Korsel: Ada Kemungkinan Korea Utara Setop Program Senjata Nuklir

Korea Selatan menyebut bahwa Korea Utara ingin membicarakan penghapusan senjata nuklirnya dan mengadakan dialog dengan Amerika Serikat.

oleh Citra Dewi diperbarui 07 Mar 2018, 08:42 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2018, 08:42 WIB
Bahas Ketegangan Semenanjung, Kim Jong-un Sambut Delagasi Korsel
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kanan tengah) menerima rombongan delagasi dari Korea Selatan di Pyongyang (5/3). Dalam pertemuan itu, Kim Jong-un membahas cara untuk mengurangi ketegangan di semenanjung Korea. (AFP/Handout)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara berkeinginan untuk membicarakan penghapusan senjata nuklirnya, dengan syarat keamanan negaranya terjamin. Pernyataan itu disampaikan Korea Selatan usai 10 delegasinya bertemu dengan petinggi Korut, termasuk Kim Jong-un.

Korea Selatan juga mengatakan, Kim mau berdialog dengan Amerika Serikat dan menghentikan uji coba senjata.

"Korea Utara menunjukkan keinginannya atas denuklirisasi Semenanjung Korea. Jika ancaman militer terhadap Korea Utara menurun dan keamanan rezim terjamin, Korea Utara memperlihatkan bahwa tak ada alasan untuk mempertahankan nuklirnya," demikian pernyataan dari Kantor Kepresidenan Korea Selatan, seperti dikutip dari BBC, Rabu (7/3/2018).

Selain itu, delegasi Korsel mengatakan bahwa pemimpin kedua negara, Kim Jong-un dan Moon Jae-in, sepakat untuk bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada April 2018.

Kim dan Moon rencananya akan bertemu di Panmunjom, desa yang terletak di Demilitarized Zone (DMZ). Kedua negara juga sepakat untuk membuka sambungan komunikasi hotline antara pemimpinnya.

Sejumlah kesepakatan yang mencengangkan banyak pihak itu disampaikan usai 10 delegasi Korea Selatan berdialog dengan petinggi Korea Utara di Pyongyang pada 5 sampai 6 Maret 2018.

Pertemuan tersebut terjadi setelah hubungan kedua negara menghangat dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 yang digelar di Pyeongchang, Korea Selatan.

Selain pawai di bawah satu bendera, tim hoki es Korut dan Korsel juga bertanding dalam satu regu. Kim Jong-un pun menyebut jamuan Negeri Gingseng begitu mengagumkan terhadap negaranya.

Delegasi Korea Selatan diperkirakan akan mengunjungi Washington pada akhir pekan ini untuk memberi informasi kepada pejabat AS tentang pembicaraan mereka dengan Korea Utara.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sinyal Kim Jong-un Ingin Rujuk dengan Korea Selatan

Bahas Ketegangan Semenanjung, Kim Jong-un Sambut Delagasi Korsel
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berjabat tangan dengan Kepala Delegasi Korea Selatan Chung Eui-yong saat melakukan pertemuan di Pyongyang (5/3). (AFP/Handout)

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengatakan bahwa ia ingin meningkatkan kemajuan hubungan dengan Korea Selatan. Kepada delegasi Korsel, ia berharap dapat menulis sejarah baru soal reunifikasi nasional.

Hal tersebut disampaikan Kim Jong-un saat delegasi Korea Selatan yang dipimpin Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong berkunjung ke Pyongyang. Itu merupakan kunjungan untuk kali pertama sejak Kim menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi Korut pada 2011.

"Ia (Kim Jong-un), bertukar pandangan mendalam mengenai isu-isu untuk meredakan ketegangan militer akut di Semenanjung Korea dan mengaktifkan dialog, kontak, kerja sama, dan pertukaran serba guna," demikian laporan media Korea Utara KCNA seperti dikutip The Guardian.

"Ia berulang kali mengklarifikasi bahwa ini adalah pendirian kami yang konsisten dan berprinsip dan keinginan tegasnya untuk meningkatkan kemajuan hubungan Utara-Selatan dan menulis sebuah sejarah baru reunifikasi nasional oleh usaha bersama bangsa yang dibanggakan di dunia ini," imbuh laporan tersebut.

Dalam kunjungan tersebut, Kim Jong-un juga menjamu delegasi Korea Selatan dengan makan malam. Istri Kim, Ri Sol-ju dan adiknya, Kim Yo-jong, turut menemani Kim dalam makan malam bersejarah itu.

Sejumlah foto memperlihatkan senyum lebar Kim kepada para delegasi yang diundang dalam makan malam itu.

Secara teknis, Korea Utara dan Selatan berada dalam kondisi bermusuhan sejak Perang Korea yang berlangsung pada 1950-1953 berakhir. Beberapa kali, negeri pimpinan Kim Jong-un itu pun mendapat kecaman luas dunia internasional akibat aktivitas pengembangan rudal dan nuklirnya.

 

Sikap Amerika Serikat

Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Kongres AS saat menyampaikan pidato State of the Union (30/1/2018) (AP PHOTO)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Kongres AS saat menyampaikan pidato State of the Union (30/1/2018) (AP PHOTO)

Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka hanya akan mengadakan perbincangan formal dengan Korea Utara jika Pyongyang siap untuk menghentikan perkembangan senjata nuklirnya.

Setelah informasi dari pejabat Korea Selatan disiarkan ke publik, Presiden AS Donald Trump mencuit "Dunia menyaksikan dan menunggu! Mungkin harapan palsu, tapi AS siap untuk bersikap keras ke dua arah!"

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence.

"Semua pilihan ada di atas meja dan sikap kami terhadap rezim tak akan berubah hingga kami melihat langkah-langkah denuklirisasi yang kredibel, terverifikasi, dan nyata," ujar Pence.

Dalam sebuah pidato di Gridiron Club Dinner pada 3 Maret 2018 malam, Trump mengatakan bahwa baru-baru ini Korea Utara membahas soal kemungkinan dilakukannya dialog antar kedua negara.

"Mereka menelepon kami beberapa hari yang lalu dan berkata, 'Kami ingin berbicara'," ujar Trump.

"Dan saya berkata, 'Begitu juga kami, tapi Anda harus melakukan denuklirisasi'. Jadi mari kita lihat apa yang terjadi," ucap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya