Liputan6.com, Jakarta - Angka penyebaran Virus Corona (COVID-19) di Asia Tenggara terpantau rendah dibandingkan negara-negara Eropa. Sebagai contoh, Jerman sudah mencatat 62 ribu kasus, sementara negara-negara ASEAN yang notabene tak jauh dari lokasi awal penyebaran Virus Corona masih relatif sedikit.
Tak hanya itu, bahkan ada negara ASEAN yang tak mencatat kasus sama sekali.
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan VOA Indonesia, Senin (30/3/2020), pakar kesehatan memperingatkan angka yang tidak akurat mungkin memberikan kesan aman yang jauh dari kenyataan, dan membantu menyebarkan virus mematikan itu.
Laos dan Myanmar, yang sama-sama berbatasan dengan China, di mana pandemi Virus Corona merebak akhir tahun lalu, masih melaporkan nol kasus awal pekan lalu. Laos sejak itu mengonfirmasi enam kasus hingga Sabtu 28 Maret. Myanmar, yang berbatasan dengan China sepanjang lebih dari 2.000 kilometer, mengonfirmasi lima penderita.
Kamboja dan Vietnam, yang juga memiliki hubungan budaya dan komersial yang erat dengan China, melaporkan 104 dan 169 orang yang terinfeksi. Angka penderita Virus Corona di kedua negara itu lebih banyak dari Laos atau Myanmar, tapi masih pada tingkat rendah.
"Itu konsekuensi dari sangat terbatasnya kapasitas tes dan pengawasan yang lemah, dan itu kenyataannya," kata Mark Simmerman, seorang konsultan kesehatan di Thailand dan bekas pakar epidemiologi bagi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS yang pernah menangani respon kawasan itu terhadap wabah SARS pada 2003.
"Angka yang sangat kecil itu tidak realistis," katanya.
Sementara Indonesia, Malaysia dan Thailand, masing-masing telah melaporkan ribuan kasus, meskipun disana sebagian pakar kesehatan mengeluh. Di Indonesia, kepala Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla mengatakan kemungkinan ada infeksi Virus Corona yang jauh lebih banyak dibanding yang dilaporkan karena jumlah tes yang rendah.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Gedung Putih: Jaga Jarak 2 Meter Demi Hindari Virus Corona COVID-19
Pakar kesehatan Gedung Putih terus mendorong adanya social distancing (jaga jarak sosial) supaya menekan penyebaran Virus Corona COVID-19 (COVID-19). Jarak ideal antar satu sama lain disebut sekitar 2 meter atau tepatnya 1,82 meter.
Rekomendasi itu diberikan oleh Dr. Deborah Birx yang kini dipercaya sebagai Koordinator Respons Virus Corona COVID-19 Gedung Putih. Jarak tersebut meter dianggap ideal untuk menghindari droplet (percikan air liur).
"(Social distancing) adalah ketika kita meminta orang-orang untuk setidaknya saling memberi jarak enam kaki (1,82 meter). Dan kamu mungkin bertanya kenapa enam kaki? Karena banyak bukti sains terkait penyakit pernapasan bahwa jarak itu adalah jarak terjauh saat droplet keluar saat bersin atau batuk," ucap Dr. Birx dalam video Gedung Putih.
Virus Corona COVID-19 dapat menular lewat kontak fisik dekat. Pihak Gedung Putih juga meminta agar tak ada acara kumpul-kumpul lebih dari 10 orang.
Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Dr. Anthony Fauci juga meminta agar masyarakat jangan nekat ke tempat-tempat ramai dulu. Terkait pekerjaan bisa dilakukan dari jarak jauh, sementara untuk hiburan diharapkan ditunda dahulu.
"Jangan ke bar, jangan ke restoran, jangan ke bioskop dengan banyak orang. Pokoknya pemisahan fisik agar Anda punya ruang antara diri Anda dan orang lain yang bisa saja terinfeksi atau menginfeksimu," tegas Dr. Fauci.
Ada kasus-kasus penularan Virus Corona COVID-19 terjadi akibat keramaian. Ambil contoh di Malaysia, akibat acara tabligh akbar di Kuala Lumpur kini kasus Virus Corona COVID-19 di negeri jiran sedang melonjak bahkan menyebar ke negara lain.
Advertisement