Liputan6.com, Jalalabad - Puluhan orang, termasuk anak-anak, terluka setelah serangkaian ledakan menyerang beberapa restoran dan alun-alun di Kota Jalalabad, Afghanistan timur, Senin 19 Agustus 2019.
Serangan itu terjadi bertepatan dengan perayaan 100 tahun kemerdekaan Afghanistan dari kolonial Inggris, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (20/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Wakil juru bicara gubernur Provinsi Nangarhar, Noor Ahmad Habibi mengatakan bahwa sekitar 66 orang terluka akibat sepuluh ledakan di dalam dan sekitar Jalalabad.
Hingga berita ini dimuat, belum ada pihak yang mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut.
"Kami hendak merayakan kemerdekaan (Afghanistan) di alun-alun, ketika tiba-tiba ada beberapa ledakan mengejutkan. Saya terluka dan kemudian seseorang membawa saya ke rumah sakit," kata Walid (17), pemuda dari distrik Pachir Agaam di Jalalabad.
Kesepuluh ledakan itu terjadi setelah serangan bom pada akhir pekan lalu, yang menargetkan sebuah resepsi pernikahan di ibu kota Kabul, di mana sebanyak 63 orang dilaporkan tewas, dan 200 lainnya luka-luka.
Serangan tersebut diklaim dilakukan oleh ISIS cabang Afghanistan melalui seorang militan --yang diakui-- dari Pakistan.
Rp 64,8 Miliar untuk Perayaan HUT Afghanistan
Tadinya, perayaan kemerdekaan direncanakan berlangsung secara ekstensif di seluruh Afghanistan pada hari Senin. Hal tersebut telah dituangkan dalam dekrit presiden pada Juni lalu, dengan menggelontorkan anggaran senilai US$ 4,8 juta, atau setara Rp 68,4 miliar.
Namun di Kabul, agenda peringatan kemerdekaan Afghanistan dibatasi untuk menghormati mereka yang tewas dalam serangan bom hari Sabtu.
Acara utama yang bertepatan dengan pembukaan kembali Istana Darulaman, yang rusak parah selama perang saudara pada 1990-an, juga ditunda.
Dalam pidato hari kemerdekaan, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meminta masyarakat internasional untuk mendukung upaya pembasmian "sarang militan"
"Pertarungan kami melawan Daesh akan berlanjut," katanya, merujuk pada kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.
Advertisement
Terjadi Bersamaan dengan Perundingan AS-Taliban
Di Jalalabad, di mana jalan-jalan dipenuhi poster dan mobil-mobil berbalut bendera Afghanistan, banyak warga yang melukis wajah mereka dengan warna-warna kebanggaan setempat, yakni hitam, merah dan hijau.
Kelompok usia muda Afghanistan, termasuk anak-anak, terlibat dalam tarian massal yang mengiringi pemutaran lagu-lagu nasional.
"Kami semua datang ... untuk merayakan kemerdekaan. Kami membeli pengeras suara untuk memainkan musik nasional, dan sementara kami semua menari, bom pertama meledak," ujar Zahir Jan, seorang warga Jalalabad.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, tetapi ketika membuka mata, saya sudah di rumah sakit. Polisi mengatakan delapan orang terluka," lanjutnya.
Ledakan hari Senin dan serangan akhir pekan lalu terjadi ketika Amerika Serikat dan Taliban tengah melanjutkan pertemuan rutin di Qatar, guna mencoba mengakhiri perang 18 tahun di Afghanistan.
Jika perundingan membuahkan hasil, menurut para pengamat, itu berfokus penarikan sekitar 14.000 tentara AS dari Afghanistan, dan memberikan imbalan jaminan keamanan dari Taliban.