan tersebut disampaikannya dalam sebuah sebuah presentasi politik di The Carter Center di Atlanta.

Dalam pidatonya, Presiden ke-39 AS tersebut mengaku kecewa terhadap Trump. Terutama terkait pengambilan kebijakan dalam negeri dan luar negeri.

"Uang dalam politik membuat negara ini menjadi oligarki ketimbang demokrasi," sebut Carter seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (13/9/2017).

Untuk urusan luar negeri, menurut pandangannya, apa yang dilakukan Trump begitu mengecewakan.

Walau tak menjabarkan detail, Carter menyarankan AS seharusnya terlibat langsung dalam negosiasi perjanjian damai dengan Korea Utara. Jika kesepakatan perdamaian terjadi lewat negosiasi itu, maka gencatan senjata Perang Korea 1953 dapat diakhiri.

"Saya (jika berada di posisi Trump) akan mengirimkan orang terbaik ke Pyongyang sesegera mungkin, kalau tidak ada, saya sendiri yang akan berangkat," ucap dia.

Dalam pandangannya, Carter menilai Korut hanya ingin kepastian agar AS dan sekutunya tidak pernah menginvasi negaranya.

"Sampai kita berbicara dengan Korut dan memperlakukan mereka dengan hormat seperti manusia semestinya, saya lihat mungkin tidak akan pernah ada kemajuan," sebut Carter.

Perdamaian Timur Tengah

Masalah lain yang disinggung Carter dalam pidatonya adalah perdamaian Timur Tengah. Optimisme Trump, yang pernah mengatakan persoalan Israel-Palestina tengah ditangani, menurut Carter tidak akan terwujud.

"Secara praktis, tidak ada harapan Trump bisa membawa keadilan bagi orang-orang Palestina," sebutnya.

"Tidak ada pemikiran saya Trump dan keluarga bisa menciptakan proses (perdamaian) dengan pemikirannya sendiri," paparnya.

Terkait persoalan tersebut, kritikan turut diarahkan pada pemimpin Israel dan Palestina. Carter mengatakan, pemimpin dua negara itu kehilangan fleksibilitas dalam menyelesaikan masalah.

Bagaimana pun, Carter tetap menargetkan kritikan tajam terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu yang merupakan sahabat kental Trump. Carter menilai pemimpin Israel itu tidak punya niat mewujudkan two-state solution.


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya