98 Persen Warga Bougainville Setuju Merdeka dari Papua Nugini

Sebagian besar warga Bougainville setuju untuk memerdekakan diri dari Papua Nugini.

diperbarui 12 Des 2019, 11:31 WIB
Diterbitkan 12 Des 2019, 11:31 WIB
Warga Bougainville setuju untuk memisahkan diri dari Papua Nugini.
Warga Bougainville setuju untuk memisahkan diri dari Papua Nugini. (Source: Serahphina Aupong/U.N. in PNG via AP)

Jakarta - Kepulauan Bougainville di Pasifik Selatan akan jadi negara termuda dunia, jika parlemen Papua Nugini menerima hasil referendum, yang menjadi bagian kesepakatan perdamaian untuk mengakhiri konflik bertahun-tahun.

Warga di Kepulauan Bougainville di Pasifik Selatan dengan mayoritas sangat besar memilih opsi kemerdekaan dari Papua Nugini, menurut hasil referendum yang dirilis hari Rabu, 11 Desember 2019.

Jika hasil ini diratifikasi oleh parlemen Papua Nugini, Bougainville akan menjadi negara terbaru dunia seperti dikutip dari DW Indonesia, Kamis (12/12/2019). 

Ketua Komisi Referendum Bougainville Bertie Ahern mengumumkan, opsi kemerdekaan dipilih oleh 176.928 pemilih – sekitar 98 persen dari seluruh suara. Hanya 3.043 pemilih yang memilih opsi otonomi luar di bawah kedaulatan Papua Nugini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bagian dari Kesepakatan Damai

Warga Bougainville setuju untuk memisahkan diri dari Papua Nugini.
Warga Bougainville setuju untuk memisahkan diri dari Papua Nugini. (Source: Jeremy Miller/BRC via AP)

Pelaksanaan referendum ini sudah disepakati tahun 1998 sebagai bagian dari perjanjian damai yang mengakhiri perang yang berlangsung lebih sepuluh tahun 1988-1998 antara kelompok separatis Bougainville dan pasukan Papua Nugini. Sedikitnya 15.000 orang tewas dalam konflik ini.

Meskipun ada kekhawatiran bahwa kemerdekaan Bougainville dapat menjadi preseden bagi gerakan separatis lainnya di Papua Nugini yang beragam suku, referendum akhirnya dilaksanakan mulai 23 November sampai 7 Desember.

Parlemen Papua Nugini memang masih harus menerima hasil itu, namun skala kemenangan yang begitu besar bagi bagi gerakan pro-kemerdekaan akan sulit diabaikan oleh parlemen di Port Moresby.

Konflik antara gerakan separatis Bougainville dan pemerintah pusat di Port Moresby sebagian besar disebabkan oleh perselisihan tentang pembagian pendapatan dari tambang tembaga Panguna yang sekarang tertutup.

Tambang Panguna pernah menyumbang 40% dari seluruh pendapatan ekspor Papua Nugini. Tambang itu kini diperkirakan masih memiliki miliaran dolar tembaga dan emas.

Bougainville berjarak sekitar 1.000 kilometer di barat Port Moresby. Dari tahun 1880-an hingga Perang Dunia I, Bougainville adalah bagian dari daerah penjajahan Jerman. Setelah perang, Australia menduduki pulau itu. Pada tahun 1975 Bougainville diserahkan kepada Papua Nugini. Namun banyak warganya yang ingin membentuk negara merdeka dan melakukan perlawanan bersenjata.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya