Liputan6.com, Tokyo: Pemerintah Bhutan menyumbangkan serangga langka, yaitu kupu-kupu berjenis swallowtail yang asli dari Himalaya kepada Pemerintah Jepang. Seperti diwartakan laman NHK, Selasa (15/11), sepasang kupu-kupu Ludlow Bhutan diberikan oleh sebuah delegasi yang menyertai Raja Bhutan ketika mengunjungi Jepang.
Delegasi tersebut memberikan spesimen kepada perkumpulan pecinta kupu-kupu Jepang di kediaman tamu negara Tokyo, Jepang, pada hari Selasa. Kupu-kupu Swallowtail yang disumbangkan itu memiliki ukuran sebesar telapak tangan orang dewasa. Ada tanda merah di sayapnya dan memiliki tiga buah ekor.
Salah satu dari kupu-kupu itu sempat terlihat pada bulan Agustus, untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 80 tahun. Pemerintah Bhutan bersama masyarakat dan tim peneliti melihatnya di sebuah lembah di kawasan pegunungan timur negara tersebut.
Pemberian hewan itu dilakukan untuk menghindari impor dan ekspor kupu-kupu tanpa izin. Karena hal tersebut kini telah dilarang oleh Konvensi Perdagangan Internasional Spesies yang Terancam Punah. Asisten Museum Universitas Tokyo Profesor Masaya Yago selaku penerima spesimen mengatakan bahwa para peneliti di sana akan mempelajari lebih jauh mengenai evolusi hewan di Pegunungan Himalaya yang terancam punah itu.(NHK/ULF)
Delegasi tersebut memberikan spesimen kepada perkumpulan pecinta kupu-kupu Jepang di kediaman tamu negara Tokyo, Jepang, pada hari Selasa. Kupu-kupu Swallowtail yang disumbangkan itu memiliki ukuran sebesar telapak tangan orang dewasa. Ada tanda merah di sayapnya dan memiliki tiga buah ekor.
Salah satu dari kupu-kupu itu sempat terlihat pada bulan Agustus, untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 80 tahun. Pemerintah Bhutan bersama masyarakat dan tim peneliti melihatnya di sebuah lembah di kawasan pegunungan timur negara tersebut.
Pemberian hewan itu dilakukan untuk menghindari impor dan ekspor kupu-kupu tanpa izin. Karena hal tersebut kini telah dilarang oleh Konvensi Perdagangan Internasional Spesies yang Terancam Punah. Asisten Museum Universitas Tokyo Profesor Masaya Yago selaku penerima spesimen mengatakan bahwa para peneliti di sana akan mempelajari lebih jauh mengenai evolusi hewan di Pegunungan Himalaya yang terancam punah itu.(NHK/ULF)