Liputan6.com, Jepang - Seorang siswa Jepang membuat profesornya takjub lantaran ia memberikan kertas ujian kosong. Namun, profesor itu akhirnya menyadari esai tersebut ditulis dengan tinta yang tak terlihat.
Melansir dari BBC, Kamis (10/10/2019), Eimi Harga mengikuti teknik ninja 'aburidashi', menghabiskan waktu berjam-jam merendam dan menghancurkan kacang kedelai untuk membuat tinta.
Baca Juga
Haga mengatakan, hal ini telah ia tekuni sejak kecil. "Ini adalah sesuatu yang saya pelajari melalui sebuah buku ketika saya kecil," ujarnya kepada BBC.
Advertisement
"Aku hanya berharap tidak akan ada ide yang datang sama sepertiku," kata Haga.
Ninja merupakan agen rahasia dan pembunuh asal Jepang yang ada sejak abad pertengahan. Ia juga telah tertarik pada ninja sejak menonton acara TV animasi saat kecil.
"Ketika profesor mengatakan di kelas bahwa saya akan memberi nilai tinggi pada kreativitasnya, saya memutuskan akan membuat esai saya menonjol dari yang lain," katanya.
"Aku berpikir sejenak, dan menemukan ide aburidashi."
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Bekerja Keras Semalaman
Haga, merendam kedelai semalaman, lalu menghancurkannya sebelum meremasnya dengan kain.
Dia kemudian mencampur ekstrak kedelai dengan air --menghabiskan dua jam untuk mendapatkan konsentrasi yang benar-- sebelum menulis esainya dengan kuas halus pada 'washi' (kertas tipis Jepang).
Saat kering, kata di dalam kertas tersebut menjadi tidak terlihat. Tapi, untuk memastikan profesornya tidak memasukkan esai ke tempat sampah, dia meninggalkan catatan dengan tinta normal yang bertuliskan 'panaskan kertas ini'.
Profesor Yuji Yamada, mengatakan kepada BBC bahwa dia 'terkejut ketika dia melihat esai itu.
"Saya telah melihat laporan seperti itu ditulis dalam kode, tetapi tidak pernah melihat seperti ini, aburidashi," katanya.
Advertisement
Kreatifitas Haga
Yamada awalnya memiliki keraguan jika tulisan Haga tidak keluar saat dipanaskan.
"Sejujurnya, aku punya sedikit keraguan bahwa kata-kata itu akan keluar dengan jelas. Tapi ketika aku memanaskan kertas di atas kompor gas di rumahku, kata-kata itu muncul dengan sangat jelas dan aku berpikir 'Bagus sekali!'
"Saya tidak ragu untuk memberikan nilai penuh pada laporan --meskipun saya tidak membacanya sampai akhir karena saya pikir saya harus membiarkan sebagian kertas tidak dipanaskan, kalau media entah bagaimana akan menemukan ini dan mengambil gambar."
Sedangkan untuk esai itu sendiri, Haga mengatakan memiliki gaya lebih dari substansi. "Saya yakin bahwa profesor setidaknya akan mengenali upaya saya untuk membuat esai kreatif," katanya.
"Jadi saya tidak terlalu khawatir mendapatkan skor buruk untuk esai saya -- meskipun isinya sendiri tidak istimewa."
Â
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti