Liputan6.com, Tokyo - Gempa dan tsunami yang menghancurkan Jepang pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kehidupan modern saat ini masih rentan terhadap kekuatan bencana alam. Pun dengan apa yang terjadi di Palu pada September lalu dan di Aceh pada 2004.
Menurut pakar, tsunami dapat dihasilkan oleh perpindahan air yang signifikan di lautan atau danau, meskipun paling sering disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik di dasar samudra, selama gempa berkekuatan dahsyat terjadi.
Baca Juga
Akan tetapi, tsunami juga bisa dipicu oleh letusan gunung berapi, dampak meteorit atau tanah longsor.
Advertisement
Berdasarkan artikel yang ditulis pada australiangeographic.com.au, yang dikutip Liputan6.com pada Senin (8/10/2018), tsunami sering terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia. Namun negara yang paling kerap 'dihampiri' adalah Jepang.
Kata tsunami juga disebut berasal dari bahasa Negeri Sakura: 'tsu' artinya pelabuhan, dan 'nami' bermaka gelombang.
"Sebenarnya cukup menakutkan untuk menyadari bahwa kejadian (tsunami Jepang) ini skalanya lebih kecil ketimbang tsunami Samudra Hindia yang terjadi pada 2004, lebih kecil lagi dari tsunami Chile tahun 1960. Namun kematian penduduk dan kerusakan yang ditimbulkannya membuat ekonomi Jepang sempat terpuruk," kata Direktur Australian Tsunami Research Centre and Natural Hazards Research Lab di University of New South Wales, Profesor James Goff.
Ia menambahkan, "Ini adalah tragedi yang mengerikan, yang disebabkan oleh peristiwa yang benar-benar tidak terduga."
Karena hanya sedikit data historis tentang ukuran gelombang tsunami, para ilmuwan mengurutkannya sesuai dengan jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh tsunami.
Berikut 5 di antaranya:
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
1. Sumatra, Indonesia - 26 Desember 2004
Gempa berkekuatan 9,1 SR di lepas pantai Sumatra diperkirakan terjadi pada kedalaman 30 km. Zona sesar yang menyebabkan tsunami dengan panjang hempasan kira-kira 1.300 km, secara vertikal memindahkan dasar laut beberapa meter di sepanjang pulau tersebut.
Ini adalah gempa terbesar ketiga yang pernah tercatat dalam seismograf dan durasi patahan terpanjang sepanjang sejarah (antara 8,3 dan 10 menit).
Selain itu, gempa ini juga menyebabkan seluruh Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci) dan memicu aktivitas gempa di berbagai wilayah, termasuk Alaska. Episentrumnya terletak antara Pulau Simeulue dan Sumatera.
Akibat gempa berkekuatan besar tersebut, tsunami setinggi 15 hingga 30 meter muncul di berbagai negara (sedangkan tinggi maksimal tercatat 51 m) di Lhoknga, Aceh.
Gempa bumi dan tsunami ini menerjang banyak negara di Asia Tenggara dan sekitarnya, termasuk Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Maladewa, Somalia, Tanzania, Kenya, Afrika Selatan, Myanmar, Bangladesh, Kepulauan Maladewa, Malaysia, Seychelles, dan lain-lain.
Sejumlah saksi mata di seluruh dunia melaporkan adanya kenaikan tinggi gelombang air laut, termasuk tempat-tempat di Amerika Serikat, Inggris dan Antartika.Â
Tsunami menewaskan 230.000 hingga 280.000 orang di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir.
Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah dan Indonesia menjadi negara yang terdampak paling parah, selain Sri Lanka, India, dan Thailand.
Total kerusakan mencapai US$ 19,6 miliar (kurs dolar tahun 2017).
Advertisement
2. Pantai Pasifik Utara, Jepang - 11 Maret 2011
Pada tanggal 11 Maret 2011, sekitar pukul 14.46 waktu setempat, gempa berkekuatan dahsyat 9,0 SR mengguncang kawasan Tohoku di lepas pantai Samudera Pasifik, tepatnya wilayah timur Sendai, Honshu, Jepang.
Pusat Peringatan Tsunami langsung mengeluarkan peringatan waspada tsunami di Jepang dan sekitarnya. Gempa ini menimbulkan peringatan tsunami untuk pantai Pasifik Jepang dan sedikitnya 20 negara, termasuk seluruh pantai Pasifik Amerika dari Alaska ke Chile.
Sekitar satu jam kemudian, tsunami setinggi 33 kaki atau sekitar 10 meter dan melaju dengan kecepatan 800 km per jam, menghantam kawasan pesisir Prefektur Miyagi dan sekitarnya. Akibatnya, sekitar nyawa 18.000 jiwa manusia melayang.
Tak hanya itu, keesokan harinya gempa berkekuatan 6,2 SR kemudian mengguncang Prekfetur Nagano dan Niigata. Lindu juga menggoyang kawasan pesisir barat Pulau Honshu dengan kekuatan 6,3 SR.
Badan Penyiaran Jepang (Tokyo Broadcasting System/TBS) dan Kepolisian Nasional Jepang (Japanese National Police Agency) melaporkan total korban tewas sebanyak 15.269 orang, 5.363 luka dan 8.526 hilang di enam prefektur Negeri Sakura.
Guncangan juga mengakibatkan darurat nuklir, di mana PLTN Fukushima Daiichi mulai membocorkan uap radioaktif.
Bank Dunia memperkirakan bahwa diperlukan waktu hingga lima tahun bagi Jepang untuk mengatasi kerugian US$ 235 miliar secara finansial.
3. Lisboa, Portugal - 1 November 1755
Pada pukul 9.40 waktu setempat, gempa bumi berkekuatan 8,5 SR menggoyang Lisboa dan area sekitarnya --sepanjang pantai barat Portugal dan Spanyol selatan. Parahnya lagi, gempa tersebut diikuti oleh tsunami dan kebakaran hebat.
Ahli geologi mengatakan, episentrum gempa ada di Samudra Atlantik, sekitar 200 km (120 mil) barat barat daya Tanjung St. Vincent. Total kematian tercatat antara 60.000 hingga 100.000 orang.
Laporan saat itu menyatakan bahwa gempa yang berlangsung antara 3 hingga 6 menit, menyebabkan rekahan besar selebar 5 meter yang muncul di tengah kota.
Sekitar 40 menit setelah gempa, tsunami besar menghantam pelabuhan dan masuk ke kota melalui Sungai Tagus. Gempa itu disusul lebih dari dua gelombang.
Sedangkan di area yang tidak terkena tsunami, kebakaran besar terjadi secara tiba-tiba. Si jago merah melahap kota selama tiga hari.
Lisbon bukanlah satu-satunya kota di Portugal yang terkena bencana. Sepanjang bagian selatan kota, khususnya Algarve, kerusakan merajalela. Gelombang tiba-tiba dari gempa menjalar hingga seluruh Eropa sejauh Finlandia dan Afrika Utara.
Tsunami setinggi 20 meter menyapu pantai Afrika Utara, dan menghantam Martinique dan Barbados yang menyebrangi Atlantik. Tsunami tiga meter menghantam pantai Inggris bagian selatan.
Â
Advertisement
4. Krakatau, Indonesia - 27 Agustus 1883
Hal mencurigakan sejatinya sudah terpantau dari Krakatau sejak lama. Pada Mei 1883, kapten kapal perang Jerman, Elizabeth melaporkan semburan awan abu di atas gunung yang terletak di Selat Sunda itu. Tingginya mencapai 9,6 kilometer.
Dan selama dua bulan kemudian, kapal-kapal komersial maupun yang sengaja disewa untuk wisata menyaksikan Krakatau dari dekat, melaporkan suara gemuruh dan awan pijar.
Sementara itu, penduduk di pulau di dekatnya menggelar semacam festival untuk merayakan 'kembang api' alami yang menerangi langit malam.
Mereka tak sadar, bahaya sedang menjelang.
Pada Minggu 26 Agustus 1883, pukul 12.53, letusan permulaan menyemburkan awan gas yang bercampur material vulkanik setinggi 24 kilometer di atas Gunung Perboewatan.
"Kejang-kejang sekaratnya Krakatau berlangsung selama 20 jam 56 menit," demikian diungkap Simon Winchester dalam bukunya Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883.
Klimaksnya adalah ledakan mahadahsyat yang terjadi pada Senin 27 Agustus 1883 pukul 10.02 pagi.
Empat ledakan dahsyat yang terjadi membikin tuli orang-orang yang berada relatif dekat dengan Krakatau. Namun, gelegarnya terdengar hingga Perth, Australia yang jaraknya 4.500 kilometer.
Kekuatannya setara 200 megaton TNT, lebih 10.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima, Jepang di penghujung Perang Dunia II. Tephra dan awan panas merenggut banyak nyawa di Jawa dan Sumatra sebelah barat.
Namun, mayoritas korban jiwa, yang jumlahnya 36 ribu, jatuh akibat tsunami. Muncul pula dinding air setinggi 120 kaki atau 36,5 meter, yang dipicu melesaknya Krakatau dan naiknya dasar laut.
Di wilayah pesisir, suara gelegar terdengar dari kejauhan, suaranya kian dekat dan kuat. Laut pun kemudian menggila.
Tsunami menerjang tanpa ampun, rumah gedek milik pribumi, maupun gedung tembok beratap merah kepunyaan bangsa Eropa di Anyer hancur lebur. Wilayah pesisir lain di Jawa dan Sumatra menemui nasib sama.
Ledakan tersebut melemparkan sekitar 45 kilometer kubik material vulkanik ke atmosfer. Menggelapkan langit yang menaungi wilayah yang berada di radius 442 km dari Krakatau. Barograf di seluruh dunia mendokumentasikan 7 kali gelombang kejut.
Dalam 13 hari, lapisan sulfur dioksida dan gas lainnya mulai menyaring jumlah sinar matahari yang bisa mencapai Bumi.
Efek atmosfer yang diakibatkan membuat pemandangan matahari terbenam yang spektakuler di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Suhu global rata-rata mencapai 1,2 derajat lebih dingin selama lima tahun ke depan.
Media Forbes menyebut, erupsi Krakatau, dalam beberapa aspek, adalah bencana global pertama yang tercatat dalam sejarah.
Dan, berkat temuan alat komunikasi modern (telegraf), kabarnya segera tersebar ke seluruh dunia.
Pasca letusan tersebut, Krakatau hancur sama sekali. Mulai pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau.Â
5. Chile Utara - 13 Agustus 1868
Pada 13 Agustus 1868, pukul 21.30 waktu setempat, serangkaian dua gempa bumi yang signifikan --diperkirakan sebesar 8,5 hingga 9,0 SR-- terjadi di lepas pantai Arica, Peru (sekarang Chile).
Lindu terjadi di sepanjang perbatasan antara Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika Selatan. Pantai Peru dan Chile memiliki sejarah gempa megathrust besar yang berasal dari batas lempeng ini.
Tsunami pun muncul di Samudra Pasifik dengan ketinggian 21 meter. Bahkan dilaporkan mencapai Hawaii, Jepang, Australia, dan Selandia Baru yang berlangsung antara dua dan tiga hari.
Gempa ini menyebabkan kerusakan hampir lengkap di bagian selatan Peru, termasuk Arica, Tacna, Moquegua, Mollendo, Ilo, Iquique, Torata dan Arequipa, yang menyebabkan sekitar 25.000 korban meninggal.
Sedangkan kerusakan yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami totalnya mencapai sekitar US$ 300 juta.
Advertisement