Turki Akan Menggugat AS Via Arbitrase Jika Blokir Penjualan Jet Tempur F-35

Presiden Erdogan menyatakan akan menggugat lewat pengadilan arbitrase internasional jika AS memblokir penjualan jet tempur F-35 kepada Turki.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jul 2018, 08:01 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2018, 08:01 WIB
Jet tempur siluman F-35 (Wikimedia / Creative Commons)
Jet tempur siluman F-35 produksi Amerika Serikat (Wikimedia / Creative Commons)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan akan menggugat Amerika Serikat lewat pengadilan arbitrase internasional jika AS memblokir penjualan jet tempur F-35 kepada Turki.

Pernyataan itu disampaikan oleh Erdogan pada Minggu 29 Juli 2018. Demikian menurut siaran oleh radio Tukri, Haberturk, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (30/7/2018).

Hal itu mencuat di tengah proses serah terima jet tempur F-35 dari AS ke Turki yang 'goyah' akibat sejumlah dinamika hubungan geo-politik kedua negara.

Serah terima itu menuai tentangan dari Kongres Amerika Serikat. Padahal, Rancangan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional Amerika atau NDAA telah mengatur tentang pembatasan keikutsertaan Turki dalam program penggunaan pesawat F-35.

Hal itu dipicu keprihatinan Kongres AS atas penahanan seorang pastor Amerika di penjara Turki.

Tentangan Kongres AS juga didasari atas rencana Turki membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, yang menurut mereka "akan menurunkan kemampuan keamanan" aliansi NATO dan tidak akan kompatibel dengan peralatan militer yang digunakan negara-negara NATO lainnya.

Di sisi lain, pada akhir Juni 2018, Turki dikabarkan akan segera menerima jet tempur F-35 pertamanya dari AS, kata para pejabat Kementerian Pertahanan AS dan Lockheed Martin --firma produsen pesatwa itu.

 

Simak pula video pilihan berikut:

Rusia Percepat Pengiriman Sistem Pertahanan Udara ke Turki

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Ekspresi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah) saat bersama Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Iran Hassan Rouhani (kiri) setelah menggelar pertemuan terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Turki dan Rusia telah menyetujui untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara S-400 Triumf. Kepastian tersebut disampaikan oleh pemimpin kedua negara pada Selasa, 3 April 2018.

Berbicara dalam konferensi pers bersama di Istana Presiden di Ankara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin mengatakan, mereka setuju untuk mempercepat pengiriman S-400 Triumf. Namun, keduanya tidak menyebut rincian waktunya.

"Dalam pertemuan dengan Presiden Erdogan, kami memutuskan untuk mempercepat waktu pengiriman S-400," kata Putin seperti dikutip dari situs kantor berita Turki Anadolu Ajansi, Kamis 5 April 2018.

S-400 Triumf merupakan sistem pertahanan udara tercanggih Rusia yang anti-pesawat, anti-rudal balistik, dan anti-rudal jelajah.

Sementara itu, terkait dengan pasokan S-400 Triumf ke Turki, Putin menegaskan bahwa hal tersebut murni perdagangan. Ia menampik ada unsur politik.

"Isu tentang produksi bersama atau transfer teknologi bukan soal kepercayaan atau kerja sama politik bagi kami. Ini murni persoalan komersial yang disepakati antar entitas ekonomi. Kami tidak memiliki restriksi politik mengenai hal itu," tegas Putin seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya