Stasiun Antariksa China Tiangong-1 Akan Tabrak Bumi, Ini Kemungkinan Terburuknya

Stasiun luar angkasa China, Tiangong-1, diperkirakan jatuh pada akhir Maret 2018. Sebesar apa dampaknya?

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Mar 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 17:30 WIB
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar. (CMSE)

Liputan6.com, Beijing - Stasiun luar angkasa pertama China, Tiangong-1, diperkirakan akan menabrak Bumi pada akhir Maret 2018. Namun, para ilmuwan tidak dapat memperkirakan dengan pasti kapan benda tersebut jatuh.

Sebuah perusahaan nirlaba yang berbasis di El Segundo, California, Amerika Serikat, Aerospace Corporation, memperkirakan, Tiangong-1 akan jatuh pada pekan pertama April. Sementara itu, Badan Antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA) memprediksi bahwa stasiun tersebut jatuh sekitar 24 Maret hingga 19 April 2018.

Apabila Tiangong-1 benar-benar menabrak Bumi dan kepingannya mendarat di sebuah wilayah, maka kawasan tersebut bisa terpapar bahan kimia yang bersifat korosif, yang sangat beracun.

Korosif adalah sifat suatu substansi yang menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosif menyebabkan kerusakan pada mata, kulit, sistem pernapasan, dan sebagainya. Contoh bahan kimia yang bersifat korosif, antara lain asam sulfat, asam astetat, asam klorida, dan lain-lain.

Sementara itu, menurut laporan yang dilansir Daily Mail, Kamis, 8 Maret 2018, Tiangong-1 membawa bahan kimia hidrazin. Dampak jangka panjangnya diyakini bisa menyebabkan kanker pada manusia, demikian menurut Aerospace Corporation.

Hidrazin adalah senyawa anorganik berbentuk cairan tak berwarna, berminyak, mudah terbakar, dan berbau seperti amonia. Zat ini sangat beracun dan berbahaya karena sifatnya yang tidak stabil. Hidrazin biasanya digunakan dalam bahan bakar roket.

Menurut United States Environmental Protection Agency (EPA), hidrazin banyak digunakan di sejumlah perindustrian, pertanian, dan militer.

Gejala jangka pendek yang ditimbulkan akibat terpapar kadar hidrazin tinggi, yakni iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, pusing, sakit kepala, mual, edema paru, kejang, serta koma. Efek jangka panjang juga bisa merusak hati, ginjal, dan sistem saraf pusat pada manusia.

Uji coba yang dilakukan oleh EPA pada hewan pengerat yang terdampak hidrazin menunjukkan adanya infeksi paru-paru, rongga hidung, serta tumor hati.

EPA telah mengklasifikasikan hidrazin sebagai Group B2, yang menyebabkan karsinogen pada manusia. Karsinogen adalah zat yang dapat memicu penyakit kanker.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Wilayah Mana yang Terancam?

Pesawat kargo luar angkasa China Tianzhou 1. (Zeng Tao/AP)
Pesawat kargo luar angkasa China Tianzhou 1. (Zeng Tao/AP)

Sementara itu, seperti dikutip dari CNBC, Aerospace Corporation mengatakan, hingga kini belum jelas di mana titik jatuh Tiangong-1.

Meski demikian, menurut mereka, ada sejumlah wilayah yang berpotensi jadi titik jatuh: China, Timur Tengah, Italia tengah, Spanyol utara, wilayah utara Amerika Serikat, Selandia Baru, Tasmania, sebagian Amerika Selatan, dan bagian selatan Benua Afrika.

Jonathan McDowell, astrofisikawan dari Harvard-Smithsonian Center, berpendapat, memprediksi titik jatuh stasiun antariksa China tersebut adalah hal yang sulit. Sebab, kata dia, ada banyak ketidakpastian di dalamnya.

Sebelumnya, pada 2016, China mengakui bahwa pihaknya kehilangan kendali Tiangong-1 dan tak dapat mengontrol masuknya kembali stasiun itu ke Bumi.

Sebuah laporan yang memuat sebuah peta kemungkinan jatuhnya Tiangong-1 menyebut bahwa stasiun tersebut akan jatuh di 43 derajat lintang utara dan 43 lintang selatan.

Tiangong secara harfiah memiliki arti Istana Surgawi. Stasiun Angkasa Luar itu diluncurkan pada 2011.

Tiangong-1 adalah stasiun angkasa luar pertama China yang mengorbit pada 30 September 2011. Selama itu, ada dua misi berawak yang dikirim ke stasiun berbobot delapan ton tersebut.

Aerospace bersikeras bahwa kemungkinan serpihan Tiangong-1 jatuh dan membahayakan manusia sangat kecil.

"Dalam sejarah penerbangan angkasa luar tidak ada orang yang pernah terluka dengan jatuhnya puing-puing angkasa luar. Hanya satu orang yang pernah tercatat tertabrak puing-puing angkasa luar dan untungnya, dia tidak terluka," demikian laporan Aerospace.

Seorang astrofisikawan dari Harvard University dan penggemar industri antariksa, Jonathan McDowell, memberikan peringatan. Ia mengatakan, puing-puing dari roket berukuran sama pernah masuk atmosfer Bumi dan mendarat di Peru pada Januari 2018.

"Setiap beberapa tahun sekali hal seperti ini terjadi, tapi Tiangong-1 besar dan padat sehingga kita tetap harus wasapada," ujar McDowell.

Akan tetapi, ia menebak hanya akan ada beberapa puing yang dapat menembus Bumi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya