Konspirator Serangan yang Tewaskan Dubes AS di Libya Ditangkap

Presiden Donald Trump bersumpah mencari dan mengadili para pelaku lainnya yang terlibat dalam serangan Benghazi, Libya, 2012 lalu.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 31 Okt 2017, 12:42 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2017, 12:42 WIB
Serangan Benghazi
Serangan terhadap Konsulat Amerika Serikat di Benghazi, Libya, pada September 2012. (Sumber AFP/Getty Images via National Public Radio)

Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan penangkapan seorang pria yang diduga terlibat dalam serangan ke kompleks diplomatik AS di Benghazi, Libya, lima tahun lalu.

Pria bernama Mustafa al-Imam itu ditangkap pada Minggu lalu di Libya. Melalui pernyataan, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa al-Imam "akan diadili di Amerika Serikat".

Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (31/10/2017), serangan terhadap konsulat AS di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya, pada September 2012 menewaskan Duta Besar Chistopher Stevens dan tiga warga AS lainnya.

"Ingatan kita yang mendalam dan pencarian yang panjang, bukan berarti kita tak berhenti dalam mencari dan menyeret para pelaku serangan keji di Benghazi ke pengadilan," kata Presiden Trump. 

Setelah tiba di AS, Imam akan dihadapkan kepada seorang hakim federal di Washington, DC, demikian menurut Departemen Kehakiman. 

Imam menghadapi tiga tuntutan pidana yang diajukan pada 19 Mei 2015 dan baru saja dibuka, yaitu membunuh atau konspirasi untuk membunuh seseorang dalam serangan di fasilitas federal, memberikan dukungan material kepada "teroris", dan menggunakan senjata api dalam berkaitan dengan pidana kekerasan.

Menurut pihak berwenang AS, Imam berusia kira-kira 46 tahun.

Sementara itu, Presiden Trump menyerukan kepada dua kubu di Libya untuk membentuk "pemerintahan dan militer yang bersatu."

"Kami menganjurkan seluruh warga Libya untuk mendukung proses rekonsiliasi yang difasilitasi oleh PBB dan bekerja sama untuk membangun negara yang damai dan stabil."

Serangan Benghazi

Almarhum Duta Besar AS untuk Libya, Christopher Stevens, ketika berbicara kepada media di Tripoli pada 11 April 2011. (Sumber AP/Ben Curtis)

Serangan terhadap konsulat AS di Benghazi terjadi pada peringatan ke-11 peristiwa serangan 11 September 2001 di AS yang dilakukan oleh Al Qaeda.

Stevens adalah seoarang diplomat karier dan memulai tugas sebagai Duta Besar sejak Mei 2012. Ia sebenarnya berkedudukan di ibu kota Tripoli, tapi sedang melakukan kunjungan singkat ke Benghazi saat konsulat diserbu.

Presiden AS saat itu, Barack Obama, dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dikecam habis-habisan oleh pihak Partai Republik yang menuduh mereka telah gagal menerapkan keamanan selayaknya bagi warga negara AS.

Selama masa kampanye pemilihan presiden pada 2016, Donald Trump yang waktu itu menjadi kandidat Partai Republik, mengangkat isu serangan Benghazi untuk menyerang Clinton, saingannya dari Partai Demokrat.

Pada Senin lalu, Trump menyampaikan pesan kepada keluarga-keluarga mereka yang gugur dan mengatakan "mereka tidak pernah dilupakan", sambil bersumpah mencari dan mengadili para tersangka lainnya.

Pada awal bulan ini, pengadilan AS memulai peradilan Ahmed Abu Khatallah, seorang tersangka lain dalam serangan 2012. Khattalah ditangkap pada 2013 dan telah menunggu pengadilan sejak 2014.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya