23-6-1956: Menang 99%, Gamal Abdel Nasser Jadi Presiden Pertama Mesir

99,95 persen pemilih Mesir menandai surat suara mereka untuk memilih Gamal Abdel Nasser sebagai presiden pertama negara republik tersebut.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 23 Jun 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2019, 06:00 WIB
Deklasifikasi Dokumen AS Ungkap Masa Kelam Sejarah 1965 Indonesia
Presiden Sukarno bersama Gamal Abdel Nasser (Kanan) dan PM Chuna Zhu Enlai (kiri) di Mesir tanggal 26 September 1965, sebelum G30S pecah ( AFP)

Liputan6.com, Jakarta - 23 Juni 1956, menjadi hari bersejarah bagi Gamal Abdel Nasser. Dia terpilih sebagai presiden Mesir untuk masa jabatan kedua.

99,95 persen pemilih Mesir menandai surat suara mereka untuk memilih Gamal Abdel Nasser sebagai presiden pertama negara republik. Ia adalah satu-satunya kandidat presiden dalam pemungutan suara.

Dalam pemungutan suara yang sama, konstitusi baru Nasser, di mana Mesir menjadi negara sosialis satu partai dengan Islam sebagai agama resmi, disetujui oleh 99,8 persen pemilih.

Pria kelahiran Iskandariyah atau Aleksandria tahun 1918 ini menjabat presiden setelah menggulingkan Presiden sebelumnya Jenderal Muhammad Naguib.

Seperti dimuat History.com yang dikutip Minggu (22/6/2019), Gamal menjadi presiden kedua Mesir. Namun sejatinya, ia adalah presiden pertama dengan sistem pemerintahan Republik. Sebelumnya Mesir dikendalikan pemerintahan monarki yang digulingkan pada 1952 dalam kudeta militer.

Sejak remaja, Gamal adalah aktivis yang terus membela hak-hak rakyat melawan pendudukan Inggris. Di menimba ilmu di sekolah hukum dan masuk pendidikan tentara di Royal Military Academy.

Pada tahun 1938, dia diangkat sebagai Letnan Jenderal dan memimpin pasukan Mesir dalam pertempuran di Sudan saat Perang Dunia II. Dia juga memimpin tentara saat perang Israel dan Arab Saudi pada 1948. Kiprahnya di dunia militer cukup cemerlang.

Memimpin Penggulingan

Nasser (kanan) dan Mohamed Naguib (kiri) selama perayaan menandai peringatan kedua revolusi 1952, Juli 1954. (Public Domain)
Nasser (kanan) dan Mohamed Naguib (kiri) selama perayaan menandai peringatan kedua revolusi 1952, Juli 1954. (Public Domain)

Pada 23 Juli 1952, Nasser memimpin aksi penggulingan rezim Raja Farouk. Kemudian ia bersama petinggi militer Mohammad Naguib membentuk pemerintahan baru di bawah payung Dewan Komando Revolusi. Mohammad Naguib memproklamirkan diri sebagai Perdana Menteri Mesir.

Dua tahun kemudian, Nasser mengambil alih pimpinan negara tersebut dan menetapkan Mesir sebagai negara Republik Arab Sosialis. Tak lama, atas aspirasi rakyat dan hasil pemilu, Nasser terpilih menjadi pemimpin dengan konstitusi baru sebagai negara republik.

Satu bulan setelah terpilih dalam pemilu, Nasser menghadapi krisis politik internasional. Dikarenakan ia menjalin perjanjian senjata dengan Uni Soviet, Amerika Serikat dan Inggris memutuskan untuk mengambil kekuasaan pembiayaan bendungan Sungai Nil.

Nasser kemudian menanggapi langkah AS dan Inggris dengan mengambil alih kanal Suez yang sebelumnya dikuasai Inggris dan Prancis. Jalur ini akan dikenai pajak oleh Mesir kepada yang melintas.

Sebagai konsekuensi atas kebijakan Nasser tersebut, pada Oktober 1956, Israel, Inggris dan Prancis menyerang Mesir. Mesir dibeking Uni Soviet berhasil memukul mundur pasukan zionis dan negara Eropa tersebut. Terusan Suez akhirnya ditinggalkan asing, dan dimiliki penuh oleh Mesir.

 

Sejarah Lain

Sejarah lain mencatat pada 23 Juni 2013, seorang akrobatik udara, Nik Wallenda tercatat sejarah menjadi orang pertama yang berjalan melintasi jurang Sungai Little Colorado dengan seutas kawat pada ketinggian 457 meter. Aksi menantang tersebut ia lakukan tanpa alat pengaman.

Sebelumnya, Wallenda telah lebih dulu melakukan atraksi serupa di air terjun Niagara. Peristiwa itu juga mencatatnya sebagai orang pertama yang melintasi air terjun dengan seutas tali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya