Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS Donald Trump menghentikan anggaran kontribusi terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Alasannya adalah WHO dianggap melakukan kesalahan dalam mengantisipasi Virus Corona COVID-19.
Selain itu, Presiden Trump berkata WHO menutup-nutupi terkait virus ini. Tak hanya itu, ia juga kerap menyebut WHO terlalu "China-sentris".
Advertisement
Baca Juga
Menanggapi hal tersebut, Menlu Retno mengatakan bahwa di saat seperti ini negara-negara seharusnya lebih fokus menangani pandemi COVID-19.
"Dalam situasi yang serba sulit seperti ini, saya kira hal yang paling pas sebenarnya energi kita, kita pusatkan saja pada upaya untuk menangani kasus COVID-19 karena itu sudah memerlukan energi yang sangat luar biasa," papar Menlu Retno dalam siaran Instagram Live bersama jurnalis Hanum Mega.
Menlu Retno kemudian menjelaskan bahwa dalam KTT Virtual bersama negara-negara ASEAN beberapa waktu lalu, para pemimpinnya berkomitmen untuk menangani pandemi ini bersama-sama.
"Fokus aja supaya kita bisa keluar dari situasi ini bersama-sama," tambahnya lagi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sekjen PBB Juga Pilih Persatuan
Sekretaris Jenderal Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan bahwa ini "bukan waktunya" untuk mengurangi dana ke WHO atau organisasi lain yang berjuang memerangi pandemi.
"Sekarang adalah waktu untuk persatuan dan komunitas internasional untuk bekerja bersama dalam solidaritas untuk menghentikan virus ini dan konsekuensinya yang menghancurkan," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
WHO sejauh ini belum berkomentar.
Dalam media sosial, Dr Nahid Bhadelia, seorang spesialis penyakit menular dan direktur medis Unit Patogen Khusus di Universitas Boston, mengatakan penarikan dana akan menjadi bencana.
"Memotong 15 persen (kontribusi AS) dari anggaran WHO selama pandemi terbesar yang diproyeksikan pada abad terakhir adalah bencana mutlak," tulisnya di Twitter.
"WHO adalah mitra teknis global, platform di mana negara-negara berdaulat berbagi data / teknologi, mata kita pada lingkup global pandemi ini."
Advertisement