Liputan6.com, Wellington - Delapan bom yang meledak di Sri Lanka pada Minggu Paskah, 21 April 2019 menargetkan gereja dan hotel mewah serta rumah warga. Dalam insiden nahas tersebut, banyak anak menjadi korban. Baik yang tengah ikut orangtuanya melaksanakan kebaktian, maupun tengah berlibur dan tinggal di hotel mewah.
Juru bicara UNICEF Christophe Boulierac mengatakan pada selasa, 23 April 2019 bahwa setidaknya 45 anak-anak termasuk di antara korban meninggal, mengutip Sydney Morning Herald pada Rabu (24/4/2019). Salah satu bayi berumur delapan bulan juga dilaporkan jadi korban sebagaimana laporan kantor berita Al Jazeera.
Â
Advertisement
Baca Juga
321 Korban Tewas
Sementara itu, angka korban tewas terus bertambah. Hingga Rabu, 24 April 2019, dilaporkan sebanyak 321 orang meninggal dunia dari sebelumnya 310.
Sebagian besar korban adalah warga negara Sri Lanka yang beragama Kristen dan Katolik. Semetara korban dari asing berasal dari 12 negara.
Di antara korban warga asing paling tidak terdapat 10 orang India, delapan warga Inggris dan empat orang Amerika, bersama dengan warga negara Denmark, Swiss, Belanda, Jepang, Spanyol, China, dan Portugal.
Nama dan perincian korban meninggal saat ini masih sulit untuk didapatkan, mengingat pihak berwenang Sri Lanka tengah memblokir sebagian besar media sosial pasca-serangan bom beruntun tersebut.
Dimakamkan
Pemakaman massal korban serangan teror bom di Gereja St. Sebastian, Sri Lanka dilaksanakan pada Selasa, 23 April 2019. Prosesi itu dilangsungkan di tengah ketakutan adanya serangan susulan dari teroris.
Pastor Cyril Gamini Fernando mengatakan pihak gereja memutuskan pemakaman massal untuk memungkinkan lebih banyak orang hadir dalam upacara mengenang korban tewas, di samping karena pihak keamanan mengatakan pilihan itu lebih baik.
"Mereka meninggal pada saat yang sama dan kami ingin memakamkan mereka bersama," kata Pastor Fernando.
Tampak para pengunjung memasuki halaman gereja sebelum pemakaman dilangsungkan bagi korban meninggal. Mereka diperiksa satu-satu oleh para tentara --yang direkrut dari utara dan timur Sri Lanka. Upacara Selasa itu dilangsungkan di bawah kanopi raksasa di sebelah gereja yang rusak parah.
Sekitar 1000 orang hadir, memberikan penghormatan terakhir. Mereka duduk di kursi plastik di lantai berpasir dan melantunkan doa serta liturgi. Ketika kebaktian hampir berakhir, jemaat menyanyikan "Ave Maria" kemudian para jenazah korban bom beruntun di Sri Lanka dibawa ke tempat peristirahatan terakhir didampingi keluarga mereka yang tersedu-sedu.
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Advertisement