Liputan6.com, Tel Aviv - Pada hari Minggu (15/12/2024), Israel menyetujui untuk menggandakan jumlah penduduknya di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, dengan alasan bahwa meskipun para pemimpin pemberontak yang berhasil menggulingkan Presiden Bashar al-Assad seminggu lalu menunjukkan sikap lebih moderat, ancaman dari Suriah tetap ada.
"Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel dan ini sangat penting saat ini. Kami akan terus mempertahankannya, mengembangkannya, dan menetap di sana," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, seperti dikutip dari CNA, Senin (16/12).
Advertisement
Baca Juga
Israel merebut sebagian besar dataran tinggi strategis tersebut dari Suriah dalam Perang Enam Hari pada 1967 dan menganeksasinya pada 1981.
Advertisement
Pada 2019, Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, menyatakan dukungan AS terhadap kedaulatan Israel atas Golan. Namun, aneksasi tidak diakui oleh sebagian besar negara. Suriah menuntut Israel untuk mundur, namun Israel menolak dengan alasan kekhawatiran keamanan. Berbagai upaya perdamaian telah gagal.
Netanyahu mengungkapkan dia berbicara dengan Trump pada hari Sabtu (14/12), mengenai perkembangan keamanan di Suriah.
"Kami tidak tertarik untuk berkonflik dengan Suriah," kata Netanyahu.
"Tindakan Israel di Suriah bertujuan untuk mencegah ancaman potensial dari Suriah dan menghindari pengambilalihan oleh elemen teroris yang dekat dengan perbatasan kami."
Senada, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa perkembangan terbaru di Suriah meningkatkan ancaman terhadap Israel, "meskipun citra moderat yang diklaim oleh para pemimpin pemberontak".
Kantor Netanyahu menyatakan bahwa pemerintah secara bulat menyetujui rencana lebih dari USD 11 juta untuk mendorong pertumbuhan demografis di Dataran Tinggi Golan.
Pernyataan itu menyebutkan pula bahwa Netanyahu mengajukan rencana ini dalam "konteks perang dan situasi baru dengan Suriah, serta untuk menggandakan populasi di Dataran Tinggi Golan."
Analis Avraham Levine dari Alma Research and Education Center menyebutkan bahwa sekitar 31.000 orang Israel tinggal di sana, di mana banyak yang bekerja di sektor pertanian, termasuk perkebunan anggur, dan pariwisata. Dataran Tinggi Golan juga dihuni oleh 24.000 orang Druze, kelompok minoritas Arab yang sebagian besar mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Suriah.
Menghindari Konfrontasi Baru
Pemimpin de facto Suriah, Ahmad al-Sharaa, mengatakan pada hari Sabtu bahwa Israel menggunakan alasan palsu untuk membenarkan serangannya ke Suriah. Namun, dia tidak tertarik untuk terlibat dalam konflik baru karena negara tersebut fokus pada rekonstruksi.
Sharaa – yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani atau Abu Mohammed al-Julani atau Abu Mohammed al-Jawlani – memimpin kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang menggulingkan Assad pada Minggu (8/12).
Sejak itu, Israel masuk ke zona demiliterisasi di dalam Suriah yang dibentuk setelah Perang Arab-Israel 1973, termasuk sisi Suriah dari Gunung Hermon yang strategis yang menghadap ke Damaskus, di mana pasukannya mengambil alih pos militer Suriah yang ditinggalkan.
Israel, yang mengklaim tidak berniat tinggal di sana dan menyebut serangan ke wilayah Suriah sebagai langkah terbatas dan sementara untuk memastikan keamanan perbatasan, juga telah melakukan ratusan serangan ke stok persenjataan strategis Suriah.
Israel menyatakan bahwa mereka menghancurkan senjata dan infrastruktur militer untuk mencegah digunakan oleh kelompok pemberontak yang telah menggulingkan Assad, beberapa di antaranya berasal dari gerakan yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS.
Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania, mengutuk apa yang mereka sebut sebagai perebutan zona penyangga oleh Israel di Dataran Tinggi Golan.
"Kondisi Suriah yang lelah akibat perang, setelah bertahun-tahun konflik dan peperangan, tidak memungkinkan untuk terjadinya konfrontasi baru. Prioritas saat ini adalah rekonstruksi dan stabilitas, bukan terlibat dalam perselisihan yang dapat menyebabkan kehancuran lebih lanjut," kata Sharaa dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di situs web Syria TV, saluran yang mendukung pemberontak.
Dia juga mengatakan bahwa solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas, serta bahwa "petualangan militer yang tidak terhitung" tidak diinginkan.
Advertisement