Kenang Korban Penembakan Christchurch, Azan Berkumandang di Langit Selandia Baru

Suara azan berkumandang di Selandia Baru pada Jumat 22 Maret 2019 untuk mengenang korban penembakan pada dua masjid di Christchurch.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 22 Mar 2019, 11:23 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2019, 11:23 WIB
Salat Jumat di Selandia Baru
Umat muslim melaksanakan salat Jumat di Hagley Park, Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (22/3). Ibadah itu digelar satu minggu selepas serangan mengerikan terhadap dua masjid di kota Christchurch yang menewaskan 50 orang. (AP/Mark Baker)

Liputan6.com, Christchurch - Ribuan orang berkumpul di Hagley Park, Christchurch, pada Jumat 22 Maret untuk mendengarkan syahdunya kumandang azan pada tengah hari, yang diikuti oleh sesi mengheningkan cipta selama dua menit setelahnya.

Kumandang azan tersebut juga disiarkan secara langsung oleh radio dan televsi Selandia Baru, sebagai upaya mengenang seluruh korban dalam tragedi penembakan yang menyasar Masjid Al Noor dan Lindwood City Mosque --keduanya berlokasi di Christchurch-- pada 15 Maret lalu.

Berkumpulnya massa di Hagley Park merupakan buntut dari imbauan Perdana Menteri Jacinda Ardern untuk menyiarkan langsung azan dan agenda menghening cipta, tidak hanya di Selandia Baru, namun juga pada tingkat global, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (22/3/2019).

PM Ardern hadir di lokasi salat Jumat yang berjarak sekitar 500 meter dari Masjid Al Noor, mengutip sabda Nabi Muhammad SAW dalam pidato singkatnya.

"Ketika ada bagian tubuh yang menderita, seluruh tubuh terasa sakit," kata Ardern, mengenakan jilbab hitam. "Selandia Baru berduka bersama Anda, kita adalah satu."

Sementara itu, Imam Gamal Fouda, pemimpin doa di masjid Al Noor yang hadir selama serangan pekan lalu, mengatakan kepada pelayat bahwa ia "melihat kebencian dan kemarahan di mata teroris".

"Hari ini, dari tempat yang sama, saya melihat keluar dan saya melihat cinta dan kasih sayang di mata ribuan sesama warga Selandia Baru, serta dari manusia di seluruh dunia," kata Fouda.

"Kami telah menunjukkan bahwa Selandia Baru tidak bisa dihancurkan, dan dunia dapat melihat dalam diri kami sebuah contoh cinta dan persatuan. Kami patah hati, tetapi kami tidak hancur," lanjutnya.

Bersamaan dengannya, dua masjid yang menjadi sasaran penembakan pada 15 Maret, Masjid Al Noor dan Linwood City Mosque, batal kembali dibuka tepat waktu untuk salat Jumat.

Polisi dan kontraktor Selandia Baru berharap untuk menyelesaikan investigasi TKP dan mengembalikan masjid Al Noor dan Linwood pada waktunya untuk ibadah umat muslim.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Hari Istimewa

Jacinda Ardern
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern sambangi Canterbury Refugee Centre di Christchurch, 16 March 2019. (MARTY MELVILLE / AFP)

Banyak jemaat yang datang untuk menunaikan salat Jumat di Hagley Park telah melakukan perjalanan dari seluruh Selandia Baru, dan beberapa lainnya datang dari berbagai penjuru dunia.

Banyak pula massa non-muslim datang membentuk pagar manusia selama berlangsungnya ibadah salat Jumat di area terbuka itu.

Imran Khan, salah seorang jemaat yang datang dari Auckland bersama dengan empat temannya, mengatakan penting untuk hadir sebagai "bentuk dukungan" bagi keluarga Ashraf Azad, sahabat mereka yang menjadi korban.

Azad adalah salah satu dari 50 orang yang tewas tertembak pekan lalu, dalam apa yang disebut PM Ardern sebagai serangan "teroris".

"Setiap kali Anda melihat masjid, Anda mendapatkan gambaran seperti apa rasanya bagi orang-orang yang ada di sini pada saat itu (serangan)," kata Khan dengan suara bergetar karena emosi.

"(Tapi) dukungan yang kami dapatkan dari masyarakat tidak dapat dipercaya ... Itu menunjukkan bahwa agama bukanlah segalanya, itu adalah cinta dan persatuan yang penting," tambahnya.

Peserta lain, seorang warga lokal yang juga jemaat reguler di Masjid Al Noor, Ahmed Osman, mengatakan bahwa agenda Jumat itu membuktikan aksi teror penembakan pada pekan lalu, gagal mencapai tujuannya untuk menabur kebencian di tengah masyarakat.

"Teror itu telah terjadi tetapi kami akan selalu bersama ... Mulai sekarang, kami akan menjadi lebih saling mendukung," kata Osman, yang pamannya termasuk korban tewas dalam insiden penembakan tersebut.

"Hari ini adalah hari istimewa bagi kami ... Orang-orang Christchurch akan berdiri bersama," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya