Enggan Dikawal Paspampres, Presiden Meksiko: Rakyat Akan Melindungiku

Selain menolak untuk dikawal pasukan pengamanan presiden, Presiden Terpilih Meksiko Lopez Obrador ternyata juga menolak untuk tinggal di kediaman kepresidenan.

oleh Afra Augesti diperbarui 04 Jul 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2018, 16:00 WIB
Presiden terpilih Meksiko Lopez Obrador
Presiden terpilih Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menyapa para pendukungnya di Zocalo Square, Mexico City, setelah memenangkan pemilihan umum pada 1 Juli 2018. (AFP/Pedro Pardo)

Liputan6.com, Mexico City - Lopez Obrador baru saja terpilih sebagai Presiden Meksiko melalui pemilu yang digelar pada 1 Juli 2018. Pria bernama lengkap Andres Manuel Lopez Obrador ini akan mulai menempati kursi jabatannya, menggantikan Enrique Pena Nieto, pada 1 Desember nanti.

Menjadi Orang Nomor Satu di negaranya membuat Amlo, julukan untuk Obrador, mendapatkan haknya sebagai pemimpin. Beberapa di antaranya yaitu rumah dinas, istana kepresidenan, mobil presiden dan juga pasukan pengamanan presiden atau paspampres.

Tetapi pada hari Selasa 3 Juli, dua hari usai dinyatakan menang, Amlo yang merupakan mantan pemimpin National Regeneration Movement -- partai politik populis sayap kiri, menegaskan bahwa ia akan mengesampingkan beberapa haknya itu, seperti misal menolak untuk menggunakan paspampres. Alasannya, ia ingin dekat dengan rakyat.

"Saya tidak ingin pengawal, artinya rakyat akan menjaga dan melindungi saya," kata Amlo, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (4/7/2018).

"Saya tidak ingin berpergian dengan pengawalan ketat paspampres. Saya ingin kalian menjaga saya, saya ingin rakyat melindungiku," akunya ketika berkampanye di negara bagian Hidalgo pada bulan Mei.

José Antonio Crespo, seorang analis politik di Center for Economic Research and Teaching, menyebut keputusan Amlo sebagai "tindakan yang mutlak tidak bertanggung jawab”.

"Apa yang dikatakannya seperti 'Saya sama seperti orang lain, saya tidak punya hak istimewa' padahal ia bukan sekedar warga biasa, ia adalah kepala negara," kata Crespo kepada Associated Press.

Berikut janji-janji yang dilontarkan Amlo selama masa kampanye:

1. Menolak untuk tinggal di kediaman mewah presiden Meksiko, Los Pinos (Pohon Pinus). Ia justru ingin mengalihfungsikan gedung bergaya klasik tersebut menjadi pusat seni.

"Saya tidak akan tinggal di sebuah rumah mewah dalam bentuk apa pun," katanya pada pertemuan baru-baru ini.

2. Menjual pesawat kepresidenan dan melarang para pejabat tinggi untuk malang-melintang dengan jet dan helikopter pribadi.

"Semua ini akan berakhir ... kita tidak bisa memiliki pemerintahan yang kaya, namun rakyatnya miskin," tegasnya.

3. Memangkas gaji presiden dan burocracia dorada (birokrasi emas).

"Jatah gaji saya hanya setengah dari gaji Peña Nieto… dan kami juga akan memangkas gaji para petinggi lainnya, sehingga kami dapat menaikkan gaji mereka yang berada di bawah. Para guru, perawat, dokter, petugas kebersihan, polisi, prajurit, marinir ... akan mendapat lebih banyak".

Komitmen Amlo sebagai presiden terpilih Meksiko dinilai selaras dengan pendukungnya yang muak terhadap pemborosan negara dan korupsi.

"Kami sangat senang. Akan lebih senang ketika ia (Lopez Obrador) telah dilantik," aku Lucero Robles, seorang warga Meksiko yang mendukung Amlo.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Geser Partai Berkuasa 8 Dekade

Capres Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador (Alfredo Estrella / AFP Photo)
Capres Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador (Alfredo Estrella / AFP Photo)

Andres Manuel Lopez Obrador berhasil memenangi Pemilu Meksiko 2018 dengan perolehan suara besar, demikian menurut sejumlah jajak penghitungan pada Minggu, 1 Juli 2018 waktu setempat.

Bahkan, dua capres pesaing utama Lopez Obrador, Jose Antonio Meade dan Ricardo Anaya, harus mengakui keunggulan sang presiden terpilih, persis setelah hitung cepat berakhir pada Minggu malam sekitar pukul 21.00 waktu setempat.

Janji kampanye yang diusung Lopez Obrador -- mulai dari pemberantasan korupsi hingga menekan tingginya angka kejahatan -- serta haluan politiknya yang condong populis, nasionalis, dan kiri, terbukti berhasil menarik suara dominan para pemilih Meksiko.

Kemenangan Lopez Obrador juga merombak tatanan politik di Negeri Aztec. Partai pengusungnya, National Regeneration Movement (Morena) --pemain baru dalam peta perpolitikan Meksiko-- berhasil menggeser kemapanan partai yang telah mendominasi negara itu selama hampir delapan dekade, Institutional Revolutionary Party (PRI).

"Demi kebaikan Meksiko, saya doakan dia (Lopez Obrador) berhasil," kata Capres Jose Antonio Meade yang diusung PRI saat menyampaikan konsesinya atas kemenangan Lopez Obrador, seperti dikutip dari CNN, Senin (2/7/2018).

Tak lama setelah Meade, capres Ricardo Anaya Cortes yang diusung partai National Action Party (PAN) juga mengakui keunggulan Lopez Obrador. Kemudian, capres dengan peroleh suara bontot, Jaime Rodriguez Calderon yang maju secara independen, menyusul menyatakan konsesinya atas kemenangan sang kandidat presiden terpilih.

Pemimpin negara tetangga terdekat, Meksiko di utara, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, juga mengucapkan selamat atas kemenangan Lopez Obrador.

"Selamat kepada Andres Manuel Lopez Obrador atas keberhasilannya menjadi presiden terpilih Meksiko. Saya menanti untuk bekerja sama dengannya. Akan banyak keuntungan yang dapat dicapai oleh AS dan Meksiko!," kata Trump lewat akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump.

Pada saat yang sama, kemenangan capres Lopez Obrador terjadi di tengah alotnya negosiasi antara Meksiko-AS-Kanada dalam Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara atau NAFTA, serta isu imigrasi Meksiko-AS.

Para pemilih Meksiko berharap, presiden terpilih mampu bersikap "tangguh" berdiplomasi dengan pemimpin dunia, terutama dengan negara tetangga dan khususnya, Presiden Trump, demi mengakhiri polemik perundingan NAFTA serta membawa keuntungan ekonomi tersendiri bagi Negeri Aztec.

"Lopez Obrador adalah seorang nasionalis yang kuat, tetapi dia mungkin masih akan mencoba bekerja erat dengan AS mengenai isu-isu tertentu," kata Jason Marczak, direktur Atlantic Council’s Adrienne Arsht Latin America Center kepada Vox.

"Terutama di sekitar pengenaan tarif baja dan aluminium baru-baru ini di Meksiko, tanggapannya adalah bahwa presiden Meksiko seharusnya menemukan lebih banyak kesempatan untuk duduk dan berbicara dengan Presiden Trump," kata Marczak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya