Liputan6.com, Jalur Gaza - Ahmad Abu Hussein, seorang wartawan Palestina yang ditembak pasukan Israel saat meliput demonstrasi massal di sepanjang perbatasan Gaza awal bulan ini, meninggal dunia.
Pria berusia 24 tahun itu adalah fotografer yang bekerja untuk Voice of the People. Ia ditembak di bagian perut ketika bertugas meliput aksi protes di dekat Jebaliya pada 13 April 2018.
Hussein merupakan wartawan Palestina kedua yang tewas dibunuh tentara Israel sejak gelombang demonstrasi yang dikenal dengan sebutan the "Great March of Return" dimulai pada 30 Maret 2018.
Advertisement
Seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (26/4/2018), pihak Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa Hussein meninggal dunia pada hari Rabu di rumah sakit Tel Hashomer, di dekat Tel Aviv.
"Pada hari yang sama, jenazahnya dibawa ke rumah sakit Al-Andalusi di Jalur Gaza," ujar Ashraf al-Qudra, seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Jalur Gaza.
Baca Juga
Pada awalnya, Hussein dirawat di Jalur Gaza sebelum akhirnya dipindah ke sebuah rumah sakit di Ramallah pada 15 April dan ke Tel Hashomer empat hari kemudian.
Menurut saksi di lokasi penembakan Hussein, korban menggunakan rompi pelindung bertuliskan "PRESS" saat kejadian.
"Alat pelindung yang jelas menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah anggota pers, menjadikannya harus mendapat perlindungan ekstra -- bukan sebagai target," terang Sherif Mansour, koordinator program Timur Tengah dan Afrika Utara di Committe to Protect Journalist.
"Kematian Ahmed Abu Hussein menggarisbawahi perlunya otoritas Israel meneliti kebijakannya terhadap wartawan yang meliput protes dan sesegera mungkin mengambil tindakan yang efektif," imbuhnya.
Sebelum Hussein, seorang fotografer Palestina lainnya, Yaser Murtaja (30), juga tewas setelah ditembak oleh pasukan Israel pada 6 April 2018. Murtaja bekerja untuk Ain Media agency.
Murtaja dihantam timah panas di bagian perut ketika sedang meliput aksi protes di Khuza'a. Sama seperti Hussein, pada saat kejadian, ia juga menggunakan rompi pelindung bertuliskan "PRESS".
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
'The Great March of Return'
The "Great March of Return" merupakan sebutan bagi demonstrasi yang akan berlangsung selama enam pekan, dimulai dari 30 Maret 2018. Puluhan ribu warga Palestina akan merapat ke perbatasan Palestina-Israel untuk menuntut hak para pengungsi Palestina yang tanah dan rumahnya dirampas Israel selama perang tahun 1948.
Pengusiran bangsa Palestina oleh Isral ini kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Nakba atau hari kehancuran. Nakba jatuh pada 15 Mei, dan di hari itu pula the "Great March of Return" akan mencapai puncaknya.
Menurut pejabat Palestina, sedikitnya 40 orang Palestina tewas dan lebih dari 5.000 orang terluka sejak demonstrasi dimulai.
Israel telah menuai kritik tajam atas perintahnya melepas tembakan di sepanjang perbatasan.
Advertisement