Ilmuwan: Warisan Terbesar dari Zaman Manusia Adalah Tulang-Tulang Ayam

Menurut studi teranyar para ilmuwan, warisan terbesar dari Zaman Manusia bisa jadi adalah tulang-tulang ayam. Maksudnya?

oleh Elin Yunita KristantiHappy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Des 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2018, 21:00 WIB
Ilustrasi ayam
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Oregon - Sejumlah ilmuwan menyebut, saat ini kita berada di era Anthropocene alias Zaman Manusia. Terminologi tersebut menggambarkan besarnya pengaruh spesies Homo sapiens pada Bumi dan segala isinya.

Kelak, seandainya peradaban manusia binasa dan telah lama menghilang, Bumi masih akan terus menanggung akibat dari apa yang kita lakukan semasa tinggal di planet ini: isotop nuklir di batuan sedimen, fosil-fosil plastik di dasar laut, dan beton di darat.

Namun, lebih dari apapun, menurut studi teranyar, warisan terbesar dari Zaman Manusia adalah tulang-tulang ayam. Yang jumlahnya luar biasa banyak!

Maksudnya?

Dalam sebuah artikel ilmiah di Royal Society Open Science, tim peneliti berargumen, sisa-sisa ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) akan menjadi penanda utama sekaligus unik bagi perubahan biosfer kita.

Jumlahnya sangat banyak. Populasi ayam peliharaan berjumlah sekitar 22,8 miliar, melampaui burung liar dengan jumlah terbanyak yakni quelea merah (red-billed quelea) yang mencapai 1,5 miliar.

Menurut James Gorman dari New York Times, massa ayam bahkan jauh lebih besar daripada gabungan semua burung lainnya.

Seperti dikutip dari smithsonianmag.com, Senin (17/12/2018), ada alasan mengapa miliaran ayam hidup di Bumi, yakni karena manusia tak bisa berhenti mengonsumsinya.

Digoreng, dipanggang, dibikin sup, apapun, konsumsi ayam meningkat lebih cepat daripada konsumsi daging lainnya. Lebih dari 65 miliar ayam disembelih pada tahun 2016. Hanya dalam setahun. 

Ayam segera melampaui babi sebagai daging yang paling banyak dikonsumsi.

Dengan berlimpahnya makanan berbahan baku daging ayam, makin banyak juga sisa-sisanya, khususnya tulang.

Di alam liar, bangkai burung cenderung terurai dan jarang menjelma jadi fosil. Namun, bahan organik tetap bertahan dengan baik di tempat pembuangan sampah akhir, di mana banyak tulang ayam yang dibuang oleh manusia berakhir.

Dengan demikian, tulang-tulang ayam ini tidak terurai, demikian menurut penulis studi. Tulang-tulang akan termumifikasi.

Dengan alasan itulah, penulis utama studi, Carys E. Bennett mengatakan kepada Sam Wong dari New Scientist bahwa ayam adalah "fosil masa depan yang paling potensial dari era saat ini."

Efek Intervensi Manusia

Daging ayam potong segar di Pasar Slipi
Daging ayam potong segar di Pasar Slipi. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Fitur aneh dan singular (unik) ayam modern, menurut ilmuwan, juga menjadi kandidat yang baik untuk merepresentasikan perubahan yang timbul karena campur tangan manusia.

Praktik memelihara ayam dimulai sekitar 8.000 tahun lalu. Sejak saat itu, manusia menghasilkan sejumlah inovasi yang memastikan nafsu kita memakan produk ayam akan terpenuhi.

Ayam broiler modern, yang merupakan varietas yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya, ukurannya lebih berat empat hingga lima kali daripada yang ada pada tahun 1950-an.

Ayam-ayam itu diangkut ke rumah jagal setelah mencapai usia antara lima dan tujuh minggu. Rentang usia mereka seakan pendek. Namun, faktanya, hewan-hewan itu tak akan mampu bertahan lebih lama lagi.

"Dalam sebuah studi, meningkatnya usia ayam yang disembelih dari lima pekan ke sembilan minggu akan berakibat pada meningkatnya level mortalitas tujuh kali lipat," demikian ditulis para penulis studi.

"Pertumbuhan cepat jaringan otot paha dan dada menyebabkan penurunan relatif ukuran organ lain seperti jantung dan paru-paru, yang membatasi fungsinya dan usia ayam yang jadi lebih pendek."

Sementara itu, perubahan pada pusat gravitasi tubuh, mengurangi massa otot panggul dan meningkatkan massa otot pectoralis yang menyebabkan pergerakan yang buruk dan ketimpangan fitur.

Ayam-ayam modern, memiliki bentuk yang jauh berbeda dari nenek moyangnya.

Para penulis studi membandingkan data ayam boiler modern dengan informasi arkeologi kehewanan (zooarchaeological) yang dicatat Museum of London Archaeology.

Ayam peliharaan modern adalah keturunan burung yang disebut red junglefowl atau Gallus gallus.

Ayam juga masih kerabat dengan sejumlah spesies yang diduga campuran G. gallus, demikian dijelaskan penulis studi, Andrew Lawler dan Jerry Adler untuk Smithsonian Magazine.

Para pemulis studi menemukan, antara Abad ke-14 dan 17, domestikasi atau praktik pemeliharaan menyebabkan ayam menjadi jauh lebih besar daripada nenek moyang mereka di alam liar.

Namun, ayam-ayam itu tak ada apa-apanya dibanding yang ada saat ini.

"Telah ada peningkatan yang stabil dalam tingkat pertumbuhan sejak 1964," tulis para penulis. Dan, pertumbuhan boiler modern kini tiga kali lipat lebih tinggi dari red junglefowl.

Jadi, bayangkan bahwa suatu hari nanti manusia masa depan atau makhluk cerdas alias alien apapun yang akan menghuni Bumi, akan bisa menebak apa yang Anda konsumsi dari tulang-tulang ayam yang berserakan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya