Liputan6.com, Paris - Badan Antariksa Eropa (ESA) berencana untuk menambang Bulan pada 2025, sebuah penelitian yang ditujukan untuk mencari "air dan oksigen" di satelit alami Bumi tersebut.
Badan itu mengumumkan pad Senin 21 Januari 2019 bahwa pihaknya telah menandatangani kontrak satu tahun dengan perusahaan dirgantara Eropa, ArianeGroup untuk mengeksplorasi tambang regolith, juga dikenal sebagai tanah bulan atau debu bulan, demikian seperti dikutip dari CNN, Minggu (27/1/2019).
Air dan oksigen dapat diekstraksi dari regolith, berpotensi membuatnya lebih mudah bagi manusia untuk menghabiskan waktu di Bulan di masa depan, menurut ArianeGroup.
Advertisement
Penelitian itu juga dapat memungkinkan unutk memproduksi bahan bakar roket di Bulan, memungkinkan ekspedisi masa depan agar dapat melangkah lebih jauh ke luar angkasa, kata perusahaan dirgantara.
Baca Juga
"Penggunaan sumber daya di angkasa luar bisa menjadi kunci untuk eksplorasi Bulan berkelanjutan," kata David Parker, Direktur ESA untuk Eksplorasi Manusia dan Robot, dalam sebuah pernyataan.
Regolith adalah lapisan tanah longgar yang menutupi permukaan Bulan, yang kaya akan oksida besi. Dan adalah mungkin untuk mengekstraksi oksigen dalam jumlah besar yang terperangkap dalam material batuan tanah, kata para ilmuwan.
"Studi ini adalah bagian dari rencana komprehensif ESA untuk membuat Eropa menjadi mitra dalam eksplorasi global dalam dekade berikutnya," kata Parker.
Misi tersebut akan menjadi kolaborasi antara ilmuwan dan teknisi dirgantara di Prancis, Jerman dan Belgia. Proyek tersebut sekarang dalam tahap penelitian, dengan para ilmuwan berharap untuk menggunakan roket Ariane 64 di tahun-tahun mendatang guna mengirim peralatan penambangan pertama ke Bulan.
Regolith Bulan Kaya Akan Energi Fusi Nuklir
Regolith Bulan juga kaya akan isotop helium-3, yang "dapat menyediakan energi nuklir yang lebih aman dalam reaktor fusi, karena tidak mengandung radioaktif dan tidak akan menghasilkan produk limbah berbahaya," menurut ESA.
"Studi ini adalah kesempatan untuk mengingat kemampuan Ariane 64 untuk melakukan misi Bulan untuk pelanggan institusinya, dengan kapasitas muatan hingga 8,5 metrik ton," kata André-Hubert Roussel, CEO ArianeGroup, seperti dikutip dari ZME Science.
"Pada tahun ini, menandai peringatan ke lima puluh langkah pertama manusia di Bulan, ArianeGroup akan mendukung semua proyek Eropa saat ini dan masa depan, sejalan dengan misinya untuk menjamin akses yang independen dan berdaulat ke ruang angkasa untuk Eropa."
Simak video pilihan berikut:
Persiapan Misi Sedari Dini
Roket Ariane 64 masih dalam pengerjaan dan merupakan variasi dari roket Ariane 6 milik ArianeGroup dengan tambahan empat pengikat tali.
PTScientists yang berbasis di Berlin, mantan pesaing Google Lunar XPrize, juga akan terlibat dalam penelitian ini. ArianeGroup akan menangani roket dan PTScientists akan merancang dan membangun pendarat untuk mendarat di Bulan.
"Kami sangat senang dengan kepercayaan yang diberikan kepada kami oleh Badan Antariksa Eropa (ESA)," kata Robert Boehme, CEO dan pendiri PTScientists, dalam sebuah pernyataan pers.
Sementara misi sedang dievaluasi dan perangkat keras sedang disiapkan, instruktur antariksa ESA Hervé Stevenin dan astronot ESA Matthias Maurer bekerja bersama dengan para ahli geologi dan insinyur untuk mensimulasikan sebuah wahana antariksa Bulan di daerah vulkanik terpencil Lanzarote, Spanyol sebagai bagian dari Pangea-X. Ini adalah kampanye uji coba yang didirikan oleh ESA untuk mengumpulkan bersama keahlian dalam eksplorasi ruang angkasa, peralatan survei teknologi tinggi, dan geologi yang dimaksudkan untuk melatih anggota kru misi masa depan ini.
Pakaian luar angkasa adalah hal yang besar dan tidak nyaman. Mereka juga membatasi jarak gerak astronot dengan margin yang cukup besar.
Anda tidak dapat berlutut atau membungkuk dalam setelan bertekanan di ruang angkasa, sarung tangan menyulitkan untuk menangani apa pun, gerakan lengan dibatasi oleh sambungan artikulasi setelan, dan helm membatasi bidang pandang.
Pelatihan para astronot dengan Hervé sedang menguji konsep operasi dan prototipe peralatan yang dirancang untuk memperhitungkan rentang gerakan terbatas yang akan mereka alami dalam setelan astronot. Latihan mereka saat ini akan membuat mereka merasa nyaman setelah mereka menginjakkan kaki di Bulan.
"Kami tidak memiliki pakaian antariksa Bulan untuk pengujian ini, tetapi setelah menghabiskan berjam-jam berlatih dengan pakaian antariksa NASA, kami terbiasa dengan keterbatasan mobilitas. Kami menerapkan pengetahuan ini - dan memori tubuh kami - untuk menguji alat-alat bulan," kata Hervé.
Perlengkapan spacewalkers dilengkapi dengan kamera video yang mengirimkan umpan langsung kepada para ilmuwan di lokasi kontrol. Video sudut lebar, panorama 360, close-up, dan gambar mikroskopis dikirim ke 'koordinator pesawat ruang angkasa' dan ilmuwan lain yang memantau misi yang disimulasikan dari kontrol misi.
"Generasi penjelajah Bulan berikutnya akan dilatih dalam disiplin ilmu yang relevan, tetapi akan selalu ada lebih banyak keahlian di Bumi," kata Samuel Payler, peneliti di European Astronaut Centre di Cologne, Jerman.
"Tantangannya adalah agar keahlian ini ditransmisikan kepada para astronot saat berjalan di Bulan untuk membuat keputusan terbaik berdasarkan sains. Berbagi data secara real-time, termasuk gambar dan video, adalah bagian penting dari ini."
Advertisement