Liputan6.com, China - Administrasi Penerbangan Sipil China, memberikan pernyataan pada Selasa lalu bahwa bagi para turis yang hendak melakukan penerbangan ke China harus memberikan bukti negatif tes Virus Corona COVID-19 sebelum diizinkan naik ke pesawat.
Sejumlah media menyebut bahwa para turis juga harus melakukan uji asam nukleat yang harus diselesaikan dalam waktu lima hari setelah penerbangan , di fasilitas yang ditunjuk atau diakui oleh kedutaan China yang merupakan negara tuan rumah. Kedutaan akan menilai kapasitas pengujian dan menetapkan kebijakan melakukan perjalanan ketika kondisi pengujian terpenuhi.
Melansir usnews.com, Rabu (22/7/2020), turis asing yang melakukan perjalanan ke China akan diminta untuk mengajukan sertifikat kesehatan dari kedutaan China ke negara asal mereka. Sementara penumpang dari Tiongkok harus menunjukkan kode QR yang membuktikan kelayakan mereka untuk naik ke pesawat..
Advertisement
Pembatasan terbaru oleh China adalah upaya untuk terus mengurangi risiko kasus COVID-19 ke negara lain yang mungkin dibawa oleh turis tersebut. Karena kebanyakan turis datang ketika negara-negara mereka sedang berjuang untuk memenuhi kapasitas pengujian dan menghadapi keterlambatan dalam hasil pengujian, seperti Amerika Serikat.
Menurut Johns Hopkins University, China, tempat asal Virus Corona COVID-19 itu berasal, memiliki lebih dari 85.300 kasus, dan lebih dari 4.640 orang telah meninggal. Secara global, lebih dari 14,7 juta orang telah terinfeksi dan lebih dari 610.560 telah meninggal.
Saksikan Video Piliha Berikut Ini
Pembatalan Puluhan Ribu Penerbangan
Sebelumnya, China diketahui telah melakukan pembatalan puluhan ribu penerbangan. Bukti nyata bahwa Virus Corona COVID-19 membuat kehidupan di China tertatih-tatih.
Mengutip laman New York Times pada 24 Februari 2020, tercatat sejak 23 Januari hingga awal Februari, jumlah keberangkatan dan kedatangan untuk penerbangan domestik dan internasional turun menjadi 2.004 penerbangan saja.
Padahal biasanya atau saat normal, jumlah penerbangan baik keberangkatan maupun kedatangan mencapai 15.072 penerbangan. Lebih dari 13 ribu penerbangan tak beroperasi karena krisis. Selengkapnya di sini.
Â
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul
Advertisement