Liputan6.com, Tel Aviv - Sekitar 300-400 warga Israel demo di ibu kota Tel Aviv karena menolak lockdown nasional jilid 2. Kebijakan itu diambil Perdana Menteri Benyamin Netanyahu akibat kasus yang melonjak.
Para pendemo turun ke jalan pada Kamis malam 17 September 2020 waktu setempat. Mereka menolak lockdown karena alasan ekonomi.
Advertisement
Baca Juga
"Ekonomi sedang terjun, orang-orang kehilangan pekerjaan, mereka depresi," ujar salah satu pendemo seperti dilansir France24, Jumat (18/9/2020).
Rencananya, lockdown nasional Israel akan diterapkan Jumat ini pada pukul 14.00. Lockdown akan berjalan selama tiga minggu ke depan.
Ini adalah kali kedua Israel melaksanakan lockdown. Pada Maret 2020, Israel juga lockdown hingga awal Mei.
Pemerintah Israel berkata terlalu dini mencabut lockdown. Kini, ada 172 ribu pasien COVID-19 di Israel.
PM Netanyahu berkata sudah tak ada pilihan lain selain lockdown.
"Sistem kesehatan telah mengibarkan bendera merah," ujar Netanyahu. "Kita telah melakukan segala yang kita bisa untuk meneymibangkan antara kebutuhan kesehatan dan ekonomi."
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Oposisi Menolak
Keputusan lockdown pemerintahan Netanyahu juga ditolak oleh pemimpin oposisi Yair Lapid dari partai Yesh Atid. Pemerintah dianggap sudah kalah dari COVID-19.
"ini adalah langkah yang sangat agresif. Ini meruntuhkan eknomi dan tidak membantu dalam menyetop epidemi," ujar Yair Lapid.
"Satu-satunya alasan pemerintah menerapkan lockdown baru adalah mereka sudah seluruhan kalah," ujar Lapid. "Benar-benar gagal untuk meredam Virus Corona COVID-19."
Pada aturan baru ini, warga hanya boleh pergi 500 meter dari rumahnya. Pengecualian diberikan bagi yang ingin beli obat, makanan, serta upacara sunatan.
Advertisement