Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan dia berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi, tetapi memperingatkan bahwa ia akan 'berubah sikap' jika Amerika Serikat terus memberikan sanksi terhadap negaranya
Kim Jong-un membuat pernyataan itu selama pidato Tahun Baru 2019 yang disiarkan oleh televisi negara, demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (1/1/2019).
Dalam pidato yang disiarkan di televisi negara pada Selasa 1 Januari 2019 pagi waktu setempat, Kim Jong-un mengatakan:
Advertisement
"Jika AS tidak menepati janjinya di depan seluruh dunia ... dan terus menerapkan sanksi dan tekanan pada republik kita, kita mungkin dibiarkan dengan tidak ada pilihan selain mempertimbangkan cara baru untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan kita."
Baca Juga
BBC di Seoul melaporkan, baris pidato Kim Jong-un itu bisa berarti bahwa Korea Utara sedang menunggu AS untuk bertindak pada tahun 2019 dan jika tidak, maka penghentian sementara pengujian senjata nuklir bisa berakhir, dan Korut akan melanjutkan kembali mengembangkan senjata nuklir.
Korea Utara dijatuhi berbagai rangkaian sanksi oleh Dewan Keamanan PBB terkait dengan program senjata nuklir dan balistik yang dilarang.
Pascapertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump tahun lalu, Kim Jong-un mengatakan bahwa Korea Utara telah berjanji untuk tidak membuat, menggunakan atau menyebarkan senjata nuklir dan telah mengambil langkah nyata untuk mengimplementasikan ini.
Oliver Hotham, analis Korea Utara dari situs berita NK News mengomentari pidato itu dengan mengatakan, "Secara keseluruhan, pidato itu meningkatkan kedudukannya di dalam negeri mengenai masalah-masalah utama sambil mengirimkan pesan perdamaian namun tegas ke AS, sambil terus merayu Seoul dengan prospek kerja sama baru."
Pidato Tahun Baru, Cerminan Kebijakan Korut?
Pidato rutin Kim pada setiap tahun baru dianggap krusial, di mana beberapa pengamat internasional memindai setiap baris untuk petunjuk tentang agenda internasional Pyongyang --meski pidato itu ditujukan terutama pada audiens domestik dan sebagian besar berfokus pada ekonomi.
Misalnya, lewat pidato tahun lalu, Kim mengumumkan visi di mana Korea Utara hendak terbuka pada jalur diplomasi internasional. Itu kemudian berujung pada pertemuan tingkat tinggi Korea Utara dengan Korea Selatan dan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tahun lalu, Kim juga mengumumkan Korea Utara akan mengambil bagian dalam Olimpiade Musim Dingin yang diselenggarakan oleh Korea Selatan, yang mengarah pada mencairnya hubungan kedua negara.
Pemulihan hubungan tahun lalu terjadi setelah gejolak tahun 2017 yang ditandai oleh Korea Utara yang menguji rudal yang dapat mencapai daratan AS, serta meningkatnya retorika antara Pyongyang dan Washington dengan kedua belah pihak memperdagangkan penghinaan dan ancaman penghancuran nuklir.
Setelah kesibukan kegiatan diplomatik, pada bulan April 2018, Kim Jong-un bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk pertemuan puncak di perbatasan antar-Korea di Panmunjom.
Mereka bertemu dua kali setelah itu, tetapi, pertemuan puncak paling bersejarah tahun lalu adalah pertemuan pemimpin Korea Utara dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada Juni 2018.
Itu merupakan pertama kalinya seorang pemimpin Korea Utara bertemu dengan presiden AS yang menjabat, keduanya menandatangani perjanjian yang diutarakan secara samar soal meningkatkan ikatan dan bekerjasama menuju denuklirisasi.
Â
Simak video pilihan berikut:
Â
Tonggak Diplomatik dengan Kemajuan yang Sedikit
Sejak KTT Trump-Kim di Singapura, baru sedikit kemajuan yang telah dibuat dan harapan dunia terkait perdamaian kedua negara 'bak pungguk merindukan bulan'.
Sementara Korea Utara telah menghentikan uji coba rudal dan nuklir, ada sedikit indikasi bahwa Pyongyang bekerja menuju denuklirisasi yang lengkap dan dapat diverifikasi seperti yang diminta AS untuk dilakukan.
Korea Utara telah membongkar beberapa fasilitas pengujian nuklir, tetapi, ada dugaan mereka tetap melanjutkan program senjatanya.
Presiden Trump mengatakan dia mengharapkan pertemuan puncak kedua akan berlangsung pada awal Februari, tetapi belum ada konfirmasi.
Ada juga rencana Kim Jong-un untuk melakukan perjalanan ke ibukota Korea Selatan Seoul untuk KTT antar-Korea, tetapi sekali lagi, rencana itu belum dikonfirmasi.
Advertisement