Donald Trump Tak Akan Menjadikan Masker Wajib di AS Saat Pandemi Virus Corona

Presiden AS Donald Trump telah bersumpah untuk tidak memerintahkan orang Amerika untuk memakai masker wajah untuk menahan penyebaran virus corona.

oleh Hariz Barak diperbarui 18 Jul 2020, 12:18 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2020, 12:00 WIB
Presiden AS Donald Trump memakai masker di depan publik untuk pertama kalinya (AP PHOTO / Patrick Semansky)
Presiden AS Donald Trump memakai masker di depan publik untuk pertama kalinya pada 11 Juli 2020 (AP PHOTO / Patrick Semansky)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden AS Donald Trump telah bersumpah untuk tidak mewajibkan orang Amerika untuk memakai masker wajah guna menahan penyebaran virus corona.

Komentarnya muncul setelah pakar penyakit menular top negara itu, Dr Anthony Fauci, mendesak para pemimpin negara bagian dan lokal untuk "sekuat mungkin" dalam membuat orang memakai masker wajah.

Mengenakan masker wajah, Dr Fauci menambahkan, "sangat penting" dan "kita harus menggunakannya, semua orang".

Pemakaian masker wajah di tengah pandemi virus corona telah menjadi sangat dipolitisasi di AS.

Presiden Trump, yang sebelumnya menolak memakai masker wajah, mengenakan topeng di depan umum untuk pertama kalinya pada Sabtu pekan lalu.

Namun, berbicara kepada Fox News pada Jumat 17 Juli 2020, Trump mengatakan dia tidak setuju dengan mandat nasional yang mewajibkan orang memakai masker wajah.

Trump beralasan, orang-orang harus memiliki "kebebasan tertentu," demikian seperti dikutip dari the Hill, Sabtu (18/7/2020).

"Saya ingin orang-orang memiliki kebebasan tertentu dan saya tidak percaya itu, tidak," kata Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox News.

Trump juga tampaknya menyatakan skeptis tentang kemanjuran masker, mencatat bahwa pejabat kesehatan masyarakat pada awalnya mengatakan bahwa penutup wajah tidak diperlukan untuk orang sehat, sebelum kemudian menambahkan bahwa ia adalah "orang yang percaya pada masker wajah."

"Saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa jika semua orang memakai masker, semuanya lenyap," kata Trump skeptis, merujuk pada perkataan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang mengatakan bahwa negara itu bisa mendapatkan virus di bawah kontrol dalam empat hingga enam minggu jika semua orang memakai masker.

"Dr. [Anthony] Fauci berkata jangan pakai masker, jendral bedah kami - pria hebat - mengatakan jangan pakai masker. Semua orang mengatakan jangan memakai masker, tiba-tiba semua orang harus memakai masker," lanjut Trump. "Dan seperti yang kau tahu, masker juga menyebabkan masalah. Dengan itu, saya percaya pada masker. Saya pikir topeng itu masker."

CDC pada bulan April merekomendasikan penggunaan masker wajah untuk mencegah penyebaran coronavirus setelah bukti menunjukkan bahwa pasien yang tidak menunjukkan gejala masih dapat menyebarkan virus corona.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


Kebijakan Masker di Negara Bagian AS

Donald Trump Pakai Masker
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan masker saat mengunjungi Pusat Kesehatan Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, Sabtu (11/7/2020). Donald Trump akhirnya menggunakan masker untuk pertama kalinya di depan umum sejak pandemi COVID-19 melanda negara itu. (ALEX EDELMAN/AFP)

Di negara bagian selatan Georgia, gubernur Partai Republik Brian Kemp telah mendesak warga untuk mengenakan masker wajah untuk bulan-bulan berikutnya.

Kemp mengajukan permohonan kepada warga negara meskipun mengambil tindakan hukum sehari sebelumnya terhadap walikota Atlanta, Keisha Lance Bottoms, karena membuat masker wajah menjadi wajib di kota tersebut.

Bottoms sendiri positif mengidap virus corona.

Pejabat Kota Oklahoma juga mempertimbangkan persyaratan masker dalam ruangan seluruh kota, dengan tidak adanya mandat di seluruh negara bagian.

Sejumlah negara bagian AS, terutama negara bagian selatan, mengalami lonjakan kasus virus corona.

Sekarang ada lebih dari 3,6 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi di AS, dan telah ada lebih dari 139.000 kematian --jumlah kematian tertinggi di dunia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya