Pilih Mencatat dengan Tulis Tangan atau Ketik di Gawai? Ini Kata 3 Riset

Periset dari Princeton University, University of North Carolina, dan universitas di Helsinki, Finlandia meneliti tentang efek dari mencata dengan menulis dan mengetik. Mana yang lebih baik?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 27 Nov 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2019, 21:00 WIB
Ilustrasi orang sedang mengetik di laptop. Kredit: StartupStockPhotos via Pixabay
Ilustrasi orang sedang mengetik di laptop (free copyright stock photo)

Liputan6.com, Princeton - Dewasa ini, banyak orang dapat mengetik lebih cepat daripada yang dapat mereka tulis dengan tangan, terutama jika mereka tumbuh dewasa dengan laptop atau ponsel pintar sebagai gawai utama mereka. Tentu, ini merupakan keterampilan yang sangat berguna dan memungkinkan Anda untuk membuat catatan yang banyak, dengan cepat dan mudah.

Tentunya itu merupakan hal yang baik, bukan?

Mungkin tidak, menurut Claudia Hammond dalam artikelnya untuk BBC Future dengan merujuk pada tiga riset berbeda, disadur Liputan6.com pada Rabu (27/11/2019).

Eksperimen Peneliti Princeton University

Dalam sebuah eksperimen yang dipimpin oleh Pam Mueller di Universitas Princeton yang diterbitkan pada 2014, siswa diberi video ceramah motivasi untuk ditonton dan diminta mencatat isinya.

Setengah dari subjek penelitian diberi gawai berupa laptop dan setengahnya mencatat dengan pena dan kertas.

Anda mungkin mengharapkan sedikit perbedaan dalam bentuk catatan antara kedua kelompok subjek penelitian, karena siswa sangat terbiasa menggunakan keyboard dewasa ini.

Faktanya memang demikian.

Para siswa yang menggunakan keyboard lebih cenderung mengetik perkataan dosen kata demi kata (transkripsi), sementara para siswa yang menulis dengan tangan --tentunya menjadikan mereka mencatat lebih lambat-- tidak punya pilihan lain selain mencerna informasi sedemikian rupa guna memungkinkan mereka untuk meringkasnya di kertas.

Setelah itu, kedua kelompok subjek diberikan beberapa tes kecerdasan yang rumit untuk mengalihkan perhatian mereka, dan kemudian ditanyai tentang isi ceramah.

Ketika diminta mengingat fakta perihal isi ceramah, kedua kelompok subjek dari dua metode mencatat memberikan kesamaan informasi

Namun, saat masing-masing diminta untuk menjelaskan kembali konsep-konsep yang tercakup di dalamnya, siswa yang membuat catatan dengan tangan mampu menjelaskannya dengan lebih baik ketimbang mereka yang menggunakan gawai.

Pembuatan catatan verbal melibatkan bentuk pemrosesan kognitif yang dangkal. Anda bahkan dapat melakukannya 'otomatis' tanpa perlu memerintahkan otak Anda memikirkan isinya sama sekali jika Anda mau.

Tetapi, ketika menggunakan pena dan kertas, Anda dipaksa memproses informasi lebih dalam demi meringkas dalam konteks yang komprehensif, mudah dimengerti dan singkat; yang dipicu karena Anda tidak mungkin menuliskan semua ceramah kata per kata dengan tangan.

Keuntungan lain menggunakan pena dan kertas adalah Anda dapat bergerak di sekitar halaman dengan sangat cepat, berputar-putar, menggarisbawahi, atau menambahkan informasi tambahan dalam margin yang luwes tanpa batasan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Apakah Laptop Masalahnya?

laptop
Ilustrasi laptop (iStockPhoto)

Tim riset Universitas Princeton itu menemukan bahwa penggunaan laptop bukanlah masalahnya.

Persoalan intinya adalah fakta bahwa para siswa hanya membuat catatan kata demi kata atau melakukan transkrip.

Selanjutnya, tim periset Princeton melakukan variasi penelitian atas topik serupa, tetapi kali ini, para subjek penelitian diperingatkan untuk tidak membuat catatan kata demi kata.

Meskipun ada peringatan, ketika catatan dianalisis, siswa yang menggunakan laptop masih mengambil lebih banyak catatan kata demi kata dan masih tidak bisa menjawab pertanyaan konseptual, ketimbang orang-orang yang membuat catatan dengan tulisan tangan.

Manfaat Mencatat dengan Mengetik di Laptop

Pertanyaan lain muncul, apakah memiliki catatan lengkap kata per kata akan membantu pemahaman Anda?

Mungkin tidak, kata para peneliti Princeton.

Ketika para siswa diizinkan untuk merevisi catatan mereka sebelum diuji seminggu kemudian, kelompok pena-dan-kertas masih melakukan yang lebih baik.

Alasannya adalah, pemrosesan materi berlangsung secara lebih dalam saat Anda mendengarkan dan mengolahnya lagi dalam bentuk tulisan tangan.

Hal itu membantu Anda untuk memahaminya dan mengingatnya nanti. Bahkan, jika Anda tak lagi merujuk kembali ke catatan tersebut, proses pembuatannya bisa tertanam dalam memori jangka panjang.

Namun ada pengecualian. Kubu subjek penelitian yang mencatat dengan mengetik di laptop bisa dengan mudah mempelajari fakta-fakta sederhana. Oleh karenanya, membuat catatan pada laptop tetap bisa membawa manfaat positif.

Opsi Ketiga: Merekam

Ilustrasi merekam (Photo by Joey Huang on Unsplash)
Ilustrasi merekam (Photo by Joey Huang on Unsplash)

Selain yang diuji oleh para periset Princeton, ada metode 'mengingat dan memahami' lain yang bisa bermanfaat, yakni merekam.

Metode itu merupakan cara yang lebih pasif untuk melacak informasi dari sebuah kuliah atau ceramah, sehingga Anda dapat mendengarkan lagi atau menontonnya kembali nanti.

Tetapi, muncul pertanyaan bahwa, apakah dengan merekam --yang memungkinkan Anda mengumpulkan semua informasi agar dapat didengarkan lagi-- memicu konsentrasi Anda pada saat ceramah menjadi terpecah pada hal lain? Atau, apakah itu membebaskan Anda seutuhnya untuk berkonsentrasi penuh pada seluruh sesi.

Dalam percobaan yang dilakukan oleh Bianka Patel, dkk di University of North Carolina, sekelompok subjek penelitian dari mahasiswa farmasi diberitahu bahwa kuliah mereka akan dibagi menjadi dua bagian. Bagian 50 menit pertama akan direkam, sehingga mereka dapat menontonnya lagi nanti jika mereka mau. Tetapi bagian 50 menit kedua tidak.

Mereka diuji dua kali: segera setelah perkuliahan, dan satu minggu kemudian untuk melihat berapa banyak yang dapat mereka ingat dari setiap sesi saat itu.

Mana yang lebih baik?

Jawabannya adalah tidak ada bedanya. Ini karena kedua teknik membawa keuntungan sendiri.

Keuntungan dari tidak harus membuat catatan adalah bahwa Anda dapat memusatkan perhatian penuh pada apa yang diberitahukan kepada Anda tanpa khawatir tentang menuliskannya --karena Anda selalu dapat mendengarkannya lagi nanti.

Kendati demikian, para periset tetap meyakini dan senada dengan tim riset Princeton bahwa mencatat dengan menulis tangan adalah opsi yang lebih baik dan komprehensif.

Mengombinasikan Lebih dari Satu Metode

Ilustrasi Tulisan Tangan Dokter dan Dokter (iStockphoto)
Ilustrasi menulis tangan dan mengetik (iStockphoto)

Tetapi, tim periset lain menemukan adanya upaya dari para subjek untuk mengombinasikan berbagai metode.

Sebuah studi tahun 2019 di University of Helsinki di mana mahasiswa kedokteran diberikan tablet iPad, menemukan bahwa subjek penelitian memperlakukan gawai itu sebagai alat yang sangat membantu, untuk menulis, mengetik, merekam, atau menggambar pada satu momen sesi kuliah. Serta, memicu mereka untuk membuat lebih banyak catatan.

Tablet juga memberikan mereka keleluasaan untuk menulis catatan non-linear dan tampaknya cocok untuk mereka yang menempuh studi sebagai siswa kedokteran gigi atau studi lain di mana perpaduan gambar visual dan suara adalah penting.

Satu hal lagi yang dipertimbangkan adalah bahwa catatan yang dibuat di iPad memiliki keuntungan dalam hal penyimpanan dan pencarian yang mudah.

Tetapi meskipun perangkat itu populer, kinerja siswa dengan dan tanpa gawai tersebut tidak diukur, jadi BBC tidak tahu apa perbedaannya dari segi kuantitatif.

Kesimpulan

Tentu saja, jika Anda bisa mengetik cepat dan ingin transkripsi, maka laptop adalah opsi ideal.

Tetapi, jika tujuan Anda adalah untuk memahami materi dengan lebih baik dan tidak hanya membuat catatan materi, maka buat catatan dengan tangan.

Dan pelajaran lain dari semua ini, tentu saja, adalah membuat catatan Anda singkat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya