Lari hingga Minum Urine, 3 Kisah Keajaiban Korban Selamat Gempa dan Tsunami Dahsyat

Berikut ini kisah keajaiban korban selamat dari musibah gempa dan tsunami dahsyat di sejumlah negara.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 07 Okt 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2018, 21:00 WIB
Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Musibah gempa dan tsunami di Donggala dan Palu kini tengah menjadi sorotan. Apalagi jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 1.500 orang.

Banyaknya korban akibat musibah bencana alam biasanya yang menjadi perhatian. Meski sejumlah orang berhasil menyelamatkan diri.

Beberapa orang yang selamat menceritakan bagaimana mereka bisa selamat di tengah kepungan bahaya bencana tersebut. Terdengar seperti mukjizat dan keajaiban, tapi nyata bahwa orang-orang itu lolos maut dari gempa atau tsunami dahsyat.

Seperti warga Prancis yang selamat dari gempa dan tsunami Palu, Jean Marc Pareja. Ia menceritakan perjuangan dirinya bersama istri dan seorang teman selamat dari gempa dan tsunami Palu yang terjadi pada 28 September 2018.

Turis Prancis, Jean Marc Pareja dan istrinya, Pascale (tengah) serta temannya Joelle Girey berada di sebuah hotel di Jakarta, Kamis (4/10). Mereka berlindung di bawah meja restoran hotel saat gempa susulan terus mengguncang kota Palu (AFP/Dewi Nurcahyani)

Jean Marc Pareja bersama istrinya, Pascale dan seorang teman bernama Joelle Girey tengah berada di sebuah hotel di Palu saat gempa melanda. Mereka kemudian berlindung di bawah meja restoran. Lalu saat tsunami terjadi, ketiganya mengaku berpegangan pada sebuah pohon.

Kisah keajaiban bisa selamat dari musibah gempa dan tsunami dahsyat tersebut juga pernah terjadi di sejumlah negara. Berikut Liputan6.com rangkum dari sejumlah sumber, Minggu (7/10/2018):

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Saksikan juga video berikut ini:

3.000 Siswa yang Selamat dari Tsunami Jepang

Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Gempa berkekuatan 9 skala Richter yang memicu tsunami melanda kawasan utara Jepang pada 11 Maret 2011. Peristiwa itu menewaskan lebih dari 15.800 jiwa dan 2.600 orang dinyatakan hilang.

Namun, hampir 3.000 siswa sekolah dasar dan menengah di Kota Kamaishi, Prefektur Iwate, berhasil selamat dari bencana dahsyat itu. Keajaiban tersebut membawa harapan bagi banyak orang.

Segera setelah gempa berkekuatan 9 skala Richter mengguncang, para siswa di Kamaishi East Junior High School keluar dari gedung sekolah dan berlari menuju tempat yang lebih tinggi. Respons cepat mereka membuat siswa dan guru di sekolah dasar Unosumai mengikutinya dan membuat penduduk setempat mengikuti langkah tersebut.

Saat mereka berlari, siswa yang lebih tua membantu mereka yang lebih muda. Secara bersama-sama mereka mencapai lokasi aman, sementara tsunami besar menelan sekolah dan kota.

Dilansir dari website Kantor Hubungan Masyarakat Pemerintah Jepang, sekitar 1.000 orang di Kamaishi menjadi korban jiwa akibat peristiwa tersebut. Namun hanya lima di antara mereka yang berusia sekolah dan memang tidak berada di sekolah ketika gempa itu terjadi. Kisah evakuasi sukses tersebut dikenal sebagai "the miracle of Kamaishi".

Faktanya, respons cepat mereka merupakan hasil dari pendidikan pencegahan bencana yang dilakukan sekolah-sekolah di Kamaishi selama beberapa tahun di bawah bimbingan seorang profesor teknik sipil di Gunma University, Toshitaka Katada.

Katada mulai fokus dalam pencegahan bencana tsunami setelah ia menyaksikan bencana gempa dan tsunami dahsyat yang menimpa Aceh pada 2004. Ia merasa khawatir melihat fakta bahwa tingkat siaga masyarakat masih rendah, meski wilayah pesisir Jepang telah memperingatkan akan gempa bumi.

Katada ingat betapa terkejutnya ia ketika beberapa anak di wilayah Sanriku yang pernah terdampak dari gempa besar dan tsunami sebelumnya, mengatakan tanpa ragu bahwa mereka tidak akan mengungsi jika orang-orang dewasa di keluarga mereka tidak melakukannya.

"Anak-anak melihat contoh orang dewasa dan apa yang mereka lakukan. Aku berpikir apabila anak-anak kehilangan nyawa karena tsunami, kesalahan tak hanya harus ditanggung oleh orang tua, tetapi juga orang dewasa dan masyarakat. Saya tahu saya harus melakukan sesuatu, sehingga anak-anak dapat menyelamtkan nyawanya sendiri," ujar Katada.

Antusiasme Katada menggerakkan para guru di Kamaishi untuk bekerja bersama-sama. Mereka pun melakukan berbagai macam kegiatan di ruang kelas dan aktivitas bagi anak-anak untuk belajar mengenai tsunami dan pentingnya evakuasi.

Namun Katada tidak hanya memberi informasi mengenai tsunami kepada anak-anak, tapi juga menekankan pada pengembangan sikap yang benar untuk menangani bencana alam. "Ini tentang menghormati alam dengan perasaan kagum, dan menjadi proaktif untuk menyelamatkan nyawa," ujar Katada.

Untuk memudahkan anak-anak dalam memahami hal tersebut, Katada menciptakan tiga prinsip evakuasi, yakni jangan menaruh kepercayaan terlalu besar terhadap asumsi usang, berusaha sebaik mungkin dalam menghadapi situasi, dan mendorong anak-anak untuk mengambil inisiatif dalam evakuasi apa pun.

