Liputan6.com, Kabul - Juru bicara ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di sebuah balai pernikahan di pinggiran ibu kota Afghanistan pada Sabtu malam, yang menewaskan sekitar 63 orang dan melukai lebih dari 200 lainnya.
Korban selamat dan saksi mata mengatakan pelaku meledakkan rompi bomnya di atas panggung, ketika banyak orang dewasa dan anak-anak tengah menari riang, demikian dikutip dari The Guardian pada Senin (19/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Bom meledak di balai pernikahan Dubai City yang berlokasi di wilayah barat Kabul, yang merupakan rumah bagi komunitas minoritas Syiah Hazara. Wilayah itu diketahui kerap menjadi target serangan oleh ISIS dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah pernyataan yang diunggah di situs web yang berafiliasi dengan ISIS, mengatakan serangan itu dilakukan oleh seorang militan asal Pakistan.
Sebelumnya, ISIS telah banyak mengklaim bertanggung jawab atas banyak serangan mematikan terhadap komunitas Syiah Hazara, sejak kelompok itu muncuk di Afghanistan pada 2014.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pelaku Sempat Tersenyum Sebelum Meledakkan Diri
Penganti pria, yang selamat meski mengalami luka, mengatakan sempat melihat pelaku tersenyum padanya sebelum meledakkan diri di atas panggung.
"Pemboman ini mengubah hari bahagia saya menjadi duka," katanya yang mengaku bernama Mirwais.
"Keluarga dan istri saya selamat, tapi tidak bisa berbicara apa-apa. Saya tidak menyangka akan ada banyak orang tewas di pesta pernikahan kami, lanjutnya kepada stasiun televisi lokal Tolo News.
Saksi mata lain, Mohammad Farhag, yang menghadiri resepsi terkait, mengatakan dia sedang berada di area wanita ketika mendengar ledakan besar dari arah area pria.
Sebagaimana diketahui, tradisi pernikahan di Afghanistan umumnya memisahkan area tamu pria dan wanita.
"Semua orang berlari keluar berteriak dan menangis," kata Farhag.
"Sekitar 20 menit aula penuh dengan asap. Hampir semua orang di bagian pria tewas atau terluka," lanjutnya memberikan kesaksian.
Dua jam setelah ledakan, masih banyak jenazah yang dikeluarkan dari dalam balai pernikahan yang rusak karena serangan bom.
Advertisement
Terjadi di Waktu yang Tidak Menentu
Serangan bom itu terjadi pada waktu yang tidak pasti di Afghanistan, ketika Amerika Serikat (AS) dan Taliban --tanpa campur tangan pemerintah Afghanistan-- tengah mendekati kesepakatan untuk mengakhiri perang hampir 18 tahun.
Pada hari Sabtu, otoritas di Kabul mengatakan sedang menunggu hasil pertemuan Donald Trump dan tim keamanan nasional Afghanistan tentang negosiasi terkait.
Beberapa masalah utama yang dibahas adalah penarikan pasukan AS, dan jaminan Taliban untuk tidak membiarkan Afghanistan menjadi landasan peluncuran serangan teror global.
Menurut beberapa pengamat, bahkan ketika pembicaraan itu mendekati kesimpulan, ISIS kian sering muncul sebagai ancaman terbesar bagi masyarakat sipil Afghanistan.
Taliban mengutuk serangan bom terakhir sebagai "tindakan terlarang dan tidak dapat dibenarkan", serta menyangkal sedikitpun keterlibatannya.
Sementara itu, balai pernikahan yang berukuran besar dan terang benderang telah menjadi pusat kehidupan masyarakat di kota-kota Afghanistan, yang lelah terus menerus menghadapi perang.
Tidak hanay digunakan sebagai tempat resepsi, balai pernikahan juga kerap digunakan untuk berbagai agenda kumpul publik.
Ironisnya, balai pernikahan juga semakin sering diserang oleh berbagai kelompok militan, khususnya yang berafiliasi dengan ISIS.
Pada November lalu, sekitar 55 orang tebunuh akibat serangan bom bunuh diriyang menyasar sebuah balai pernikahan di Kabul, ketika ratusan ulama Muslim Afghanistan berkumpul memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.