Aktris Pemeran Wonder Woman Bertengkar dengan PM Israel soal Klaim Minoritas Arab

Bintang pemeran Wonder Woman terlibat adu argumen dengan Perdana Menteri Israel soal klaim minoritas Arab.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Mar 2019, 07:01 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2019, 07:01 WIB
[Bintang] Wonder Woman
Akhirnya ada superhero wanita yang bisa menarik perhatian masyarakat setelah bertahun-tahun seperti hiatus. (Warner Bros.)

Liputan6.com, Tel Aviv - Aktris Hollywood pemeran Wonder Woman, Gal Gadot, terlibat pertengkaran dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai status minoritas Arab negara itu.

"Cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri," kata Gadot, di tengah perselisihan tentang peran partai-partai Arab Israel dalam pemilu mendatang, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa (12/3/2019).

Sebelumnya, PM Netanyahu memicu kehebohan ketika dia mengatakan Israel "bukan negara dari seluruh warganya", merujuk pada orang-orang Arab yang menempati 20 persen total populasinya.

Dalam pernyataan itu, dia juga mengutip undang-undang "negara-bangsa", yang telah memicu kontroversi tahun lalu.

Undang-undang itu mengatakan bahwa orang Yahudi memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri di Israel, dan menempatkan bahasa Ibrani di atas bahasa Arab sebagai bahasa resmi.

Kembali soal pertengakaran antara Gal Gadot dan Netanyahu, keduanya memulai adu argumen pada Sabtu lalu, ketika aktris dan presenter televisi Israel Rotem Sela menantang peryataan Menteri Kebudayaan Miri Regev tentang peran partai-partai Arab dalam pemilu 9 April.

Regev mengulangi peringatan dari partai sayap kanannya dan partai Likud pimpinan Netanyahu bahwa pemilih tidak boleh memilih saingan utamanya karena mereka mungkin membentuk koalisi pemerintahan yang mencakup anggota parlemen Arab.

"Apa masalah dengan orang Arab?" Sela mempertanyakan dalam unggahan Insta Stories Instagram.

"Kapan seseorang dalam pemerintahan ini akan menyampaikan kepada publik bahwa Israel adalah negara dari semua warganya, dan bahwa semua orang diciptakan sama, dan bahwa bahkan orang Arab dan Druze dan LGBT dan kaum kiri adalah manusia."

Komentar tersebut mendapat dukungan dari Gal Gadot, yang disebut sebagai teman dekat Sela.

"Ini bukan masalah kanan atau kiri. Yahudi atau Arab. Sekuler atau religius," tulis Gadot kepada 28,3 juta pengikutnya di Instagram.

"Ini masalah dialog untuk perdamaian, kesetaraan, dan toleransi antara kita semua," lanjutnya.

 

SImak video pilihan berikut: 

 

Pembelaan Netanyahu

Ikuti Langkah AS, Guatemala Resmikan Kedubes di Yerusalem
PM Israel Benjamin Netanyahu memberi sambutan saat peresmian Kedubes Guatemala di Yerusalem, Rabu (16/5). Netanyahu menyebut peresmian tersebut adalah tepat karena Guatemala menjadi negara kedua yang mengakui Israel pada 1948. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Kritik Sela dan Gadot ditanggapi oleh PM Netanyahu pada hari Minggu. Melalui unggahan di Instagram, dia kembali merujuk pada hukum "negara-bangsa".

"Israel bukan negara dari semua warganya. Menurut hukum kewarganegaraan dasar yang kami lalui, Israel adalah negara-bangsa orang-orang Yahudi, hanya itu."

"Seperti yang Anda tulis, tidak ada masalah dengan warga Arab Israel. Mereka memiliki hak yang sama seperti kita semua, dan pemerintah Likud telah berinvestasi lebih banyak di sektor Arab daripada pemerintah lain," tambahnya.

Menurut kantor berita AFP, Netanyahu kemudian mengemukakan masalah ini pada rapat kabinet.

Dia menyebut Israel "negara Yahudi dan demokratis" dengan hak yang sama, tetapi "negara bangsa bukan dari semua warganya, tetapi hanya orang-orang Yahudi".

Sementara itu, bangsa Arab Israel, keturunan dari 160.000 warga Palestina yang tersisa setelah Negara Israel dibentuk pada 1948, telah lama mengeluh diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.

Mereka mengatakan mereka menghadapi diskriminasi dan ketentuan yang lebih buruk daripada orang Yahudi Israel dalam hal layanan seperti pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya