Liputan6.com, Paris - Museum Louvre Paris memberi penghormatan kepada IM Pei, arsitek bangunannya yang berupa piramida kaca raksasa. Pria yang meninggal dunia pada usia 102 tahun.
Seperti diberitakan VOA Indonesia, Sabtu (18/5/2019), para karyawan Louvre akan berkumpul hari Jumat sore 17 Mei waktu setempat di bawah piramida itu untuk mengenang Pei.
Baca Juga
Presiden direktur Louvre, Jean-Luc Martinez, menyatakan kesedihanya yang sangat besar.
Advertisement
Mantan menteri kebudayaan Prancis, Jack Lang, yang menjabat sewaktu rencana piramida itu diungkapkan pada tahun 1984, mengenang Pei sebagai “lelaki sangat lembut” yang mengundang respek karena "Pei sendiri sangat menghormati sejarah negara itu."
Proyek yang diluncurkan Presiden Francois Mitterrand itu menghadapi banyak kontroversi.
"Ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh takut untuk tampil berani karena pada akhirnya, kalau Anda mengandalkan pada kecerdasan dan keindahan, ini akan berhasil,” kata Lang kepada kantor berita Associated Press hari Jumat."
Sosok Gigih
Kematian sosok di balik salah satu landmark ternama di Paris itu dikonfirmasi pada Kamis 16 Mei 2019 oleh Marc Diamond, juru bicara firma arsitek New York, Pei Cobb Freed & Partners. Salah satu putra Pei, Li Chung Pei, mengatakan kepada The New York Times bahwa ayahnya telah meninggal pada dini hari saat pergantian Rabu malam ke hari Kamis.
BBC yang dikutip Jumat (17/5/2019) melaporkan bahwa penghormatan terakhir untuk I M Pei terus mengalir, mengenang jasanya merancang struktur ikonik di seluruh dunia. Desain pria yang karib disapa Pei itu terkenal karena penekanannya pada geometri presisi, permukaan polos, dan cahaya alami.
Dia bahkan terus bekerja dengan baik hingga usia lanjut, menciptakan salah satu karya agungnya yang paling terkenal - Museum Seni Islam di Doha, Qatar - pada usia 80-an.
Selain piramida kaca di Paris, proyek-proyeknya yang disegani termasuk Hall of Fame dan Museum Rock and Roll di Cleveland, Ohio; Miho Museum of Shigo, Jepang; Pusat Simfoni Morton Meyerson di Dallas, Texas, dan Perpustakaan John F. Kennedy di Boston, Massachusetts.
Seniman Pragmatis Pecinta Arsitektur Islam
Ieoh Ming Pei lahir di Guangzhou, China pada tahun 1917, putra bankir Ieoh Ming Pei datang ke AS pada usia 17 tahun untuk belajar arsitektur, menerima gelar sarjana di bidangnya dari Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1940.
Dia kemudian mendaftar di Sekolah Pascasarjana Desain Universitas Harvard, di mana dia menerima gelar master di bidang arsitektur pada tahun 1946. Lalu menjadi warga negara AS yang dinaturalisasi pada tahun 1954.
Dia awalnya bekerja sebagai ilmuwan riset untuk pemerintah AS selama Perang Dunia Kedua. Kemudian Pei bekerja sebagai arsitek, mendirikan perusahaannya sendiri pada tahun 1955.
Tercatat sebagai salah satu arsitek paling produktif di abad ke-20, ia telah merancang bangunan kota, hotel, sekolah, dan bangunan lainnya di seluruh Amerika Utara, Asia, dan Eropa.
Gayanya digambarkan sebagai modernis dengan tema-tema cubist, dan dipengaruhi oleh kecintaannya pada arsitektur Islam. Bahan bangunan kesukaannya adalah kaca dan baja, dengan kombinasi beton.
Advertisement
Meraih Sejumlah Penghargaan Bergengsi
Pei memicu kontroversi untuk piramidnya di Museum Louvre. Tapi kini, struktur kaca karyanya yang selesai pada tahun 1989 adalah salah satu landmark paling terkenal di Paris.
Karyanya yang lain termasuk Dallas City Hall dan Miho Museum Jepang.
"Saya percaya bahwa arsitektur adalah seni pragmatis. Untuk menjadi seni itu harus dibangun di atas dasar kebutuhan," katanya suatu ketika.
Ieoh Ming Pei pernah memenangkan berbagai penghargaan dan hadiah atas bangunan kreasinya, termasuk Medali Emas AIA, Praemium Imperiale for Architecture.
Pada tahun 1983, Pei juga pernah diberi Penghargaan Pritzker yang bergengsi. Juri mengatakan bahwa dia "telah memberikan abad ini beberapa ruang interior dan bentuk eksterior yang paling indah".
Dia kemudian menggunakan uang hadiah sebesar $ 100,000 yang diperolehnya untuk memulai dana beasiswa bagi siswa China untuk belajar arsitektur di Amerika.