Tersangkut Pohon Bakau Saat Tsunami

Martunis, Tsunami Aceh, Cristiano Ronaldo
Martunis adalah korban Tsunami Aceh yang dipertemukan Cristiano Ronaldo pada 2004. (Instagram)

26 Desember 2004, gempa berkekuatan 9,1 skala Richter menghentikan dia dan temannya yang sedang bermain sepak bola, ia pun berlari mencari Ayahnya Sarbini yang bekerja di sebuah tambak yang tak jauh dari rumahnya. Setelah bertemu, ayahnya meminta ia untuk pulang ke rumah lebih dahulu.

Sesampai di rumah, Martunis bersama ibunya, Salwa kakaknya, adiknya Nurul A'la dan adik bungsunya, Annisa, berupaya menyelamatkan diri. Mereka menumpang mobil pikap tetangganya.

Tak seberapa lama kemudian mobil yang ditumpanginya dihantam gelombang raksasa hingga ia terpisah dengan ibu dan 3 saudaranya. Setelah timbul tenggelam dalam pekat gelombang, Martunis kemudian meraih sebuah kasur dan naik ke atasnya. Namun tidak bertahan lama, kasur pun tenggelam, Ia terus berusaha bertahan hingga bergelantungan pada batang pohon yang hanyut.

Arus pun membawa Martunis berputar-putar hingga dirinya pingsan. Begitu tersadar, ia telah tersangkut di atas pohon bakau di kawasan Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala. "Semuanya rata, saya tak tahu di mana letak kampung saya, yang tampak hanya mayat-mayat," kenang Martunis.

Martunis bertahan selama 21 hari di atas pepohonan dengan ngelimpangan mayat di sana-sini. Untuk bertahan hidup ia memungut makanan dan air mineral yang terseret gelombang. Matanya berkaca-kaca saat mengisahkan dirinya bertahan dari hempasan gelombang raksasa yang mewewaskan puluhan ribu jiwa itu.

Pada hari ke-21, 2 pria yang sedang mencari keluarganya di kawasan tersebut menemukan Martunis. Lantas, Martunis diserahkan kepada wartawan Sky News yang saat itu meliput bencana tsunami di kawasan Deah Raya.

Pemberitaan penemuan Martunis yang menggunakan kostum Portugal menghebohkan dunia dan mengundang simpati. Hingga Cristiano Ronaldo pemain sepak bola timnas Portugal ini juga turut memberikan perhatiannya pada sang bocah.

Diangkat Anak oleh Cristiano Ronaldo

Setelah mendapatkan perawatan dan kembali bertemu dengan ayahnya, beberapa bulan kemudian, Martunis diundang khusus ke Portugal bersama ayahandanya, dengan sambutan hangat oleh segelintir bintang sepak bola timnas Portugal.

"Di Portugal saya diajak jalan-jalan dan bermain bola," tutur Martunis.

Namun Ibu dan ketiga saudaranya lenyap ditelan gelombang, hingga jasadnya pun tidak ditemukan lagi.

Ketenaran bocah tsunami ini terus melejit, hingga sederetan orang-orang penting mengundangnya untuk bertemu, seperti halnya Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono, artis Celine Dion, Presiden FIFA Sepp Blatter dan beberapa bintang sepak bola dunia lainnya.

Martunis bahkan diundang sebagai tamu kehormatan pada laga Portugal versus Slovakia di Stadion Da Luz, Lisbon, dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2006.

"Itu menjadi kisah yang luar bisa bagi saya, saya sangat ngembira saat itu," ungkap dia.

Pada 2013, Cristiano Ronaldo kembali menemui Martinus di Aceh. Ia pun diangkat Ronaldo sebagai anak. Saat itu dirinya sering berkomunikasi dengan Cristiano Ronaldo melalui telepon selular dengan bantuan penerjemah bahasa.

Minum Air Urine

Gempa Hari Ini di NTB dan NTT Tidak Berpotensi Tsunami
Hari ini, Jumat, 30 Desember 2016, gempa guncang Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. (Ilustrasi Gempa: cdn.abclocal.go.com)

Pablo Cordova adalah salah satu yang berhasil lolos dari maut. Ia selamat gempa dahsyat berkekuatan 7,8 skala Richter (SR) mengguncang Ekuador, meski hotel tempatnya bekerja rubuh hingga rata dengan tanah.

"Mereka sudah mempersiapkan pemakaman saya, lengkap dengan peti matinya. Tetapi saya hidup kembali," kata Pablo saat ditemui awak media di rumah sakit, seperti dikutip dari Belfast Telegraph, 20 April 2016.

Pablo terkurung di bawah puing-puing, namun ia cukup beruntung karena tidak sampai terjepit reruntuhan bangunan. Ada cukup ruang baginya untuk bergerak.

Selama kurang lebih satu setengah hari itu, dia bertahan hidup dengan meminum urine atau air kencingnya sendiri. Seraya berdoa agar regu penyelamat menemukannya di balik bongkahan bangunan yang ambruk, sebelum baterai ponselnya habis.

Alhasil, dia selamat dari bencana alam yang menewaskan lebih dari 480 orang tersebut.

Segera setelah ditarik keluar oleh regu penyelamat dari Kolombia, Pablo segera menghubungi istrinya pada Senin 18 April 2016 siang.

Betapa riang sang istri mendengar suaminya masih hidup dan bersuara. Setelah sebelumnya sempat pingsan dan sedih akibat mengetahui sang suami tertimbun reruntuhan hotel bertingkat lima di Portoviejo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya