Film Karya Anak Bangsa "LIMA" Diputar di Selandia Baru, Penonton Serbu KBRI Wellington

KBRI Wellington di Selandia Baru dipenuhi orang-orang yang antusias untuk menonton film "LIMA".

oleh Afra Augesti diperbarui 28 Okt 2018, 09:31 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2018, 09:31 WIB
Film LIMA
Film LIMA (Instagram/@lolaamaria)

Liputan6.com, Wellington - Jumat malam, 26 Oktober, Ruang Bali KBRI Wellington di Selandia Baru penuh sesak dengan masyarakat yang antusias untuk nonton bersama (nobar) pemutaran film "LIMA".

Sembari menanti matahari musim semi tenggelam, mereka terlihat bersemangat menunggu nobar dengan menjawab kuis yang dilontarkan Master Ceremony (MC).

Pemutaran film LIMA di KBRI Selandia Baru. (KBRI Wellington)

Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, dan Lola Amaria selaku sutradara dan produser LIMA, mengawali acara tersebut dengan diskusi singkat mengenai alasan pemilihan tema Pancasila untuk film.

"Pancasila adalah guiding principle yang magis, karena mampu menyatukan Indonesia yang penduduknya sangat beragam," kata Tantowi dalam sambutannya, sebagaimana keterangan yang diterima Liputan6.com dari KBRI Wellington, Selandia Baru pada Sabtu, 27 Oktober 2018.

Disampaikan pula bahwa KBRI dan WNI di Wellington beruntung karena kedatangan seorang sineas muda yang idealis dan kreatif, seperti Lola Amaria.

Pemutaran film LIMA di KBRI Selandia Baru. Terlihat Dubes Tantowi Yahya dan Lola Amaria duduk bersama sebagai pembicara. (KBRI Wellington)

Selain Lola, film LIMA juga digarap oleh empat sutradara muda lain, yaitu Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Adriyanto Dewo dan Harvan Agustriansyah. Masing-masing menggarap setiap Sila dan kemudian disatukan menjadi plot cerita utuh.

Film ini mengangkat kisah mengenai pentingnya toleransi dan kebinekaan, yang saat ini terancam dengan nilai-nilai chauvinistik terhadap golongan, ras atau agama tertentu.

Film berdurasi 110 menit tersebut ingin menyampaikan pesan bahwa Pancasila, terutama Sila ke-3, Persatuan Indonesia, tidak akan terberangus dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Sementara itu, Lola menyampaikan bahwa Selandia Baru adalah negara kelima untuk pemutaran film LIMA. Wellington menjadi kota ke-2 di Negeri Kiwi yang dikunjungi oleh timnya, setelah sebelumnya mereka singgah di Christchurch. Selanjutnya, mereka dijadwalkan bertandang ke Auckland.

Perempuan usia 41 tahun itu berharap, setelah menonton film ini, penonton Indonesia dapat pulang dengan membawa pandangan yang positif tentang toleransi, kebinekaan dan semakin memperkuat semangat kebangsaan.

Tantowi juga menyampaikan harapannya agar film ini dapat membumikan Pancasila sebagai ideologi negara kepada seluruh rakyat Indonesia, serta membakar rasa nasionalisme di hati para diaspora Indonesia di Selandia Baru.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya