Liputan6.com, Hong Kong - Demonstrasi Hong Kong masih terjadi hingga hari ini. Protes yang berlangsung hampir dua bulan itu awalnya disebabkan kasus pembunuhan yang melahirkan penolakan terhadap RUU ekstradisi yang memungkinkan warga kota dapat dihukum oleh China daratan.
Protes itu beberapa kali mengarah kepada bentrok, hingga demonstran sering kali bersitegang dengan polisi.
Advertisement
Baca Juga
Berbeda dengan massa aksi, sebagian generasi tua di Hong Kong justru mendukung penanganan aparat atas demonstrasi tersebut. Hal itu dituturkan mereka yang diwawancarai Channel News Asia, dikutip Senin (19/8/2019).
"Mereka (pengunjuk rasa) tidak tahu apa yang mereka lakukan… Apa yang mereka lakukan itu berlebihan. Jika mereka ingin melakukan demonstrasi, silakan. Tetapi apa yang telah mereka lakukan telah melampaui (batas)," kata Wong Man Kit (82).
Kakek yang berasal dari Wong Tai Sin itu menambahkan, "Kami orang tua tidak berpikiran sederhana. Kami melihat segala sesuatu dengan jelas. Kami tidak hanya mendengarkan satu sisi cerita lalu melemparkan barang ke polisi."
Polisi Telah Adil?
Wong Man Kit juga mengatakan, polisi telah "adil" dalam menangani protes. Menurutnya, aparat hanya membalas setelah pemrotes melemparkan benda ke arah pasukan.
Senada dengan Wong Man Kit, penduduk Wong Tai Sin lainnya, yang hanya ingin dipanggil sebagai Leung (98), juga berpendapat bahwa anak-anak itu salah.
"Mereka lahir dan dibesarkan di Hong Kong. Dengan membuat hal-hal buruk di sini, apa yang akan mereka dapatkan?" katanya.
"Bukankah mereka punya makanan di atas meja? Bukankah mereka memiliki pekerjaan yang layak? Dari banyak hal yang dapat dilakukan, mengapa mereka harus menjadi pengunjuk rasa?" lanjutnya secara retoris.
Dia menambahkan, "Jika mereka tidak bahagia, mereka seharusnya berdiskusi dengan pemerintah secara perlahan. Biarkan semua pihak menyelesaikannya. Mereka adalah orang beradab. Apakah orang beradab melakukan kekerasan?"
Simak video pilihan berikut:
Pertanyakan Pemblokiran Jalan
Penduduk Tai Po yang bernama Chong Hong Wing (60) juga mengkritik demonstran karena melumpuhkan lalu lintas kota.
"Mengapa mereka ingin memblokir jalan dan membuatnya tidak bisa dilewati kendaraan?"
"Mereka (pengunjuk rasa) menginginkan kebebasan untuk diri mereka sendiri, tetapi mereka sebenarnya menghalangi kebebasan orang lain," lanjutnya.
Ketika diminta menilai upaya polisi dalam menangani protes, seorang penduduk Kowloon yang telah berusia pensiun yakni Tham mengatakan, "Saya menilai upaya polisi dengan sangat tinggi."
Pria 63 tahun itu menambahkan, "Para pengunjuk rasa menghancurkan mata pencaharian Hong Kong. Mereka menduduki bandara... Di negara yang demokratis, tidak ada masalah bagi mereka untuk mengekspresikan pandangan mereka, tetapi mereka tidak bisa melangkahi garis batas."
"Ada batasan untuk demokrasi ... Kaum muda harus fokus pada studi mereka ... Dengan memprotes dan tidak pergi ke kelas, mereka hanya melukai diri mereka sendiri," ungkap dia.
Advertisement
Mengkritik Peluru Karet Polisi
Seorang warga Wong Tai Sin yang lain bernama Law (86) mencatat, dibandingkan dengan pasukan keamanan di negara lain, polisi Hong Kong telah profesional di garis depan.
"Mereka (pengunjuk rasa) mengatakan polisi memukuli mereka. Mereka harus melihat bagaimana polisi di negara lain menangani kerusuhan ... Mereka tidak akan hanya berdiri dan membiarkan mereka melanjutkan," katanya.
Meski demikian, ada orang lain yang merasa bahwa polisi bisa melakukan yang lebih baik.
Ia adalah Mak Siu Sun (70) seorang warga Tai Po yang mencatat bahwa polisi seharusnya tidak mengarahkan peluru karet ke kepala dan badan para pengunjuk rasa.
"Tembak saja mereka di kaki," lanjutnya.
"Saya bisa mengerti mengapa mereka (para pengunjuk rasa) akan mengepung kantor polisi," katanya.
Dalam berminggu-minggu unjuk rasa di Hong Kong telah terdapat jutaan orang turun ke jalan. Hal itu menjadi tantangan terbesar terhadap pemerintahan China atas kota semi-otonom sejak penyerahannya pada 1997 dari Inggris itu.