100 Hari Demo Hong Kong: 5 Cara Kreatif Pendemo Berunjuk Rasa

Hong Kong masih diguncang oleh rangkaian protes pro-demokrasi besar-besaran, yang pada tanggal ini menginjak 100 hari.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 17 Sep 2019, 20:40 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 20:40 WIB
Siswa di Hong Kong Bentuk Rantai Manusia
Para siswa, alumni dan guru membentuk rantai manusia di area Mid-Levels, Hong Kong, Senin (9/9/2019). Aksi dilakukan para siswa yang masih berseragam sekolah sambil memakai masker sebagai bentuk dukungan terhadap demonstran anti pemerintah setelah bentrokan pada akhir pekan. (Anthony WALLACE/AFP)

Liputan6.com, Hong Kong - Hong Kong masih diguncang oleh rangkaian protes pro-demokrasi besar-besaran, yang pada tanggal ini menginjak 100 hari.

Sekian lama berdemo rutin hampir setiap pekan, membuat para aktivis Hong Kong telah mengadopsi sejumlah cara kreatif untuk terus mengobarkan gerakan mereka.

Dari pertunjukan laser pena, flashmob hingga rantai manusia, berikut beberapa metode unik nan kreatif yang diterapkan oleh gerakan massa pro-demokrasi Hong Kong yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, seperti dikutip dari Hong Kong Free Press, Selasa (17/9/2019).

Simak video pilihan berikut:

1. Flashmob

Kenakan Jas, Ratusan Pengacara Hong Kong Ikut Demo Tolak RUU Ekstradisi
Seorang pengacara membawa payung dan mengenakan topeng saat berdemonstrasi di Hong Kong, Rabu (7/8/2019). Para pengacara Hong Kong telah dua kali terlibat dalam aksi protes terhadap RUU Ekstradisi. (AP Photo/Kin Cheung)

Musik telah lama memainkan peran penting dalam tahun-tahun demonstrasi demokrasi Hong Kong.

Salah satu lagu favorit adalah himne Kristen sepert; "Nyanyikan Haleluya untuk Tuhan" dan juga "Apakah Anda mendengar orang-orang bernyanyi?" hingga musik populer seperti lagu tema "Les Miserables."

Namun dalam dua minggu terakhir, sebuah lagu baru telah dinyanyikan dengan penuh semangat.

"Glory to Hong Kong" ditulis oleh seorang komposer anonim dan telah menjadi viral, lirik-liriknya yang menantang berulang kali muncul di protes, konser flashmob malam di mal-mal kota dan bahkan pertandingan sepak bola.

2. Pertunjukan Laser

Ribuan PNS Hong Kong Ikut Demo Tolak RUU Ekstradisi
Seorang pria berteriak menggunakan pengeras suara saat ribuan pegawai negeri sipil (PNS) mengikuti unjuk rasa menolak RUU Ekstradisi di Hong Kong, Jumat (2/8/2019). Aksi para pegawai negeri sejatinya telah ditentang oleh pemerintah Hong Kong. (LAUREL CHOR/AFP)

Laser pointer pada awalnya digunakan oleh pengunjuk rasa garis depan untuk menunjukkan posisi polisi, mengalihkan perhatian petugas dan menghentikan orang dari mengambil foto atau video.

Tetapi mereka diadopsi secara massal setelah seorang pemimpin siswa dengan 10 pena laser di tasnya ditangkap dengan tuduhan "kepemilikan senjata ofensif."

Sejak itu, para demonstran telah mengadakan "pertunjukan cahaya" di luar kantor polisi dan di sebagian besar pertemuan publik, memberikan jalannya protes nuansa disko yang agak nyata begitu matahari terbenam.

3. Rantai Manusia

Siswa di Hong Kong Bentuk Rantai Manusia
Para siswa saling memegang tangan mengelilingi St. Paul's College di Hong Kong, Senin (9/9/2019). Aksi dilakukan para siswa yang masih berseragam sekolah sebagai bentuk dukungan terhadap demonstran anti pemerintah setelah bentrokan yang terjadi pada akhir pekan lalu. (AP/Kin Cheung)

Rantai manusia pertama kali diadopsi pada akhir Agustus pada peringatan 30 tahun Jalan Baltik, ketika lebih dari satu juta orang menggandengkan tangan dalam demonstrasi besar anti-Soviet.

Massa Hong Kong mengadopsi hal tersebut. Puluhan ribu telah mengambil bagian dalam rantai manusia di seluruh kota dalam beberapa pekan terakhir, beberapa terbentuk di atas bukit-bukit terkenal seperti Peak dan Lion Rock. Siswa sekolah menengah juga telah membentuk mereka setiap pagi sebelum kelas.

4. Penggalangan Dana

Bentrokan Pecah Saat Aksi Demo Tolak RUU Ekstradisi di Hong Kong
Pengunjuk rasa menghindari gas air mata yang ditembakan oleh polisi anti huru hara di luar gedung Dewan Legislatif, Hong Kong, Rabu (12/6/2019). Polisi Hong Kong telah menggunakan gas air mata ke arah ribuan demonstran yang menentang RUU ekstradisi yang sangat kontroversial. (AP Photo/Vincent Yu)

Beberapa kampanye penggalangan dana online menuai kesuksesan tersendiri bagi gerakan massa pro-demokrasi Hong Kong.

Dua kampanye mengumpulkan lebih dari HK$ 21 juta (US$ 2,7 juta) untuk memasang iklan di surat kabar internasional utama.

"Dengan menempatkan iklan secara internasional, kami dapat menembus filter media dan menunjukkan kepada dunia kebenaran di bawah propaganda pemerintah," kata co-organizer kampanye, yang memberikan namanya sebagai Taylor, kepada AFP.

Kampanye lain telah mengumpulkan uang untuk membangun patung setinggi empat meter yang disebut "Lady Liberty Hong Kong" dan untuk menyediakan dana bantuan hukum bagi sekitar 1.400 orang demonstran yang ditangkap.

5. Beradaptasi, 'Menjadi Air'

Bentrok Demonstran Anti-Pemerintah Hong Kong dan Massa Pro-China
Demonstran pro-China (kiri) berkelahi dengan demonstran antipemerintah (kanan) di sebuah pusat perbelanjaan di Distrik Kowloon Bay, Hong Kong, Sabtu (14/9/2019). Bentrokan terbaru yang pecah di pusat perbelanjaan ini meluas ke jalanan di sekitarnya. (ISAAC LAWRENCE/AFP)

Ini adalah salah satu bentuk demonstrasi yang inovatif dan cerdas.

Terinspirasi filosofi Bruce Lee untuk 'menjadi air', para pemrotes menggunakan dalih-dalih kreatif untuk tetap melancarkan demo massal meski tak mengantungi izin otoritas.

Pada beberapa kesempatan, segerombolan massa pro-demokrasi berkumpul di pusat-pusat perbelanjaan, berdalih bawah perkumpulan tersebut merupakan bentuk "belanja massal".

Beberapa kelompok massa memilih taman, seraya membawa aksesoris piknik di samping atribut kampanye langganan mereka. Jika otoritas memaksa mereka pergi, para massa berdalih tengah melakukan tamasya di taman, bukan demonstrasi.

Yang lainnya bahkan berkumpul di lingkungan keagamaan, seperti gereja. Mereka menyelipkan slogan-slogan pro-demokrasi pada balutan himne kudus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya