Temuan Fosil di Ethiopia Ini Menantang Teori Evolusi Manusia dari Kera?

Para peneliti telah menemukan tengkorak berusia hampir 3,8 juta tahun yang lengkap dari leluhur manusia mirip kera di Ethiopia.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Agu 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2019, 07:00 WIB
Penemuan tengkorak (BBC)
Tengkorak Anamensis (sumber: Cleveland Museum of Natural History)

Liputan6.com, Ethiopia - Sebuah analisis spesies baru telah ditemukan di Ethiopia oleh Prof Yohannes Haile-Selassie di sebuah tempat bernama Miro Dora. Tengkorak ini menantang gagasan tentang bagaimana manusia pertama berevolusi dari leluhur mirip kera.

Pandangan saat ini bahwa seekor kera bernama Lucy adalah salah satu spesies yang memunculkan manusia purba pertama yang mungkin harus dipertimbangkan kembali. Penelitian ini telah dilaporkan pada journal Nature.

Seorang ilmuwan yang berafiliasi di Cleveland Museum of Natural History di Ohio, AS mengatakan, ia segera mengakui pentingnya tengkorak atau fosil.

"Saya berpikir pada diri sendiri, 'Apakah saya melihat apa yang saya pikir?'. Tiba-tiba saya melompat-lompat dan saat itulah saya menyadari bahwa inilah yang saya impikan," ungkapnya kepada BBC, dikutip pada Minggu (31/8/2019).

Prof Haile-Selassie mengatakan, spesies itu adalah contoh terbaik dari leluhur manusia mirip kera yang disebut Australopithecus anamensis, tertua yang diketahui jenisnya. Diperkirakan telah ada pada 4,2 juta tahun yang lalu.

A. anamensis disebut juga sebagai spesies yang lebih maju dengan sebutan Austalopithecis afarensis.

Telah diteliti oleh peneliti, itu sebagai nenek moyang atau leluhur langsung dari manusia purba pertama yang dikenal sebagai Homo --yang termasuk semua manusia yang hidup hari ini.

Simak video pilihan berikut:

Memiliki Sebutan Baru

Penemuan tengkorak (BBC)
Aspek yang berbeda dari wajah dan pandangan spesimen baru (kiri bawah) melihat rahang atas dari bawah. Makhluk itu memiliki rahang dan lubang telinga kecil yang menonjol (BBC).

Penemuan pertama dari afarensis ada pada 1974 yang saat itu menjadi sensasi --kemudian dinamakan Lucy-- oleh penemunya karena saat penggalian, lagu Lucy in the Sky With Diamonds sedang diputar.

Dipuji sebagai 'kera pertama yang berjalan', Lucy menarik perhatian publik. Kemudian, Prof Fred Spoor dari Natural History Museum di London mengatakan bahwa ini akan menjadi ikon evolusi manusia yang terkenal.

Meskipun, penemuan terakhir ini tidak menyangkal kelompok Homo itu memang membawa spesies lain yang baru saja disebutkan ke dalam perselisihan. Prof Haile-Selassie setuju bahwa 'semua taruhan sudah dimatikan' untuk spesies mana yang merupakan leluhur langsung manusia.

Alasan kemungkinan peningkatan status ini adalah karena dapat dikatakan anamensis dan afarensis sebenarnya tumpang tindih dalam waktu. Pertama, tidak berevolusi secara langsung ke yang terakhir secara linear, seperti yang diduga sebelumnya.

Jelas sekarang kedua spesies itu harus hidup berdampingan setidaknya selama 100.000 tahun. 

Prof Haile-Selassie mengatakan, "Untuk waktu yang lama, afarensis dianggap kandidat terbaik sebagai leluhur untuk jenis kita, tetapi kita tidak dalam posisi itu lagi. Sekarang kita dapat melihat kembali semua spesies yang mungkin ada pada saat itu dan memeriksa yang mana mungkin paling seperti manusia pertama," katanya.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya