Liputan6.com, Canberra - Festival Indonesia yang menyajikan berbagai gerai makanan, panggung seni tradisional dan pameran budaya tanah air yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra pada 25 November 2017 menjadi kebanggaan tersendiri bagi publik Australia yang tinggal di Ibu Kota Canberra.
Hal ini terlihat dari terus membludaknya pengunjung yang menyesaki pelataran KBRI Canberra dari tahun ke tahun. Tahun ini pengunjung yang hadir mencapai lebih dari 6.000 orang. Beberapa di antaranya bahkan rela datang jauh dari Sydney yang berjarak hampir 300 km dari Canberra.
Baca Juga
Tak heran jika salah satu stasiun televisi ternama di Australia pun, WIN, secara khusus hadir untuk membuat liputan acara Festival Indonesia ini.
Advertisement
Bahkan sejumlah sekolah SMP dan SMA di Canberra juga mengerahkan murid-murid mereka untuk dapat menyaksikan festival makanan dan budaya tahunan ini.
Beragam kuliner khas Indonesia yang ditawarkan dalam festival ini memang menjadi daya tarik tersendiri. Sate ayam dan kambing, rendang, nasi Padang, gudeg Yogyakarta, mie Aceh, taoge goreng dan sebagainya adalah sedikit contoh dari sederet masakan terkenal Indonesia yang banyak diserbu pengunjung.
Mereka bahkan rela antre demi mendapatkan sajian masakan Indonesia yang mereka inginkan.
Selain pertunjukan ondel-ondel Betawi yang didatangkan langsung dari Jakarta dan Gamelan Bali KBRI Canberra yang dimainkan oleh gabungan orang Indonesia dan Australia, beragam atraksi seni dan tari daerah Indonesia yang ditampilkan di panggung pertunjukan, tak kalah efektifnya dalam menarik pengunjung.
Yang menarik, maskot ondel-ondel menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menyedot perhatian selama berlangsungnya acara dan menjadi incaran berfoto bersama.
Tari Saman yang semuanya dibawakan oleh pelajar Lyneham High School, Tari Jaipong, Ngarojeng, Bali, Batak, band PPIA (Perhimpunan Pelajar Indonesia-Australia) Canberra dan sejumlah penampilan lainnya, termasuk penyanyi kenamaan asal Papua, Michael Jakarimilena atau Michael J. Idol yang memang sangat populer di kalangan anak muda Australia, dan juga rocker Euis Cahya Dunbar, serta peragaan busana kain ikat Nusa Tenggara Timur (NTT), membuat betah pengunjung Festival.
Bahkan salah satu petinggi Kota Canberra, yakni Brendan Smyth yang menjabat sebagai Komisioner urusan multikultural dan sejumlah Dubes asing seperti dari Spanyol, Denmark, Finlandia, Meksiko, Siprus, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Korea, Myanmar dan Brunei Darussalam serta diplomat Australia mau pun diplomat asing, antara lain Tiongkok, Jerman dan Thailand, secara khusus juga hadir di Festival Indonesia ini.
Membawa Suasana Indonesia Lebih Dekat ke Australia
Menurut Dubes RI untuk Australia, Y. Kristiarto S. Legowo yang membuka acara ini, Festival Indonesia bertujuan untuk membawa suasana Indonesia lebih dekat kepada masyarakat Australia.
"Dengan mendatangi festival ini, publik di Australia dapat langsung merasakan, melihat dan memperoleh pengalaman langsung tentang kekayaan kuliner, seni budaya dan pariwisata Indonesia", ujarnya.
"Festival ini juga bertujuan untuk menarik lebih banyak turis Australia untuk berkunjung ke Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia menjadi destinasi terfavorit para pelancong dari Negeri Kanguru yang berkunjung ke luar negeri setelah Selandia Baru," imbuh Dubes yang juga dikenal jago bermusik dan menyanyi ini.
Bagi masyarakat Australia, Festival Indonesia memang menjadi momentum yang selalu ditunggu-tunggu.
Brian Watts salah seorang pengunjung yang hadir mengaku tak pernah melewatkan acara Festival Indonesia di KBRI Canberra ini. "Saya selalu menunggu acara ini karena saya dapat membeli sate ayam dan rendang," ujarnya bangga.
Sementara itu pengunjung lainnya, yaitu Kathy Sanderson menyebut faktor nostalgia sebagai alasan utamanya karena dulu pernah tinggal selama tiga bulan di Yogyakarta.
Menurut Trish Turner yang mengajak dua anaknya yang masih duduk dibangku SD, Festival Indonesia dan pameran seni budaya yang diadakan di Balai Kartini, KBRI Canberra, termasuk workshop Arumba dan Angklung, sangat informatif dan edukatif.
Para pengunjung memang banyak dimanjakan dengan beragam atraksi, termasuk berkesempatan memainkan alat musik angklung yang dipandu dari atas panggung.
Anak-anak pun disuguhi kegiatan mewarnai baju daerah Indonesia dan belajar Bahasa Indonesia melalui gerak dan lagu yang dipandu oleh seorang pendidik asal Australia, Reena Balding, yang sudah beberapa tahun tinggal di Indonesia.
Pagelaran Festival Indonesia yang sudah diadakan sejak tahun 2000-an ini ditutup dengan tarian bersama Gemu Famire dan Poco-Poco serta Sajojo.
Advertisement