Liputan6.com, Jakarta - Siklus empat tahunan dalam pasar Bitcoin telah menjadi fenomena yang banyak diperhatikan oleh investor dan analis. Setiap empat tahun, peristiwa halving Bitcoin dimana hadiah blok yang diberikan kepada penambang dikurangi setengahnya telah menciptakan pola harga yang dapat diprediksi, memicu siklus naik-turun yang terlihat jelas di pasar kripto.
Namun, dengan adanya kemungkinan pengesahan Undang-Undang Cadangan Bitcoin (Bitcoin Reserve Act), banyak yang bertanya-tanya apakah siklus ini akan berubah atau bahkan berakhir.
Advertisement
Dikutip dari Cointelegraph.com, Undang-Undang (UU) Cadangan Bitcoin, pertama kali diusulkan oleh Senator Wyoming, Cynthia Lummis, pada awal tahun ini bertujuan untuk mengakumulasi Bitcoin sebagai aset cadangan negara.
Advertisement
Rencana ini memungkinkan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk membeli 200.000 BTC setiap tahun selama lima tahun, sehingga mengumpulkan satu juta Bitcoin yang akan disimpan setidaknya selama 20 tahun.
Jika disetujui, langkah ini akan mengubah cara Bitcoin dipandang dari aset spekulatif menjadi instrumen keuangan global yang sah. Sejak pengumuman RUU ini, spekulasi telah berkembang tentang bagaimana langkah ini bisa mengubah dinamika pasar kripto.
Jack Mallers, pendiri Strike, dan Dennis Porter, pendiri Satoshi Act Fund, berpendapat Presiden terpilih Donald Trump mungkin akan menggunakan perintah eksekutif untuk membeli Bitcoin pada hari pertama masa jabatannya, meskipun Trump sendiri belum mengonfirmasi rencana tersebut.
Potensi kebijakan ini menandakan pemerintah AS mungkin akan segera memulai akumulasi Bitcoin, yang akan memicu persaingan antara negara-negara besar lainnya untuk memperoleh aset digital yang terbatas ini.
Jika negara-negara lain mengikuti jejak AS, hal ini dapat menciptakan fenomena "perlombaan hodling" global, di mana setiap negara berlomba untuk membeli Bitcoin sebanyak mungkin untuk mengamankan cadangannya.
Menurut pengacara dan analis industri kripto, George S. Georgiades, pengesahan Undang-Undang Cadangan Bitcoin dapat menjadi titik balik penting bagi adopsi Bitcoin secara global, meningkatkan likuiditas pasar dan mempercepat adopsi teknologi blockchain secara luas.
Dampak Utama yang Dipertimbangkan
Salah satu dampak utama yang dipertimbangkan adalah bagaimana kebijakan ini akan mempengaruhi siklus harga Bitcoin yang dipengaruhi oleh halving. Sejak pertama kali terjadi pada 2009, Bitcoin telah mengalami empat peristiwa halving, yang biasanya diikuti dengan lonjakan harga setelah penurunan pasokan.
Namun, dengan peningkatan permintaan dari negara-negara besar yang membeli Bitcoin dalam jumlah besar, mungkin ada perubahan dalam dinamika permintaan-penawaran yang tidak dapat diprediksi oleh pola siklus halving tradisional.
Analis dari Nexo Iliya Kalchev, berpendapat bahwa kebijakan cadangan Bitcoin dapat memutus siklus halving yang telah ada. Dia mencatat, meskipun setiap siklus Bitcoin selalu memiliki narasi yang mengatakan "siklus ini berbeda," pergeseran kebijakan dan adopsi institusional yang lebih besar dapat menciptakan pasar yang lebih stabil dan kurang rentan terhadap fluktuasi harga yang tajam.
Selain itu, banyak yang berpendapat pembelian Bitcoin oleh negara besar dapat menciptakan permintaan jangka panjang yang pada akhirnya akan mendorong harga Bitcoin naik, meskipun mungkin tidak langsung terlihat dalam lonjakan harga yang tajam seperti yang terjadi pada siklus sebelumnya.
Advertisement
Faktor Eksternal
Menurut CEO Blockcircle Basel Ismail mengatakan, meskipun pembelian Bitcoin oleh negara besar mungkin dilakukan melalui perdagangan blok atau pialang over-the-counter, dampaknya terhadap harga Bitcoin akan bersifat jangka panjang dan menciptakan dinamika pasar yang berbeda.
Di sisi lain, siklus pasar Bitcoin juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti kebijakan ekonomi makro, peraturan, dan perkembangan geopolitik. Jika negara-negara besar mulai mengakumulasi Bitcoin sebagai cadangan strategis, hal ini dapat menciptakan dampak domino, dimana negara-negara lain merasa terpaksa untuk mengikuti langkah ini demi tidak tertinggal dalam perlombaan mata uang digital.
Sebagai contoh, menurut Chris Dunn, seorang veteran investor dan pendidik Bitcoin, jika negara-negara besar seperti AS atau kekuatan ekonomi lainnya mulai membeli Bitcoin dalam jumlah besar, hal ini dapat memicu fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan negara-negara lain, yang akhirnya mengubah siklus pasar kripto secara keseluruhan.
Hal ini dapat menyebabkan lonjakan harga yang tidak dapat diprediksi, mengubah dinamika pasar yang selama ini bergantung pada psikologi investor ritel.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Texas Luncurkan RUU untuk Jadikan Bitcoin Cadangan Strategis
Sebelumnya, Texas meluncurkan RUU baru untuk membuat cadangan bitcoin strategis di negara bagian Lone Star untuk melawan inflasi dan volatilitas ekonomi.
Program ini akan memungkinkan Texas untuk mengumpulkan mata uang kripto di kas negara dengan menerima sumbangan, pajak, atau biaya dalam bentuk bitcoin, yang harus tetap tidak tersentuh selama minimal lima tahun sebelum dapat dijual atau dipindahkan.
Presiden Texas Blockchain Council, Lee Bratcher mengatakan tidak ada dana pembayar pajak yang akan digunakan untuk membeli bitcoin guna memaksimalkan peluang pengesahan RUU tersebut.
“Bitcoin akan berasal dari sumbangan warga Texas, perusahaan yang berbasis di AS, dan sumber daya negara bagian lainnya, kata Bratcher, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (18/12/2024).
Namun, rekam jejak Texas dalam menyetujui undang-undang blockchain dan bitcoin sebagian besar positif. Dalam beberapa tahun terakhir, negara bagian tersebut menyetujui RUU yang mengizinkan perusahaan Texas untuk menggunakan teknologi blockchain, dan pada 2021.
Negara bagian Lone Star tersebut juga menyetujui RUU mata uang virtual yang menetapkan status hukum mata uang virtual dan memberikan hak kepada pemegangnya.
Texas juga dikabarkan ingin menjadi pusat keuangan global, dan untuk tujuan ini, sebelumnya telah membuat keputusan untuk meluncurkan Bursa Efek Texas, yang akan dibuka tahun depan di Dallas.
Advertisement