Buntut Label Cek Fakta Twitter, Donald Trump Ancam Tutup Sejumlah Raksasa Medsos

Tak lama setelah Twitter memberikan label cek fakta pada cuitan Donald Trump untuk kali pertama. Sang presiden AS mengeluarkan ancaman.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mei 2020, 11:27 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2020, 11:03 WIB
Gina Haspel (kiri) bersama dengan Presiden AS Donald Trump (tengah) dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo (kanan) dalam pelantikan direktur CIA (AP?Evan Vucci)
Gina Haspel (kiri) bersama dengan Presiden AS Donald Trump (tengah) dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo (kanan) dalam pelantikan direktur CIA (AP?Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington D.C - Sebuah unggahan status Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diberi label peringatan cek fakta oleh situs mikroblogging Twitter. Tanda itu merupakan arti bahwa postingan tersebut diragukan.

Twitter mengarahkan penggunanya ke sebuah halaman di mana klaim Donald Trump tentang surat suara digambarkan sebagai "tidak berdasar". 

Twitter kemudian mengutip laporan tentang masalah tersebut oleh CNN, Washington Post dan lainnya.

Ini diikuti oleh bagian "apa yang perlu Anda ketahui" di mana Twitter mengoreksi apa yang dikatakannya sebagai klaim palsu oleh presiden AS.

Perusahaan media sosial tersebut juga telah berjanji untuk meningkatkan label peringatan di bawah informasi yang salah atau menyesatkan di situsnya, tetapi cukup lambat untuk mengambil langkah-langkah melawan presiden AS.

Label peringatan di Twitter semacam ini, baru saja diperbarui pada awal bulan. 

Sehari setelahnya, Donald Trump pada Rabu 27 Mei 2020 lalu mengancam sejumlah raksasa media sosial bahwa pemerintahannya dapat "mengatur secara tegas" atau "menutup mereka", tak lama setelah Twitter memberikan label cek fakta pada cuitan sang presiden untuk kali pertama.

"Kaum Republikan merasa bahwa sejumlah platform media sosial benar-benar membungkam suara kalangan konservatif," cuit Trump seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (28/5/2020). 

"Kami akan mengatur secara tegas, atau menutup mereka sebelum kami mengizinkan hal seperti ini terjadi," imbuh Orang Nomor Satu di AS itu.

Awal Kisruh Twitter dan Donald Trump

Pernyataan Donald Trump muncul usai Twitter memberikan label peringatan kepada salah satu cuitannya pada Selasa 26 Mei, dengan memperingatkan para pembaca bahwa "Trump mengeluarkan klaim tidak berdasar yang menyatakan bahwa surat suara yang dikirim melalui pos (mail-in-ballots) akan berujung pada manipulasi suara."

Media setempat menjelaskan bahwa masih belum jelas otoritas apa, jika memang ada, yang dirujuk Trump dalam ancamannya untuk menutup sejumlah platform media sosial tersebut.

Saksikan Juga Video Berikut Ini:

Tuduhan Donald Trump pada Twitter

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter. (Liputan6/Pixabay)

Dalam twit barunya, Trump menuduh Twitter mencampuri pemilihan presiden AS yang dijadwalkan 3 November 2020.

Dia mengatakan bahwa perusahaan media sosial itu "sepenuhnya menahan kebebasan berbicara, dan saya, sebagai presiden, tidak akan membiarkan itu terjadi".

Manajer kampanye presiden Trump, Brad Parscale juga kemudian mengkritik pihak Twitter.

"Bermitra dengan 'checker' berita palsu yang bias adalah tabir asap untuk meminjamkan taktik politis Twitter yang jelas kredibilitasnya palsu. Ada banyak alasan kami menarik semua iklan kami dari Twitter beberapa bulan yang lalu, dan bias politik yang jelas adalah salah satunya," tulis Parscale.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya